Rabu, 01 April 2009

“Antara Caleg dan Cover Boy”

Caleg dan Cover boy. Sekilas dua istilah ini tampak hampir tidak ada hubungannya, caleg berhubungan dengan dunia politik dan cover boy berhubungan dengan dunia entertain. tapi jangan salah jika saat ini dua jabatan ini bisa berhubungan erat, tidak hanya karena banyak mantan cover boy/ girl yang kini ‘banting stir’ mencalonkan diri jadi caleg tetapi ternyata para caleg pun sekarang ini meniru gaya kampanyenya cover boy/girl. ;)

Lihat saja di sepanjang jalan khususnya ibukota Jakarta tercinta ini yang penuh sesak dengan poster2 atau gambar2 caleg yang mengiklankan dirinya dari mulai pamflet sampai baliho yang super besarpun tak ragu-ragu lagi di pasang demi ‘menjual’ nama si caleg.

Hal ini tampaknya mirip dengan kampanye pemilihan cover boy/girl yang memang mengutamakan sisi physical performance – jadi wajar klo kampanye mereka pasti majang foto super bagus. bedanya kalau poster Caleg hanya di tambah dengan kata-kata ‘rayuan’ di bawah atau di samping foto caleg tersebut seperti: jujur, amanah, peduli, memperjuangkan rakyat dsb.

Padahal rakyat memilih caleg tentu bukan karena tampangnya. mau ganteng, cantik, tampan atau biasa saja bukan masalah asalkan bisa membawa aspirasi rakyat. maka jika di analogikan dalam dunia marketing, strategi marketing para Caleg ini bisa di bilang kurang tepat. karena produk yang di butuhkan dan iklan yang di pajang tidak Matching. Tidak seperti ajang pemilihan Cover boy dimana titik berat penilaian adalah penampilan fisik, dalam ajang pemilihan caleg yang di butuhkan masyarakat sesungguhnya adalah program konkrit mereka bukan tampang dan kata-kata manis yang sering kali hanya lip service saja.

Memang ada juga ajang promosi melalui debat caleg yang di selenggarakan beberapa media masa seperti TV dan radio namun jumlah caleg yang berpartisipasi dalam acara itu tidak seberapa bahkan mungkin tidak sampai 20% nya. Dan beberapa kali saya mengikuti acara tersebut ternyata banyak caleg yang masih dalam tataran ‘klise’ dalam menjawab pertanyaan panelis tentang program-program yang di agendakan jika mereka terpilih. tidak tahu apakah hal ini karena caleg tersebut mengalami stage fever atau memang belum merumuskan secara pasti agenda program jika terpilih nanti.

Rasanya rakyat sudah bosan dengan berbagai janji-janji yang selalu di berikan oleh para caleg ataupun partai politik tiap kali kampanye menjelang pemilihan. Tak bijak jika ‘pembodohan publik’ ini di biarkan terlalu lama berlangsung dan sudah saatnya di akhiri dengan ‘pencerdasan publik’ dalam kampanye.

Kita memerlukan konsep kampanye yang ‘cerdas’, misalnya dengan memasarkan agenda program aplikatif para caleg secara singkat [disamping nama dan gambar seperlunya] sehingga rakyat bisa menilai dan memilih sesuai dengan program yang di agendakan bukan dari tampang yang di paparkan. Karena banyak dari rakyat yang sama sekali tidak tahu siapa mereka (caleg), tapi setidaknya rakyat butuh gambaran ‘tindakan’ yang akan mereka lakukan jika terpilih. dan sekali lagi rakyat tidak sedang memilih calon-calon cover boy/girl yang hanya bisa kami dinilai dari tampilan fisiknya.

di muat di http://www.warnaislam.com/

1 komentar:

dedy dado mengatakan...

Assalamu'alaikum Mba.
Aku Dedy di Cikarang. Saat aku nulis komentar tulisan Mba ini, sebetulnya baru di pont 1 yang aku baca. Tapi aku sudah "ngebet" untuk nulis ini. Karena aku tdk setuju dengan orang yang beranggapan bahwa perlu ada kesetaraan gender yang di usung oleh MUSDAH MULIA dan kawan-kawannya.

Mengapa bukankan kesetaraan itu sudah ada dari Allah menciptakan manusia ini. Allah melihat kemuliaan manusia bukan karena laki atau perempuan. Tapi karena Iman dan Taqwanya. Betul tidak?

Nabipun memberikan kedudukan yang mulia. Bukankah tiga bagian penghormatan untuk sang Ibu baru satu bagian utuk sang Ayah.

Kesetaraan gender itu tidak harus perempuan jadi Petinju, Perempuan harus jadi Presiden, perempuan harus bisa karate.

Menurut saya tugas perempuan dan laki-laki sudah punya porsinya masing-masing dalam membina keluarga. Untuk membangun keluarga sakinah, mawadah dan warohmah.

Wanita dengan pendidikan tinggi itu penting. Bagaimana tidak penting? Karena dengan pendidikannya itu wanita bisa membina keluarga. Mendidik anak-anaknya menjadi anak yang bertaqwa.

Aku sendiri sangat menghormati Ibuku dan Istriku. Aku semakin sayang bukan karena istriku tambah cantik atau apa? Tapi karena istriku bisa mendidik anak-anakku dengan sabar dan menjadi contoh suritauladan yang baik bagi anak-anak kami.

Mungkin aku bisa kurang atau bahkan sayang pada istriku jika dia tidak memberi suritauladan yang baik pada anak-anaknya walaupun dia manager di perusahaan yang hebat. Misalnya. Tapi dia suka dugem gitu.

Intinya laki-laki dan perempuan itu sama. Yang menbedakan kemuliaanya adalah Iman dan taqwanya.

Tidak benar Islam mengurung kebebasan wanita. Dalam Islam Wanita harus dijaga, dilindungi, dihormati.

Sekian
Wassalamu'alaikum