Selasa, 30 Desember 2008

Maryamah Karpov

aku baru selesai membaca bukunya Mas Andrea Hirata ‘Maryamah Karpov’, karya purna dari Tetralogi Laskar pelanginya yang sudah lama ku tunggu-tunggu. buku terakhir dari tetralogi ini cukup tebal bahkan paling tebal diantara buku yang lainnya, dan harganya pun paling mahal :)tetapi aku bisa membaca dengan gratis karena pinjem dari Tari (Hehe ga modal lagi neh)

cerita dalam maryamah Karpov ini adalah Kisah sang protagonist Ikal atau Andrea sendiri sepulang dari study di prancis juga pencarian lanjut akan cinta ‘sejati’ nya A ling. novel ini juga menggambarkan kebingungan si Ikal sebagai seorang lulusan Master di LN yang masih menjadi pengangguran di negeri nya yang tak mampu menampung dirinya dan ilmu yang telah di dapatnya. dalam novel ini juga banyak di bahas tentang budaya melayu pedalaman – belitong – sehingga sangat lekat dan tampak pendekatan budaya yang di usung Mas Andrea dalam novel ini.

secara keseluruhan novel ini masih menarik dengan gaya cerita Mas Andrea yang tidak pernah kering ide, lucu, konyol dan kadang kala ‘jahil’ dan sering merangsang tawa. tetapi ada beberapa kejanggalan yang menurutku membuat novel ini tak ‘semegah’ novel sebelumnya.

kejanggalan pertama adalah tidak relevannya judul ‘Maryamah Karpov” dengan isi cerita. sampai selesai aku membaca novel ini aku seperti belum menemukan alasan kenapa Mas Andrea memilih judul ini. memang sebuah keniscayaan bahwa judul haruslah mempunyai unsur eye-catching, juga bahwa judul berbeda dengan tema, sehingga judul tidak menyandang ‘beban’ seberat tema yang harus menjadi representasi utuh dari keseluruhan isi cerita. tetapi judul setidaknya bisa menjadi gambaran tentang cerita yang ada di dalamnya meski tidak keseluruhan – dan hal ini sudah Mas Andrea aplikasikan di novel sebelumnya. dan dalam novel ini judul Maryamah Karpov menurutku tidak bisa menggambarkan sedikit pun cerita dalam novel ini. karena nama Maryamah sendiri hanya muncul dua atau tidak lebih dari tiga kali dalam cerita novel, juga tidak mempunyai posisi penting dalam membangun cerita novel ini.

kejanggalan yang lain adalah efek improvisasi imaginasi yang menurutku kurang ‘greget’ sehingga terkesan agak dangkal. seperti dalam pembuatan kapal, dalam pelayaran di selat malaka, bertemu dengan A ling,dsb. yang bisa di lakukan dengan ‘cukup’ mudah. juga cerita cinta heroic Ikal - yang rela bekerja do everything - sampai membuat kapal dan mengarungi selat malaka dengan berbagai ancaman maut hanya untuk menemukan cinta pertamanya A ling justru membuat novel ini tidak unik lagi. kisah cerita heroic serupa sudah banyak diusung oleh main stream. juga kisah ini mendekonstruksi karakter laskar pelangi yang ‘pejuang tangguh’ terkenal dengan sikap kuat, ulet, tegar menjadi terkesan cengeng dalam urusan tetek bengek cinta monyet :).

juga ada semacam ‘transformasi’ karakter di novel Maryamah Karpov ini, seperti karakter Tuk Bayan Tula yang di gambarkan dalam Laskar pelangi begitu wibawa, jahat, sakti mandraguna, yang cenderung seperti pembunuh berdarah dingin di novel ini di gambarkan menjadi seorang dukun yang tiba-tiba cukup ramah dengan orang yang tidak begitu di kenalnya juga menjadi begitu ‘lugu’ sehingga rela bernegoisasi untuk sebuah TV portable hitam putih. mungkin Mas Andrea ingin mengusung kisah sedikit komedi di sini, tetapi aku menangkap sebagai ‘transformsai’ karakter yang jusru menciderai pembangunan karakter yang seharusnya hidup. juga karakter Mahar yang terkesan changeable di novel ini. Mahar yang mula-mula di gambarkan sebagai seorang dukun yang cool dan berwibawa di akhir-akhir cerita menjadi mahar yang seperti sebelumnya menjadi konyol dan lucu.

dalam novel ini juga banyak sekali di explore budaya melayu yang kebanyakan negative sಇದೆnya bahkan jika di banding dengan etnik2 pendatang seperti Hokian, Pho Ho, atau suku Sawang. suku melayu pedalaman di gambarkan sebagai suku yang suka besar bicara dan suka ingkar janji. mungkin ini bentuk ‘kejujuran’ dan kritik Andrea dengan realitas etnisnya juga negeri kita di atas etnis atau Negara lain. tetapi bisa juga ini di artikan sebagai symbol inferiority complex jika di lakukan pendekatan Poscolonialisme.

pernah aku membaca sebuah kritik akan karya Mas Andrea dengan pendekatan posco ini, dan dalam dunia sastra sah-sah saja mengkritik sebuah karya sastra asal dengan metodologi pendekatan yang bisa di terima. dari tinjauan Posco bisa jadi kritik ini benar. tetapi jika di dekati dari socio-culture pun ini bisa membenarkan realitas yang sebenarnya. dan jika ingin ditarik manfaatnya yah paling tidak sebuah kritik tajam ini bisa di jadikan dalil tambahan untuk perbaikan negeri ini.

aku tidak sedang melakukan literary criticism dengan metodologi approach yang seharusnya :) ini hanya pandanganku secara umum saja.

Overall, aku masih suka dengan gaya cerita mas Andrea yang tidak kering dengan kelucuannya, kepolosan juga ‘kejahilan’nya. juga aku masih suka gaya muatan sains dalam novel ini yang di sandingkan dengan dunia metafisik meski harus ku akui kalau novel ini tak sebagus tiga novel sebelumnya. :)

Rabu, 17 Desember 2008

My 'Second' Eyes

Hari minggu pagi frame kaca mataku patah, aku coba-coba berkali untuk di pasang lagi tapi hasilnya nihil. mungkin memang sudah waktunya diganti. Cuma waktunya saat itu tidak memungkinkan, karena aku lagi males banget keluar, gara-gara asam lambungku yang mulai akut lagi.

tapi sorenya aku harus ke bandara, menemui Iqbal adek iparku yang ingin ketemu – pertama kali – juga mengantarkan titipan dari mertuaku yang sangat baik hati (hehe). baru terasa betapa aku sudah tergantung dengan benda yang namanya kaca mata minus itu. walau di rumah aku tidak biasa memakainya karena di rumah aku memandang objek semuanya masih relative dekat (karena rumahku kecil kawan) sehingga tidak ada masalah ketika tidak memakai kacamata, tetapi ketika aku keluar atau ke jalan, aku merasakan pandangan yang tak sempurna. sebenernya minusku belum terlalu parah apalagi kalau di bandingkan dengan mereka yang kena silinder (hehe) tapi ini saja sudah sangat mengganguku. aku memang masih bisa melihat objek atau benda dengan terang tetapi tidak jelas - untuk objek sejauh 3 meter atau lebih. itu yang sangat mengganggu. aku melihat keberadaan objek itu tetapi tidak bisa menyaksikannya dengan detail. sebagai contoh kalau aku ketemu seseorang dari jarak kira-kira 5 meter, aku melihat orang itu, warna bajunya, kulitnya rambutnya tetapi tidak jelas bentuk wajahnya sehingga sering aku tidak mengenali orang yang sebenarnya sudah aku kenal karena penghalang penyakit minusku tadi kecuali aku sangat hafal dengan postur tubuh atau warna pakaiannya. menyedihkan.

kemarin ketika sampai di bandara, aku seperti orang bodoh, atau orang udik yang baru pertama kali ke bandara. aku tidak hafal terminal A – F. dan biasanya kalau kesana aku pasti melihat tanda atau tulisannya, tetapi kemarin karena aku tidak memakai kaca mata aku kebingungan sendiri, sampai aku kebablasan dan akhirnya baru tanya sama sopir juga penumpang di sebelahku. sampai di bandarapun pandangan seperti kabur dan semrawut bahkan membuatku pusing. seperti ketika aku mencari tulisan Toilet/mushola. aku harus mendekati lighting board dan melihat tulisannya dengan jarak yag relative dekat. dan banyak lagi hal ketidak nyamanan yang aku rasakan ketika aku kehilangan ‘mata keduaku’ ini.

kawan diatas adalah keluhanku yang baru minus satu atau mungkin sekarang sudah hampir 1,5. aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka yang menderita kebutaan? baik itu buta sejak lahir ataupun buta karena kecelakaan, penyakit atau sebab lainnya. pasti sangat-sangat tidak nyaman. itulah yang membuatku merasa begitu lebih bodoh kemarin dan menyadari kebodohan itu karena mungkin semua ini – minusku – karena kebodohanku memanfaatkan penglihataan yang diberikan oleh-Nya atau ketidak pedulianku merawatnya dengan baik.

sebelumnya aku pernah punya pengalaman – yang berkaitan dengan penglihatan ini - yang sanggup menggetarkan hatiku, bahkan seakan memaksa mataku untuk memancarkan telaga beningnya. waktu itu aku mendapat kesempatan menjadi salah satu panitia Training motivasi untuk tunanetra. pengikutnya tentunya para tunanetra meski ada sebagian kecil yang belum total blind, masih bisa melihat meski sangat sedikit atau dengan jarak yang sangat dekat.

waktu itu Training diformat hampir layaknya training untuk orang bermata normal dengan berbagai materi, motivasi, games, dsb. semua ditujukan agar mereka mempunyai kepercayaan diri yang sama seperti layaknya manusia normal lainnya. aku salut dan sangat senang karena melihat mereka begitu bersemangat mengikuti setiap permainan, meski dengan susah payah, bahkan kadang saling tabrak atau terjatuh, tapi mereka tidak menganggap itu suatu penderitaan, mereka bahkan tertawa ketika terjatuh atau menabrak temannya yang lain. aku baru tahu bahwa ternyata itulah joke mereka.

pada saat sesi menyanyi, MC memberi kesempatan bagi peserta yang mau menyanyi dan mereka banyak yang mempunyai bakat terpendam menyanyi ini. dan dengan sangat percaya diri mereka menyanyi, tampil dengan gerak sekena mereka, yang menurut mereka mungkin itulah gaya yang biasa di perankan para artis yang mereka dengar tetapi tidak mereka lihat. bagi kita yang normal gaya mereka tentu terkesan kaku dan sedikit aneh, tetapi itulah dunia mereka kawan, dunia yang penuh gulita, sunyi, sepi tanpa warna namun sanggup mereka nikmati dengan segenap rasa. aku salutmelihat semangat mereka.

meski di antara mereka ada juga yang sangat sensitive, tidak mau di ajak bermain, bahkan menangis tanpa sebab – mungkin ini salah satu efek psikologisnya. haru dan pilu aku menyaksikannya

dan ketika waktu sholat datang, mereka dibimbing untuk berwudlu dan sholat. karena keterbatasan panitia sehingga lima atau enam peserta di bimbing oleh satu panitia, dan mereka harus saling berpegangan. saat itu jalan menuju ke mushola serupa jalan setapak sehingga mereka harus berbaris kebelakang memegang pundak teman yang di depannya dan panitia tentu saja sebagai penunjuk arah dibarisan terdepan. ketika ada lubang panitia mengingatkan dan mereka dengan tanpa di perintah mengingatkan kepada temannya yang di belakang. namun ketika mengambil air wudlu mereka seperti sudah terbiasa sehingga tak perlu di bimbing lagi.

selesai sholat mereka sibuk mencari sandal/sepatu masing-masing, kau tahu kawan betapa sedih aku menyaksikan mereka dengan meraba, namun tetap dengan wajah innocent, ceria mereka seakan cuex dan biasa saja dengan keadaannya dengan bertanya ‘mana neh sandalku?” padahal terkadang saat bertanya kawan lain menumburnya dari belakang atau tak sengaja menginjaknya. sedih kawan aku sedih menyaksikan itu, bukan sengaja membiarkan tetapi karena jumlah panitia sangat terbatas sehingga tidak semua peserta ini bisa selalu di dampingi.

tetapi kawan banyak meraka yang punya ‘keistimewaan’ – tunanetra – ini justru prestasinnya jauh melebihi kita yang normal. Hellen Keller, Stevie Wonder adalah contohnya. Dan di Indonesia ada Eko Ramaditya Adikara seorang blogger, penulis, jurnalis, dan juga game music composer. jangan tanya bagaimana caranya, yang pasti semangat dan kerja keras merekalah yang membuat DIA menganugerahkan mereka berbagai kesuksesan itu. bagaimana dengan kita kawan, bukankah seharusnya kita lebih sukses dari mereka? Ach aku tak perlu bertanya padamu, karena aku sendiri harus menanggung malu saat berkaca pada diriku L

sehari itu aku merasa di paksa untuk menangis dalam hati, menangis karena banyak tidak syukurku. menangis karena banyak yang ku lalaikan terutama dengan nikmat penglihatan yang diberikan padaku. menangis karena nikmat ini sering kubalas dengan ketidaktauhan diriku. dan saat itu aku sudah menderita minus yang aku tahu disebabkan oleh kelalaianku tidak memperhatikan ‘kaidah’ membaca dengan baik.

Kawan, tentu kau setuju bahwa penglihatan kita sangat dan sangat berharga. bahkan kita tak akan mungkin menjualnya meski ada yang mau membayarnya 5 milyar sekalipun. namun disadari atau tidak kita sering meremehkan hal ini. kita sering dengan suka-suka hati menggunakannya – yang menurut kita ini hak kita sepenuhnya. sehingga sering hal itu merugikan diri kita sendiri. dan hal lain lagi, kita sering menggunakan mata ini untuk hal-hal yang justru menghianati Dzat yang mengamanahkan mata ini kepada kita.

mungkin waktunya belum terlambat untuk menyadari betapa banyak nikmat yang kita dapat ‘hanya’ dari sepasang mata ini, belum lagi indera kita yang lainnya. semoga kita terutama aku sendiri akan menjadi orang yang tahu berterima kasih.

Jumat, 12 Desember 2008

Patric Suskind’s ‘Perfume’

minggu lalu aku baru selesai membaca novel ‘perfume’ novel yang aku pinjam dari Tari teman kuliahku dua minggu sebelumnya. Novel ini sebenernya terjemahan dari German ke English tetapi masih banyak vocab yang cukup ‘berat’ (masih lebih enak bahasa Shakespeare menurutku) selain bukunya tebal aku lupa berapa halaman tetapi tidak kurang dari 300 halaman

‘perfume’, di tulis oleh penulis German Patrick Suskind pertama kali di terbitkan dalam bahasa German Das Parfum tahun 1985 dan kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris. novel ini cukup unik karena berusaha mengexplorasi ‘the Sense of Scent’. novel ini juga berbicara tentang masalah psikologi yang berujung pada masalah morality. tahun 2006 novel ini di angkat dalam cerita film yang di sutradai oleh Tom Twyker. Novel ini mengambil setting di Prancis di paruh pertama abad ke delapan belas.

Ringkasan Cerita Perfume.

Grenoullie, sang protaginist dalam novel ini lahir tak di inginkan oleh ibunya. ibu Grenoullie adalah seorang pembunuh 4 anak nya karena beban ekonomi dan psikologis (sebelum grenoullie). dan Grenoullie adalah anak ke-5 yang sudah lama direncanakan untuk dibunuh saat lahir. namun niat nya keburu terbongkar sebelum berhasil membunuh Grenoullie. al-hasil ibu Grenoullie di tangkap dan di hukum pancung.

hidup sejak lahir menjadi yatim piatu adalah awal derita panjang bagi Grenoullie. dia diambil oleh pihak gereja untuk kemudian di serahkan kepada wet nurse (ibu susu). namun malang nasip Grenoullie karena tak ada satu ibu susu pun yang mau mengurus Grenoullie lebih dari dua hari, dengan alasan karena Grenoullie tidak mempunyai aroma/bau (odor) “he doesn’t smell at all” seperti bayi kebanyakan, selain itu Grenoullie juga menyusu dua kali lebih banyak dari bayi normal lainnya “suck twice as much as two babies”. keadaan ini membuat Grenoullie mendapat gelar sebagai ‘possessed by devil’ (keturunan setan)

dari wet nurse akhirnya dia di kembalikan kepada Father Terrier, pengurus gereja namun Father terrier pun tidak mau mengurus Grenoullie karena merasakan keanehan dalam diri Grenoullie seperti yang di katakana oleh wet nurses sebelumnya dan menyerahkannya kepada Madame Gaillard penjaga asrama. Madame Gaillard menerima Grenoullie bukan karena kasihan atau rasa sayang, namun karena itu bagian dari tanggung jawabnya sebagai kepala asrama yang menerima gaji sehingga dia tidak peduli dengan Grenoullie juga keanehan-keanehannya. pada usia 8 tahun Grenoullie di jual oleh Gaillard kepada Grimmal (Seorang Tanner - penyamak kulit). Grenoullie di jual karena Madam Gaillard mulai takut melihat kelebihan atau lebih tepatnya keanehan Grenoullie yang saat itu bisa melihat benda yang tersembunyi hanya melalui indera penciumannya. bersama Grimmal di the rue de la Mortellerie, Grenoullie hidup seperti budak, bekerja sebagai penyamak kulit – tanner – siang dan malam. namun Grenoullie tidak pernah mengeluh atau menolak pekerjaan apapun dan dia merasa senang karena terkadang mempunyai kesempatan untuk bisa keluar mengelilingi kota untuk mengekplore berbagai scent. hingga suatu hari dia menemukan scent - yang menurut dia sebagai divine scent – dari seorang gadis yang membuatnya sangat tergoda untuk memiliki ‘scent’ itu. gadis inilah korban pertamanya yang di bunuh hanya untuk mencium harum tubuhnya atau mendapatkan ‘scent’ nya.

suatu hari Grenoullie berhasil meyakinkan Baldini – salah satu customer Grimal. seorang ahli parfum di perancis bahwa dia bisa membuat Perfume yang lebih bagus dan membuktikannya, hingga akhirnya Baldini membelinya dari Grimal dan mempekerjakannya sebagai apprentice di toko parfumenya. bersama Baldini Grounillie pun hanya di eksploitasi, karena bakat nya membuat perfume yang bahkan tanpa membutuhkan formula telah melambungkan nama Baldini sebagai the best perfumer di paris. namun Grenoullie tidak merasa di rugikan dengan ‘hak intelektual’ nya yang dibajak oleh Baldini. dia cukup senang karena di sanalah dia belajar berbagai cara meramu berbagai perfume melalui bahan-bahan yang tersedia di laboratorium Baldini. disana juga dia tahu bagaimana cara mengawetkan (preserve) ‘scent’ yang nantinya menjadi proyek terbesar dalam hidupnya.

namun setelah Baldini sukses diapun menyuruh Grenoullie pergi dengan menyerahkan semacam surat pengalaman kerja, dengan alasan untuk masa depan Grenoullie. pergi dari Baldini Grenoullie semakin penasaran dengan pencariannya dan ambisinya untuk menjadi ‘the best perfumer in the world” sehingga dia pergi ke kota Grasse untuk observasi lebih lanjut. namun di Grasse, Grenoullie tiba-tiba merasa sangat jijik dengan humans’ scent (bau manusia) hingga diapun pergi mengasingkan diri di sebuah gua di puncak Massif Central. ia bertahan sampai 7 tahun – di temani fantasinya sebagai raja yang di temani invisible assistants. suatu hari dia baru menyadari bahwa dia – yang bisa mencium bahkan benda yang tidak terlihat atau berjarak puluhan mil – tidak bisa mencium aroma/bau tubuhnya sendiri. dia memutuskan untuk meninggalkan gua menuju ke kota.

kemudian Grenoullie bertemu dengan the Marquis de La Taillade-Espinasse, seorang ilmuan amatir yang kemudian memanfaatkannya untuk mendukung thesis nya tentang ‘Fluidal Letale”. di sini Grenoullie mulai mengembangkan bakat membuat perfume dengan formulanya sendiri dengan bahan-bahan yang di temukan di labnya the Marquise, seperti, “cat shit," "cheese," dan"vinegar”, dengan parfume itu dia merasa diterima oleh orang-orang di sekitarnya. tetapi dia mempunyai ambisi yang jauh lebih tinggi yaitu membuat semua orang mengaguminya dengan parfume yang kelak di ciptakannya. hingga suatu hari dia kembali menemukan ‘magical scent’ yang ternyata datang dari seorang gadis bangsawan yang cantik – Laure. dari itu grenoullie berencana untuk membunuhnya dua tahun kemudian untuk menciptakan ‘the greatest parfume’ yang akan di rancang dari scent-nya Laure.

dari sinilah awal yang nyata bagi karirnya sebagai pembunuh. dia berhasil membunuh 24 wanita yang semuanya masih Virgin dan cantik. tujuan pembunuhannya adalah hanya untuk mendapatkan aroma tubuh/scent dari korban-korbannya dengan cara mengambil pakaian dan rambutnya dan mengambil scent yang melekat pada tubuh mereka untuk menjadi bahan dasar greatest parfume yang akan dia ciptakan dari scent-nya Laure.

Grenoullie pun akhirnya tertangkap beberapa minggu setelah berhasil membunuh Laure dan divonis hukuman mati dengan disalib. tetapi suatu hal yang luar biasa terjadi disaat hari eksekusinya. semua orang yag tadinya sangat ingin melihat dia di hukum menjadi sangat iba, dan mengagguminya karena parfume yang telah berhasil dia ciptakan dari aroma tubuh / scent 25 orang gadis cantik termasuk Laure. akhirnya dia di ampuni dan di bebaskan.

Grenoullie merasa sangat bangga karena dia merasa berhasil memanipulasi ’humans’ yang sebenarnya sangat dibencinya. dia memutuskan untuk kembali ke Paris setelah di bebaskan. di paris dia berusaha bergabung dengan kemunitas low-life (para pencuri, pembunuh, pelacur). ternyata merekapun terpancing hasratnya karena parfume yang di ciptakan Grenoullie. hingga untuk melampiaskannya mereka mencabik-cabik tubuh Grenullie. hingga Grenoullie pun mati mengenaskan sebagai korban kanibalisme dari para ‘penggemar’ nya itu.

Teori Freud dalam novel Perfume

Repression.
Grenoullie adalah sosok yang haus kasih sayang, lahir sebagai seorang ‘yang tak di inginkan’ dan besar dalam asuhan orang-orang yang tak pernah menyayanginya. Grenoullie sangat pendiam, tidak pernah punya teman, dan tidak pernah mengekspresikan perasaannya. Grenoullie kecil juga tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang dan cinta, karena orang di sekitarnya tidak pernah mengajarkan tentang itu. inilah awal dari kepribadian grenoullie yang ’bizzare’ – tertutup, excusive dan isolated. Grenoullie hanya bisa menerima apa yang di berikan tanpa bisa menuntut, Grenoullie bahkan tidak pernah di libatkan dalam dialog apalagi diskusi oleh orang-orang yang mengasuhnya karena terpaksa. disinilah dalam prespective Freud bahwa Grenoullie sebenarnya mengalami tekanan-tekanan akan keadaannya. dan menggunakan repression sebagai mechanism of defense. Repression adalah usaha untuk melupakan atau membuang pengalaman buruk atau suatu hal yang tidak di sukai untuk mengatasi Anxiety (kecemasan). sebagai contoh seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual misalnya berusaha melupakan atau membuang pengalaman buruk itu. namun sejatinya ingatan atau memory yang di repress itu tetap ada dan tersimpan dalam unconsious mind (alam bawah sadar). efek negatif dari repression adalah suatu saat bisa meledak dengan emosional bawah sadar yang berbahaya.

Repressing: The person pushes painful or threatening memories, thoughts or emotions out of their mind. This is more than just refusing to think about something - the person can blank them out and forget they ever existed. For example, a person who endured an incident of sexual abuse as a child may literally not remember anything about it ... the memory has been totally repressed (although the memory continues to exist, of course, in the unconscious mind). [Peter Lace www.peterlance.com.au]

dalam novel Perfume, Grenoulllie mengalami masa yang penuh dengan pengalaman dan perlakuan buruk sejak lahir sampai dewasa dari orang di sekitarnya. saat itu dia memang tidak memberontak dan merepressnya. hingga suatu saat rasa itu muncul ketika terjadi perdebatan ego (counsious self) dan id (unconsious self) nya yang kemudian di menangkan oleh id nya – hingga dia menjadi pembunuh.

di novel juga di ceritakan bahwa Grenoullie sangat membenci semua orang ’humans’ bahkan ada cita-cita untuk balas dendam dengan membuat perfume yang akan membuat semua orang mengaguminya sedang dia membenci mereka.

Sexual Perversion
Perversion, conversely, are sexual acts which either: 1) extend, anatomically, beyond regions of the body are designed for sexual union [Freud: Three Essays on Sexuality and Other Writings]

suatu hal yang ganjil adalah Grenoullie membunuh 25 orang yang semuanya harus virgin dan cantik bukan untuk mendapatkan kevirginan mereka, namun hanya untuk mendapatkan aroma tubuh /scent mereka. scent mereka bagi Grenoullie adalah suatu yang bisa melampiaskan kesepiannya, sesuatu yang bisa membuatnya bahagia hingga dia ingin mengawetkannya dan menjadikannya perfume pribadinya, karena menurutnya dia sendiri tidak punya scent.

dalam teori psichoanalysis, apa yang di lakukan Grenoullie sesungguhnya adalah pelampiasan hasrat sexual namun di sebut sebagai sexual pervession (penyimpangan seksual) bagian dari sexual inversion. menurut Freud sexual prevession adalah aktivitas sexual (sexual ativities) untuk melampiaskan hasrat sexual tanpa menggunakan dan mengarah pada genital .

The energy of sexuality is far from exclusively genital; it can also be anal or oral,” Freud noted, and “it can also be displaced onto fetish objects or substitutes that replace early desired objects.( Freud. Introductory Lectures on Psychoanalysis.)

Dalam novel di lukiskan betapa Grenoullie sangat menikmati setiap scent dari korbannya.
“He smelled that this was a human being, smelled the sweat of her armpits, the oil in her hair, the fishy odor of her genitals, and smelled it all with the greatest pleasure.”

aktivitas ‘mencium bau’ korban ini di artikan dalam teori Freud sebagai aktivitas sexsual, namun sexual yang menyimpang atau sexual perversion.

the abandonment of the reproductive function is the common feature of all perversions. We actually describe a sexual activity as perverse if it has given up the aim of reproduction and pursues the attainment of pleasure as an aim independent of it.[Freud. Introductory Lectures on Psychoanalysis]

Dalam novel tidak pernah diekpos dialog Grenoullie dengan orang lain kecuali dengan Baldini. Grenoullie memang tidak pernah mengenal orang lain selain orang yang mengasuhnya ‘tanpa cinta’ sehingga keterasingan ini bisa menyebabkan dia merasa asing dengan genital sexuality, dan menemukan penyimpangan ‘scent’ yang sejak lahir menemaninya yang menjadi displacement bagi hasrat sexualnya [Grennoulie di lahirkan di kawasan kumuh yang akrab dengan berbagai smell atau scent, dan dia mempunyai sense of scent yang luar biasa]

Freud tidak menyebutkan (atau aku belum menemukan) sebab Inversion secara spesifik, namun menurut Freud Inversion bisa bersifat Innate (bawaan) atau degenerate. dalam prespective ini Freud berpendapat bahwa Inversion hanya menjangkit orang-orang yang menderita nervous disorder

Freud speculates as to the nature of inversion based upon two suppositions, which are as follows: 1) inversion is innate, and 2) it is also degenerate. From this perspective, inversion can only be perceived of in association to persons who are suffering or appear to be suffering from nervous disorders.

juga menurut Freud Inversion adalah fenomena yang sering di alami oleh orang-orang yang punya ‘antiquity’ atau banyak di derita oleh ras-ras primitive.

inversion was a frequent phenomena among peoples of antiquity, and b) inversion is remarkably widespread among many `savage` [sic] and primitive races, whereas the concept of degeneracy is usually restricted to the states of `higher civilization.` [Freud: Three Essays on Sexuality and Other Writings]

Narcissistic Personality disorders.
Dalam analisa Psychology, Grenoullie juga bisa di kategorikan sebagai seorang yang menderita Narcissistic Personality Disorder atau Egocentrism dimana seorang tidak perduli dengan orang lain tetapi hanya perduli kepada diri sendiri, bangga atau bahkan mengagumi diri sendiri. keadaan psikologis ini juga menyebabkan seseorang ingin di puja oleh orang lain tetapi kurang empati kepada orang atau lingkungan di sekitarnya.

Narcissistic Personality Disorder (NPD) is a
personality disorder, as "a pervasive pattern of grandiosity, need for admiration, and a lack of empathy (www.wikipedia.com)

Grenoullie – karena tidak pernah mengenal cinta dari orang lain – hanya mencintai dirinya sendiri, di samping kebencian terpendamnya kepada manusia. cita-citanya yang ingin menciptakan ‘the best perfume in the world’ untuk membuat semua orang mengaguminya. dia dengan bangga merasa sebagai Grenoullie The Great menjelang akhir hayatnya.

Dan hampir sama na’asnya dengan kisah Narcissus yang akhirnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri setelah merasa tidak tampan lagi, Grenoullie pun akhirnya mati di tangan para pengagumnya sebagai korban kanibalisme.

Kesimpulan:
Novel ini cukup unik dan menarik, terutama dalam menghadirkan data fictional yang menyatu dengan plotnya. Patrick Suskind tampaknya sangat hati-hati dalam research nya tentang dunia Perfume,sehingga berusaha menghadirkan efek emosional yang bisa di sebabkan oleh Parfume, sayang sulit untuk mencari teori yang berelasi dengan ini, kecuali melalui research ;). juga research nya tentang setting of Place di novelnya – Prancis abad ke 18, cukup meyakinkan.

Selain itu ada pesan mendalam dari novel ini yaitu kepribadian, karakter seseorang sangat tergantung dari lingkungan yang membentuknya. So be Careful with the environment where your Kids growing

Selasa, 09 Desember 2008

~~ My beloved one ~

Kawan, mungkin kau setuju bahwa salah satu hal yang membuatmu sedih adalah berpisah atau ditinggal orang yang engkau cintai. ;). kesunyian, kesendirian, kenangan kerinduan bercampur menjadi satu dalam menapakai hari-hari perpisahan itu. namun di balik semua itu ada nuansa indah di sana, nuansa indah sebuah kerinduan, sebuah harapan, sebuah kenangan akan kebersamaan dengan orang terkasih meski kadang harus di warnai dengan percik airmata.

dulu masih sulit aku mendefinisikan makna kata cinta, apakah ketika aku begitu mengagumi seseorang karena kelebihan-kelebihannya, ataukah ketika aku begitu rapuh ketika tak mampu ‘memiliki’ orang yang aku kagumi?. aku tidak tahu, apakah itu satu ‘bagian’ dari makna cinta?. dan setelah aku menikah aku merasakan hal yang berbeda dengan perasaan yang dulu mungkin pernah datang dan pergi. dan perasaan ini jauh lebih tulus.

dan betapa besar syukurku karena perasaan itu aku miliki kepada orang yang kini menjadi pendamping hidupku - suamiku. mungkin ini suatu hal yang naïf, atau sangat naïf malah, yang mungkin dialami banyak istri, hanya saja aku menerjemahkan ini suatu hal yang sangat istimewa. kau tahu kawan, sehari sebelum akad nikah masih ada keraguan di hatiku untuk memilih dia menjadi suamiku, mungkin karena proses menuju pernikahan kami tidak diawali dengan perasaan saling cinta? ;). Alhamdulillah kami menikah tanpa proses Dating ;)

cinta menurut filsuf yunani terbagi menjadi 3, yaitu Eros, Phelia dan agape. Eros adalah cinta yang lebih di dominasi erotica, dan nafsu. sedangkan Phelia cinta yang dimana derajat nafsu mulai terkikis sedangkan Agape adalah puncak keindahan cinta yang lebih di sebabkan keinginan untuk melakukan take and give

di step pacaran, kebanyakan orang masih di kubangan cinta Eros ini, dan di pernikahan orang mulai menginjak tahap cinta phelia karena hubungan yang tidak hanya berdasarkan ‘kesenangan’ semata tetapi lebih jauh kepada tanggung jawab. sedangkan tahap agape mampu di wujudkan oleh seorang yang tulus ikhlas mencintai tanpa menuntut seperti cintanya Khadijah kepada Rosulullah SAW. mugkin kah suatu saat aku bisa menggapai tingkatan cinta ini? Hopefully, Amiin ya Robb


aku mengaminkan bukunya Salim A Fillah “nikmatnya pacaran setelah pernikahan (NPSP)” karena aku merasakannya. indah kawan, sungguh indah pacaran setelah menikah. aku yakin sangat berbeda dengan pacaran pra-nikah yang sering di warnai dengan nafsu dan perasaan menggebu. pacaran pasca menikah lebih bertanggung jawab, tulus, apa adanya dan yang terpenting pastinya Halal, halal untuk melakukan apa saja (hehe)

dan pernikahan telah menyatukan kami – dua insan yang berbeda - baik dalam latar belakang budaya, pendidikan, ataupun karakter. suamiku berasal dari makasar yang terkenal dengan karakter kerasnya, sedang aku dari suku Jawa yang tekenal dengan karakter lembut dan agak mudah tersinggung, sekilas tampak sangat kontras, sehingga pada hari-hari awal pernikahan sering diwarnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, dan penyebabnya hanya karena belum saling mengerti karakter masing-masing. tetapi hal-hal yang terjadi itu justeru seakan menjadi kenangan indah tersendiri dalam hatiku yang membuatku sering merindukannya. dan dari sini aku tahu bahwa menikah berarti proses mengenal, mengenal untuk bisa memahami.

dari sini juga aku menemukan ‘premis’ bahwa pernikahan bukanlah mempertemukan kecocokan dari dua orang yang berbeda tetapi justru menyatukan perbedaan dari dua insan yang memang berbeda. dan kebahagiaan pernikahan tidak hanya dalam wujud canda tawa dan kemesraaan, bahkan kemarahan, kecemburuan adalah bagian dari kebahagiaan itu sendiri (dalam ukuran proporsional tentunya).

sungguh indah Islam mengatur makna hubungan lawan jenis dalam lembaga yang di namakan pernikahan. Islam mentransformasikan sesuatu yang profan menjadi transenden atau malah menggabungkannya. keindahan, kemesraan, sesaat terlihat sebagai sesuatu yang profan an sich, tetapi tidak jika di lakukan dalam ikatan pernikahan - menjadi suatu ibadah yang bermakna transenden.

selain itu ikatan dalam pernikahan sejatinya menjadi pengikat cinta itu sendiri. karena ‘cinta’ (dalam dimendi profan) bukan suatu hal yang kebal dengan benturan ruang dan waktu. tetapi cinta yang terikat oleh ikatan (dalam hal ini syariat) tidak mudah terkikis arus ruang dan waktu karena sumber dari cinta yang di manifestasikan di sini adalah cinta Sang Pemilik Cinta itu sendiri yang kekal abadi.
.

aku ingat kata-kata Ridwan dalam diskusi BZ - when you like something/someone you accept it unconditionally, you accept -and most importantly understand- the good and the bad of the one – aku menerjemahkan kata like di sini bukan sekedar suka tetapi ‘cinta’ meski dimensinya berbeda tetapi kata ‘cinta’ lebih cocok untuk kontek kalimat di atas.

So cinta bukan berarti kita buta dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang atau sesuatu yang kita cintai. tetapi cinta berarti mengerti baik dan buruknya, kelemahan dan kelebihannya untuk kemudian menerimanya. sehingga cinta bukan berarti melihat sesuatu yang salah menjadi benar seperti banyak orang assumsikan dalam frase Love is Blind. tetapi cinta bahkan perlu kritik atas kesalahan pasangan kita, tetapi kritik yang membangun yang akan membawa kebaikan.

***
sampai saat ini tak terasa kami sudah 5 bulan berpisah. hanya tiga minggu setelah menikah suamiku harus kembai ke Mesir karena masih ada hal-hal menyangkut pendidikannya yang harus di selesaikan. perpisahan ini sungguh tidak mudah, bahkan tak sanggup kami untuk tidak menitikkan airmata saat kami harus berpisah. seorang yang tampak begitu tegas dan keras itupun menatapku dengan iba, seakan tak sanggup untuk beranjak pergi. namun bagaimanapun ini adalah komitmen kami. komitmen yang telah kami sepakati sebelum menikah, harus berpisah selama 7 bulan.

Namun betapapun berat perpisahan kami, kami tetap ‘bersama’ meski tidak secara fisik. dan dalam kebersamaan inilah kami selalu berdialog. sharing, canda-tawa, kemesraan, cerita, cemburu, kesal bahkan marah kuartikan sebagai dialog jiwa dalam proses saling mengenal diantara kami. dan dialog ini tidak akan berakhir bahkan akan terus berjalan sepanjang kebersamaan kami. dalam dialog itulah kami menemukan benang merah dari perbedaan, baik itu perbedaan karakter, pandangan, pemikiran, kelebihan dan kekurangan. dan dari dialog itulah timbul rasa saling mengerti, memahami, dan menerima dan itulah CINTA.


semoga cinta kami abadi sampai ke syurga nanti. Amiin. ;)

~ Franz Fanon, Black Skin White Mask ~

Black Skin White Mask adalah adalah sebuah buku yang di tulis oleh Frantz Fanon pertama kali di terbitkan dalam bahasa prancis Peau noire, masques blancs tahun 1952. dalam buku ini Frans Seorang Psikiatris Menggunakan teori Psikoalanilis untuk menjelaskan efek spikologi yang di alami kulit hitam di tengah dominasi kulit putih. Selain sebagai seorang psikiater Franz berbicara sebagai secara Subyektif sebagai ’obyek penderita’.

sejarah peradaban dunia yang di dominasi satu golongan atas golongan lain - kolonialisme dan imperialisme bahkan slavery - bagaimanapun meniscayakan sebuah efek yang tidak bisa di hindari.

spesifik dalam sejarah barat, bangsa kulit hitam adalah the dominee (dalam bahasa Marx) sedang bangsa kulit putih sebagai the dominator. di ranah ini tumbuh subur hubungan kesenjangan antara inferior dan superior, bagaimanapun kedua kubu ini [dalam prespective Marx] tidak akan pernah menemukan benang merah atau titik temu, duduk sebangku bersebrangan, berdiri sejajar atau mempunyai hak yang sama.

tidak seperti Marx yang menguraikan teori dan solusi dari sebuah penindasan yang berakhir pada epistemologi revolusi, dalam aplikasi sosialisme - kesetaraaan, penghapusan individual rights, dbs - Franz Fanon seorang tokoh Psikologi dalam buku ini menitik pusatkan penelitiannya pada ’aspek kiri’ dari sebuah kolonialisme.

dalam kamus Franz, kolonialisme kulit putih telah memberi dampak Inferiority complex pada kulit hitam sebagai obyek dari kolonialisasi. inferiority complex adalah perasaan dependend dan tidak percaya diri, menganggap orang lain lebih baik, pintar, tangguh dsb. efek dari inferiority complex sudah barang tentu adalah kemunduran kepribadian, reduksi karakter dan lost of identity (kehilangan identitas).

An inferiority complex, in the fields of psychology and psychoanalysis, is a feeling that one is inferior to others in some way. Such feelings can arise from an imagined or actual inferiority in the afflicted person. It is often subconscious, and is thought to drive afflicted individuals to overcompensate, resulting either in spectacular achievement or extreme antisocial behavior, or both. Unlike a normal feeling of inferiority, which can act as an incentive for achievement, an inferiority complex is an advanced state of discouragement, often resulting in a retreat from difficulties. (www. wikipedia.com)

selain itu kolonialisme itu juga membentuk karakter kecenderungan meniru (imitate) aktor pelaku kolonilisme itu sendiri, dalam bahasan sempit adalah kulit putih. Franz menyebutnya dengan istilah ”Black Skin White Mask” .

keberadaan kulit hitam di bawah dominasi kulit putih telah melahirkan complexion yang berujung pada upaya meniru - Black Skin White Mask - subyek pendominasi (kulit putih). proyek Imitating ini tidak hanya dari kontek fisik tetapi juga non-fisik seperti pola pikir bahkan ideologi.

dalam prespective Fanon perbedaan ras dan Etnisitas bukan sekedar perbedaan yang bersifat alamiah dan terkait dengan faktor-faktor yang askiptif seperti yang di asumsikan oleh teori-teori ras dan etnisitas dalam pendekatan kultural-biologis.

Namun, Pendapat Fanon ini lebih dekat dengan pendekatan Neo-Marxist dalam Sosiologi Etnisitas seperti Oliver Cox, Edna Bonacich, Michael Hecter, Robert Mile, Antonio Gramsci, dan Stuart Hall. Oliver Cox mengatakan bahwa pertentangan antar kelompok etnik dan ras adalah tidak universal namun terjadi dalam konteks sejarah tertentu, dan tarkait dengan asal-usul dan kebutuhan ekonomi politik kapitalis (Milosevic 2004: 32)

Teori Fanon ini tampak relevan dengan apa yang terjadi saat ini, dalam konteks neo- kolonialisme, yang sebagian besar dialami oleh Third World Countries. indonesia sebagai salah satu contoh nyata. kecenderungan negara dunia ketiga untuk keniru ’the colonolizer’ sangat besar, hal ini bisa di lihat dari berbagai adopsi baik dari budaya, sistem, pemikiran, gaya hidup maupun ideologi. ada kecenderungan yang sangat masiv dari masyarakat dunia ketiga untuk merasa bangga dengan berbagai produk yang di hasilkan oleh ’the colonizer’ tersebut. kecenderungan ini menurut prespective Fanon di picu oleh rasa inferiority complex sehingga ada keinginan untuk ’meleburkan diri’.

Senin, 01 Desember 2008

~ Obama dan Inferiority Complex ~

Justeru dari pak Kris aku baru tahu betapa ramainya euphoria kemenangan Obama di Indonesia, ternyata sampai ada yang menonton bersama di hotel berbintang?, bahkan ada yang dengan bangga menyebut Obama sebagai Anak Menteng yang menjadi presiden US.

memang aku ikut senang dengan terpilihnya Obama. tetapi rasa senangku ini hanya sebatas senang karena menurutku Obama lebih baik di banding Mc Chain. sama sekali bukan karena Obama pernah tinggal di Indonesia. aku sempat mengikuti kabar kampanye mereka dan aku juga melihat debat terakhir antara Obama dan Mc chain. dalam kampanye Mc Chain lebih banyak menghalalkan Black Campaign, dengan menuduh Obama berteman dengan teroris, juga merendahkan Obama karena menganggap Obama seorang disguising Muslim. dalam hal ini ada jawaban yang menarik dari Collin Powell mantan Sekretaris Negara di Era kedudukan Bush 2001-2005. saat itu Collin menjawab tentang tuduhan bahwa Obama seorang muslim dengan jawaban seperti ini. Obama is not a Muslim, he is a Christian, but the answer is what if he is? it is a mistake to be a Muslim in US?.

juga di debat terakhir di sesi National Defense yang memfokuskan pembahasan pada Iran, Obama masih lebih baik dari Mc Chain karena masih mempertimbangkan penyelesaian yang lebih cooperative yaitu melalui dialog, sedangkan Mc Chain tidak akan pernah mengambil jalur dialog dengan Iran, juga Obama berjanji akan menarik pasukan dari Irak. hal itulah yang menjadi alasan mengapa aku sedikit senang ketika Obama menang dari Mc Chain-berharap ‘sedikit’ perbaikan pada politik LN AS.

tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa AS adalah Negara besar yang punya ‘platform’ tersendiri yang sangat sulit untuk di terobos, siapapun presidennya. platform ini terkait juga dengan politik LN AS. sejarah mencatat J. F Kennedy sebagai satu-satunya presiden AS yang hendak keluar dari platform AS yang akhirnya mati terbunuh. misteri pembunuhan itupun tidak diterungkap dengan jelas sampai detik ini, tentunya dengan berbagai alasan politis. banyak sumber yang mengatakan bahwa pembunuhan JF Kennedy terkait dengan langkahnya keluar dari platform AS - keberaniannya memberikan tekanan pada PM Israel, dan mendukung warga Kulit Hitam di Amerika.

dan menurutku euphoria yang ada di negeri ini sedikit berlebihan, juga aku sempat sangat kesal ketika melihat acara dialog West-East Connection, yang di gelar si Metrotv hanya beberapa hari setelah Obama Terpilih. Indonesia di wakili oleh Rizal Malarangeng dan Syafii Anwar. aku sangat geram dengan pernyataan-pernyataan mereka kepada pihak AS waktu itu, yang sangat terlihat sekali rasa ‘Wong Cilik’ kita sebagai bangsa Indonesia. Rizal terkesan sangat American Minded dan membeo dengan apa saja yang berbau AS, dan sangat mengharap bantuan-bantuan AS melalui Obama. begitu juga Syafi’i sang pejuang pluralisme ini, sangat getol dengan isu Islam moderatnya dengan ‘mengemis’ dukungan dari AS. menurutku ini adalah Nothing, dan Silly thing. aku lebih senang menonton acara yang sama beberapa waktu sebelumnya, saat itu Amin Rais salah satu yang mewakili Indonesia, waktu itu Amin Rais masih cukup berani menelanjangi kebobrokan kebijakan LN pemerintah Bush.

Adalah suatu keharusan berpositif thinking dan tidak salah bila kita mempunyai harapan begitu juga berharap akan adanya dampak positive bagi indonesia dengan terpilihnya Obama, tetapi Euforia ini sepertinya sedikit berlebihan juga harapan yang terlalu muluk-muluk hanya akan mengafirmasi dependensi kita kepada Negara lain. dan hal yang lebih Ironi bila semua ini adalah cermin dari Inferiority complex kita sebagai sebuah Negara besar di tengah masyarakat dunia. What a sad..!!

Kamis, 27 November 2008

~ Endless ~

Biarkan malam berlalu dengan seringainya
bahkan purnama berlalu dengan detik merayap
bukankah perjuangan adalah niscaya?
dan pengorbanan hanya satu arti dari kata ’cinta’

satu malam, saat yang sama
musim dingin, beku menyapa
dan musim hujan taburkan sunyinya
aku, kau dan DIA

meniti hari di lentera asmara
terpisah benua dan samudera
remah sepi, getarkan nadi
rindukan belahan hati

ku menanti
kemesraan abadi
sampai di syurga nanti

For : My Qawwam
Jakarta 26 Nov’08, 23.00 WIB

Senin, 24 November 2008

~ BZ Presidential Election ~

Hari sabtu kemarin adalah hari special bagi Britzoners karena kemarin adalah hari pemilihan Presiden Britzone 2009. dan president terpilih adalah Mr. Kikim menggantikan Vemi. sebelumnya ada 4 Capres yaitu : Farhan, Kikim, Pras dan Endah namun menjelang pemilihan Farhan tidak bisa hadir karena harus over time sehingga tidak bisa di calonkan lagi, kemudian Pras mundur karena sibuk dengan kegiatan yang lain. sehingga calon yang ada tinggal Kikim dan Endah. sebenernya banyak yang kecewa dengan mundurnya Pras karena Pras di anggap sosok yang cukup mewakili untuk menjadi presiden Britzone, bahkan Kikim pun sebenernya sangat mendukung Pras. banyak pendukung Pras yang kecewa tetapi bujukan teman-teman yang mendukung ternyata tidak berhasil, Pras tetap pada pendiriannya – Back Off.

O ya sebelum pemilihan ada presentasi dari Capres. Dari Endah belum ada program yang jelas selain meneruskan program yang sudah ada dan dari Kikim ada satu program yang menarik, yaitu melibatkan Britzoners dalam kegiatan sosial, dan fokusnya adalah pendidikan untuk anak jalanan. aku sangat tertarik dengan program ini, dan aku sempat menanyakan pada kikim saat presentasi, juga sempat menanyakan program maintainance anggota yg aktive, dengan memberi masukan urgency membuat data base anggota yang bisa menjadi alat monitoring keanggotaan, juga untuk lebih mudah mengkoordinasi jika ingin melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan Britzoners, dan usulan ini ditanggapi cukup serius oleh Kikim.

mengenai mengajar anak jalanan sebenernya sudah lama terpikirkan dan sempat juga di garap oleh teman-teman Gamada beberapa waktu lalu, tetapi tidak berlanjut karena beberapa masalah, terutama dana dan waktu. pernah juga punya ide untuk membuat cluster sendiri di daerah Jaksel. tetapi waktu itu dapat cerita dari Diah temenku di TS bahwa untuk terjun ke dunia mereka ini butuh persiapan dana yang memadai. ini pengalaman Diah dan teman-teman kuliahnya yang pernah berkecimpung di area yang sama, mereka akhirnya menyerah karena keterbatasan dana, dan yang sangat tragis anak-anak didik mereka (anak-anak jalanan) ini di ambil oleh misionaris yang mempunyai dana melimpah.

menurut Diah mengajak mereka belajar bukan urusan mudah dan tidak bisa dengan ‘tangan kosong’. untuk menarik mereka mau bergabung biasanya harus menyediakan uang saku setelah berlajar dan kadang juga makanan di setiap belajar. ketika proses telah berjalan dan sudah timbul kesadaraan anak-anak ini untuk belajar hambatan berikutnya adalah orangtua mereka yang ingin mereka tetap menghasilkan uang. alhasil mereka di larang belajar jika tidak menghasilkan uang. bebrepa bulan Diah dan teman-temannya masih bisa menanggung dana itu tetapi lama-lama mereka yang masih kuliah harus di paksa menyerah ketika para misionaris berhasil mengambil alih anak didik mereka ini.

kembali Britzone ya…J
untuk program yang di tawarkan Kikim ini memang sudah di rintis oleh salah satu member Britzone, Maria yang sudah lebih dulu terjun ke mereka, juga ada tanggapan dari Jati yang juga ternyata guru honorer untuk anak-anak duafa. aku sangat berharap program ini bisa di laksanakan, dan berharap sekali bisa ikut serta dalam program ini. kemarin sempat di tanya tentang kesanggupanku untuk jadi Comitee, sebenernnya aku sangat ingin tetapi mungkin aku hanya bisa Back Up dari belakang karena takut tidak bisa maksimal, bagaimanapun aku sudah menjadi Ibu RT sekarang hehe..

anyway, selamat buat Kikim semoga bisa membawa Britzone lebih baik dari segala aspek ;)

Kamis, 20 November 2008

~ Enlightenment ~

Hari ini satu pencerahan aku dapatkan. kau tahu kawan? aku seperti menemukan Angel dari perjalanan pencarianku akan titik pijakku? yups…ntahlah akankah angel ini yang akan aku pegang kukuh, sebagai suatu pijakan untuk merealisasikan teorema-teorema klasikku yang selama ini sangat tidak praktis.(?)

tetapi setidaknya aku mulai tertarik dengan pejalanan panjang dan mungkin ‘liar’, dalam pencarian identitas kepenulisanku – ini hanya istilahku dan aku tidak sedang memantaskan diri untuk di sebut penulis dalam terma ‘signifier’ mainstream. ;)


tadi pagi, aku tidak ada deadline, jadi aku berselancar ke dunia mayaku. dan tiba-tiba aku tertarik untuk mencari kembali teori-teori sastra yang pernah aku pelajari sepintas lalu. meski tidak mendalami. seakan baru aku ingat bahwa sebagian teori-teori itu yang sekarang sangat getol di aplikasikan oleh yang mengaku sebagai ‘intelektual muslim’ di negeri ini dalam berbagai kancah perdebatan. untuk ‘mengacak-acak’ sebuah kemapanan.

ntah kenapa aku baru menyadari link yang begitu erat antara karya sastra dengan Filsafat, sejarah, politik, bahkan Ideologi. dari sinilah awal mulai ketertarikanku –hari ini- untuk mendalami latar belakang sebenar akademikku.

aku jarang sekali membawa identitas almamaterku dalam tulisan-tulisanku diblog ini. karena seperti pernah ku nyatakan dalam tanggapanku akan karya Desi Hanara beberapa waktu lalu bahwa almamaterku adalah hasil ‘perselingkuhan’ akademik sehingga ‘dosa’ itulah yang membawaku dalam identitas akademik ‘mengambang’ saat ini.

mudah-mudahan kawan. aku mulai bisa menerima ‘kekalahanku’ dan membawa sebagai keinsyafan untuk mempersembahkan sesuatu yang baik dari hal yang mungkin sangat minimum yang pernah aku dapat.

mungkin seperti philosophy Andrea Hirata dalam buku sang pemimpinya “melakukan yang terbaik dimana kini aku berpijak”

Semoga..;)

Senin, 17 November 2008

~ Nostalgia ~

sabtu kemarin sepulang dari Britzone, aku sama Tari teman kuliahku yang kemarin ikut datang di BZ discussion, langsung ke Kampus. keperluanku sebenernya adalah untuk meminta surat keterangan akreditasi juga untuk memperbaharui Transkipku yang beberapa bulan lalu terkena air saat kebanjiran.

sepanjang perjalanan tak pernah sepi dengan berbagai cerita dengan Tari, teman satu angkatanku ini yang sudah hampir 2 tahun tidak ketemu kecuali lewat email. dan Impressive-nya ketika sampai kampus aku ketemu dengan Inspiring lecturers ku semasa kuliah di sana. pertama aku ketemu dengan pak Joe, dosen SPM ku, dari beliau aku pernah belajar dasar-dasar filsafat, dari Plato, Aristotle, sampai Descartes, Emanuel Kant, John Lock, dsb. selain mengajar di tempatku ternyata baru kemarin aku tahu Pak Joe ini dosen tetap di President University yang kebanyakan penghuninya Foreigner, dan juga sedang berusaha untuk cari biasiswa S3 nya. yang menarik dari Pak Joe adalah cara dia memberikan kuliah seperti aku ceritakan di posting sebelumnya. beliau selalu memberikan tugas presentasi kepada kami di setiap pertemuan. biasanya presentasi di lakukan berdua atau bertiga, dan mahasiswa lainnya di beri kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya atau mengkritisi presentasi tersebut, beliau hanya mengarahkan dan mengamati jalannya diskusi, dan di akhir jam mata kuliah biasanya beliau memberikan penekanan pada point-point pentingnya saja. beliau juga kemarin sangat menganjurkan untuk meneruskan kuliah lagi, atau paling tidak untuk terus belajar menambah pengetahuan.

setelah ketemu dengan pak Udin bagian ADM, aku ketemu dengan Mam Wulan. Mam Wulan ini dosen kritik sastra sekaligus pembimbing skripsiku, orangnya asyik banget, gampang di temui, dan sangat membantu dalam tugas akhirku. dulu ketika aku stuck dengan pembahasan skripsiku, beliau selalu piawai memberikan pencerahan-pencerahan untuk meneruskan pembahasan. Ketika kami sedang berbincang dengan Mam Wulan, Pak kris datang…Wow..aku dan tari seneng banget. karena keduanya dosen yang asyik abis. pak Kris ini juga pernah ngajar Kritik sastra waktu semester 6 dan dia adalah salah satu penguji skripsiku. kemarin Mam Wulan sempat mengingatkan aku bahwa pak Krislah yang memberi nilai tertinggi skripsiku tentang Revolusi Rusia dan Marxisme itu.

berbincang dengan mereka ini menyeretku pada nostalgia dua-tiga tahun lalu, saat aku masih menjadi mahasiswa sastra. hal yang menarik saat kami membicarakan Obama, ternyata topic obama bener-benar menyeret semua golongan. Pak Kris sangat geram dengan ke Ge-eran orang Indonesia dengan terpilihnya Obama yang menurutnya sebagai cermin Inferiority complex dan post-colonial syndrome. sedangkan Mam Wulan juga pesimis dengan terpilihnya Obama yang bisa jadi malah akan timbul '‘peleburan’' karena Complexion yang di hadapinya. Mam wulan mengingatkan aku akan teori-teori Pos Colonialism, seperti Homi bhabha, black skin white mask, dsb.

selain itu aku juga bertemu dengan Bu Sri Turut, Dosen D3 ku sekaligus pembimbing karya tulisku (untuk bagian Grammar) waktu di D3, waktu itu aku membahas Women Education, termasuk isu-isu feminisme di dalamnya. Dosen yang satu ini juga luar biasa ingatannya meski usianya sudah usia retirement. Beliau mengajar Grammar, dan linguistic sejak puluhan tahun lalu, sehingga seperti hafal semua hal tentang Grammar dan linguistic. kemarin aku sempat curhat hal yang berhubungan dengan mata kuliah beliau dan dengan baik hati beliau menawarkan jam untuk konsultasi gratis. What a nice chance.

Ach…aku bersyukur sekali dengan pertemuan dengan ‘mantan’ Dosen-dosenku kemarin, ternyata banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dari sebuah pertemuan…;)

~ Precious Chance ~

Sabtu kemarin menjadi hari yang menarik dalam rentang waktu dua bulan bergabungku di Britzone. for the first time aku jadi conductor di ajang diskusi sabtuan ESC ku ini. format yang aku ambil adalah Presentasi kelompok dengan tema : Transportation and Education in Indonesia. awalnya aku sangat ingin mengadakan presentasi individu dengan setting seperti debate candidate, tetapi karena keterbatasan waktu (1,5 jam) maka diskusi harus diformat se-efisien mungkin.

aku membuat scope yang cukup systematical untuk presentasinya yaitu: Introduction, Problem formulations, solutions and conclusion. format tersebut sebenerya bertujuan untuk membatasi pembahasan mereka dengan tema yang sangat luas dan general yang aku berikan. selain itu aku mengharuskan setiap anggota kelompok mengambil bagian untuk speak-up dalam presentasi itu. sehingga tidak ada istilah “one man Show”. dan appraisal dari presentasi ini adalah:
compatibility (kecocokan) between problems and solutions, Reasonability/applicability, and Team work

pertama mereka aku bagi menjadi 4 kelompok dengan anggota 4–5 orang perkelompoknya dan aku memilih dua juri, yaitu Ridwan, dan Ali. sebelum acara di mulai aku mendapat masukan dari Ridwan untuk membuat semacam debate tetapi hanya di peruntukkan kepada grup yang mempunyai tema pembahasan yang sama awalnya karena pertimbangan waktu aku hanya akan mensetting debate antara grup dengan juri saja. Dan ternyata masukan ini sangat berguna untuk membuat diskusi lebih hidup. jadi setelah presentasi selesai grup presenter harus menghadapi pertanyaan, atau kritik dari grup lain yang satu pembahasan juga kritik atau pertanyaan dari dua juri. dan di akhir acara di pilih dua grup terbaik dari hasil presentasi ini.

acara ini cukup menarik karena diskusi sangat hidup dengan berbagai pertanyaan dan kritik masing-masing grup. juga pertanyaan dan kritik tajam dari sang juri yang ternyata sangat tepat aku pilih (great for Ridwan and Ali ;) ). juga dari diskusi ini aku mendapat beberapa enlighment dari stimulasi yang aku gulirkan yaitu “Awareness” tetang permasalahan di negeri ini. dan para partisipan mempunyai ide, tanggapan yang menarik. di masalah pendidikan misalnya, hal yang paling banyak di kritisi adalah masalah usang yaitu Jebolnya pertahanan “Clear Government” sehingga sangat sulit merealisasikan dana yang memadai untuk alokasi pendidikan, juga banyak kritik tentang kualitas dan kesejahteraan guru sebagai elemen yang vital yang harus di perhatikan dan di tingkatkan, juga sistem dan kurikulum pendidikan yang unstable dan kurang praktis. dalam hal ini, kami kemarin kehadiran seorang native speaker dari Amerika, namanya Merry yang saat ini menjadi guru Bahasa Inggris di Bandung. Merry yang berwawasan pendidikan di US ini memberikan masukan tentang sistem dan kurikulum pengajaran di Indonesia dengan sedikit membandingkan dengan system di US, yaitu lebih practical, dengan mengurangi memorizing juga Merry menekankan pentingnya kualitas seorang guru, baginya fasilitas nomor dua, setelah guru yang berpotensi.

di bidang transportasi kelompok Yosi membatasi pembahasan pada masalah transportasi di Jakarta. mereka memberikan beberapa solusi diantaranya pemberlakuan pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi, dan hal yang sangat lucu tetapi juga menantang adalah, projek mereka untuk merubah pemberlakuan aturan 3 in 1 menjadi 10 in 1. hal ini sempat menjadi ajang perdebatan yang panjang, dan menarik, karena terasa tidak make senses, tetapi akhirnya kelompok Yosi bisa meyakinkan juri (ridwan) sehingga terpilih menjadi grup presenter terbaik.

sedangkan Ali memilih grup Merry untuk presentasi di bidang pendidikan yang juga merekomendasikan alokasi dana pendidikan seharusnya lebih dari 20%. padahal saat ini pemerintah kita baru bisa mengalokasikan 12% dari APBN. ;)

acara berlangsung lancar dan alhamdulillah Mbak Vemi sang presiden Britzone yang juga membantuku saat mengkoordinasi acara ini, memberikan reaksi yang cukup baik dengan diskusi ini: “It’s Alive and Insightful discussion Jeng”. Alhamdulillah..;)

ada beberpa latar belakang mengapa aku memilih diskusi dengan format dan tema di atas. pertama: format presentasi problem-solving ini menurutku akan menggiring suasana berfikir yang kritis, dan sistematis, sesuatu yang sangat aku rindukan dari masa-masa kuliahku. aku sangat senang dengan salah satu mata kuliah SPM (Sejarah Pemikiran Modern), dengan pak Joe Dosenku waktu itu, yang selalu memberikan mahasiswanya keluasan menyampaikan pendapat tentang materi yang sedang dibahas, kemudian merepresentasikan di depan dosen dan teman2 mahasiswa lain, dengan siap untuk menghadapi pertanyaan dan kritisi. aku suka format belajar dan diskusi seperti ini, karena setiap kita akan punya kesempatan menyatakan dan mempertahankan pendapat sekaligus siap untuk menghadapi kritisi dari kelemahan-kelemahan pendapatnya.

hal yang kedua tentang tema, aku memilih tema ini karena selain tema ini sangat erat dengan our daily life, sehingga vocab yang digunakanpun cukup simple dan applicable, selain itu aku sangat prihatin dengan dua hal ini yang saat ini menjadi major problem di negeri ini. sehingga aku berharap sedikit waktu dari diskusi ini akan menjadi stimulus ‘awareness’ kami sebagai salah satu individu di negeri ini.

Overall, it’s a precious chance for me ;)

Jumat, 14 November 2008

~ My Ambition ~

Kawan, sebenernya banyak sekali yang ingin ku ceritakan minggu ini, tetapi ada keterbatasan untuk menulis di diary ku tercinta ini.

hal yang lama ingin aku ceritakan adalah, gejolak akademik yang kembali aku rasakan. aku semakin bernafsu untuk meneruskan karir akademikku, meski aku tidak tahu kapan, dan dimana?

banyak inspirasi yang begitu menggodaku akhir-akhir ini. pertemuan ku dengan teman-teman yang meneurutku Intelek dan Fighters membuat impianku membuncah, menyusuri lorong perjuanganku yang sekian bulan sepi akan percikan api semangatnya. semangat untuk menjadi the useful one, semangat untuk menjadi the smart-one. selain senang ketemu dengan orang-orang yang baik (soleh), aku juga senang bertemu dengan orang-orang cerdas, pintar atau education-oriented.

taukah kawan, sebenernya aku sangat ingin meneruskan S2 ku sejak aku lulus S1 dua tahun lalu tetapi banyak hal yang membuatku belum bisa merealisasikan mimpi ini. tetapi mimpi itu selalu hidup di hatiku. mimpi yang merupakan satu pijakan untuk bisa mempersembahkan yang terbaik dalam hidupku. meski tak selamanya menyandarkan kata ‘menjadi berguna’ itu kepada gelar akademik tetapi itulah jalan yang ingin aku pilih kawan.

beberapa minggu lalu aku mendapat teman-teman yang mengesankan di Britzone-English Speaking Clubku. salah satu temanku Octavia,akan pergi ke belanda bulan Desember ini. Via ini lulusan S2 fakultas kedokteran UI yang akan mengadakan Research di salah satu Universitas di Belanda. dia mendapat biasiswa untuk Reseach dari seorang Profesor di Belanda. dan satu lagi yang minggu lalu baru ketemu Rina namanya dia sedang menunggu hasil pengumuman aplikasi biasiswanya juga ke Belanda. dan dari cerita Rina ini kemarin aku sempet salut juga sama perjuangannya yang all out untuk bisa meneruskan S2 nya dengan jalur Biasiswa. sebelumnya dia sudah pernah apply tetapi gagal, padahal saat itu dia sampai mengurus sendiri prosesnya dengan datang langsung ke Universitasnya di Belanda hingga akhirnya dia kehabisan uang dan harus cari kerja selama 2 bulan untuk bisa pulang. sepulang dari belanda dia bekerja sambil terus berjuang kembali apply biasiswa. usahanya ga tanggung-tanggung, selain ikut kursus TOEFL internasional di ILP, dia juga les privat sama Native. padahal Englishnya menurutku dah bagus banget especially in speaking. dan terakhir kemarin teman kuliahku Tari yang juga bermiat mengejar biasiswa AUSAID.

saat ini memang belum bisa banyak usaha yang bisa aku lakukan. mengejar biasiswa?? sebenernya sangat ingin mengambil tindakan-tindakan ‘ekstrem’, tetapi ach…kebersamaan dengan suamiku masih jauh lebih berharga kawan ;). karena suamiku tidak bisa mengambil S2 di tempat aku mengejar biasiswa (hanya seandainya aku di terima). tetapi aku yakin ada jalan lain nanti yang InsyaAllah bisa aku tempuh, dengan tetap setia menemani perjuangan suamiku tercinta;)

yah itulah ambisiku, kau tahu kawan, aku adalah seorang pemimpi, untuk menyelesaikan S1 ku saja aku harus berjuang keras, apalagi untuk S2 dengan biaya yang puluhan juta?? aku tak punya modal apa-apa untuk mewujudkan mimpi itu selain keinginan, usaha dan tentunya do’a. tetapi aku percaya bahwa Nothing is Impossible in Allah’s Hands tentu saja dengan saham usaha dan kerja keras kita.

aku ingat kata-kata nya Randy Pausch penulis buku ”last Lecture” sekaligus seorang penderita Kanker Pankreas yag akhirnya meninggal dunia setelah berjuang keras melawan penyakitnya:

Brick walls are there for a reason. They let us prove how badly we want things."

Jadi???…Go head..and never say to Give up…!!!

Selasa, 11 November 2008

~ My English Site ~

kemarin ketika sedang blog walking, aku menemukan alamat Multiplyku di posting dib log roll teman ku, dari sana ku baru buka lagi Multiply ku yang sudah lama aku cuexin. dari multiply itu aku baru inget aku pernah buat beberapa blog. dan salah satu blog itu pernah aku rencanakan untuk menjadi English site ku, khusus memuat tulisan2 ku yang aku tulis in English. tapi ternyata aku lupa dengan ‘komitmen’ itu. karena kesibukan juga hal lainnya. nah kemarin waktu menemukan blog itu terpikir untuk memberdayakan blog ku itu menjadi English site ku. paling tidak aku bisa belajar menulis atau mencurahkan ide in English J

sebenernya aku pernah berencana punya satu site aja tapi full in English, tapi jujur aku belum pe-de untuk itu, di samping keterbatasan vocab juga aku merasa tidak bebas berekspresi klo menulis dalam bahasa inggris. alasan ketiga, nasionalisme (hwek…) biar begini aku masih mencintai bahasa nasionalku loh (banyak cari-cari alasan hehe ;)

Nah klo kawan mau berkunjung, ini neh English siteku
www.alzrie.blogspot.com tapi masih terbatas banget tulisannya, juga maklum ya klo Englishnya ga ‘gape’ hehe.

Jumat, 07 November 2008

~ Amrozi dan Terorisme ~

Akhir-akhir ini kita di hebohkan dengan berita eksekusi pelaku Bom Bali Amrozi CS. hampir semua media massa membuat headline yang sama tentang berita ini. kemarin malem sempat juga menonton acara dialog di TVone tentang Indonesia dan kontek terorisme, dan kaitannya dengan kasus Amrozi.

aku sependapat dengan Jubir HT dalam menyikapi kasus Amrozi ini. bapak Ismail Yusanto kemarin mengatakan bahwa menurut hukum Islam, membunuh atau menghilangkan nyawa orang dengan alasan yang tidak di benarkan dalam syariah hukumanya adalah qishos atau Hukuman mati, jika ahli waris yang dibunuh tidak memaafkan. dalam kasus bom bali jelas banyak manusia-manusia tak berdosa yang terbunuh di sana walaupun sang pelaku mengakui bahwa aksinya adalah atas motivasi jihad yang sebagian orang membenarkan tetapi jawaban MUI menurutku sudah mewakili, bahwa jihad dalam hal ini sungguh suatu terma yang tidak relevant.

namun terlepas dari hal itu yang perlu di cermati sebenarnya adalah, benarkan Amrozi CS yang melakukan pembomam sedemikian dasyat, yang membunuh ratusan orang, dan menghancurkan kota Legian?? ataukan ada infiltrasi, interfensi atau design-design lain yang di selipkan dalam aksi ini?. Berdasarkan hasil pemeriksaan bom yang meledak di bali tepatnya Sari Club-Legian saat itu termasuk bom semi nuklir.

dalam persidangan, Imam samudra pernah mengakui bahwa dia sendiri heran dengan ‘hasil’ pemboman yang menurutnya melebihi kemampuannya, juga mobil yang digunakan (Mitsubishi L-300) berbeda dengan yang di sepakati dalam rapat terakhir mereka (Suzuki Cary). juga seperti Jubir HT mengatakan ada kejanggalan yang perlu di analisa dalam kejadian ini, diantaranya adalah tidak matchingnya antara motivasi dan target. motivasi para pembom ini adalah karena kebencian mereka kepada Amerika, tetapi yang menjadi sasaran pemboman mereka adalah Bali, mengapa harus Bali?, apa hubungannya antara Bali dan Amerika. memang Bali adalah salah satu kota wisata yang paling di cari oleh turis Australia, dan Australia seperti yang kita tahu adalah salah satu antek amerika. tetapi apa hubungannya warga Negara Australia (yang mungkin tidak tahu menahu dengan Amerika) harus bertanggung jawab atas perbuatan pemerintah Amerika. juga pemboman di JW Marriot, mengapa harus hotel Marriot, padahal hotel Marriot bukanlah milik amerika bahkan banyak symbol-simbol Amerika di negeri ini malah selamat seperti kedutaan Amerika.

tetapi hal ini di jawab oleh Umar Abduh [yang mengaku sebagai ‘mantan teroris’] bahwa hal ini karena kenaifan berfikir para pelaku tadi. kenaifan dalam mentranslasi motivasi dalam aksi. sedangkan Jubir HT mengatakan hal ini bukan kenaifan tetapi kealfaan yang bisa di sebabkan oleh mis-informasi dan kurangnya informasi (seandainya benar mereka pelaku ‘tunggal’ dalam kasus ini).

memang ada beberapa perbedaan sudut pandang yang aku lihat dari sisi Umar Abduh dan Jubir HT, di mana Abduh yakin bahwa hal itu mereka lakukan, bukan atas campur tangan intelejen atau pihak lainnya, sedangkan Jubir HT mengatakan ada indikasi design atau hidden hand di balik peristiwa itu. bisa saja dalam hal ini infiltrasi atau profokasi asing yang ingin semakin menjatuhkan wajah Islam di negeri ini.

namun pada kesimpulannya di temukan benang merah diantara dua pendapat ini yaitu ketidakadilan dalam stigmastisasi. adalah benar bahwa Amrozi tidak bisa di benarkan dalam aksinya, juga benar bahwa peristiwa ini peristiwa yang tragis, tetapi jika kita amati seperti ada over reacting dalam menanggapi peristiwa ini, berita yang selalu di ulang-ulang di media baik media cetak maupun media elektronik, bahkan di adakan perayaan terjadinya tragedi ini setiap tahunnya dengan berita yang di sebar ke pelosok penjuru dunia, dengan selalu mengaitkan mereka dengan Islam, entah itu Islam konservative, fundamentalis atau Islam radikal, ada proses yang sebenernya sedang di bentuk di sini. proses stigmastisasi, proses yang sudah demikian lama berjalan di dunia timur tengah yang akhir-akhir ini merambah Indonesia sebagai Negara muslim terbesar – hal ini di tujukan untuk memberikan stigma bahwa Islam is terrorist, dan Indonesia is the home of terrorists.

ketidakadilan ini jelas tampak ketika kita melihat sejarah, dengan tragedi-tragedi yang massive yang jauh lebih memilukan namun di arahkan untuk ‘di maklumi” sebagai tindakan preventive atau tindakan balasan. karena tindakan ini di lakukan oleh mereka yang menggembar-gemborkan istilah Teroris itu sendiri. ‘sejarah nyata’ mencatat Pembantaian ribuan rakyat Elsavador di era Carter-Reagen, pembantaian puluhan ribu rakyat Guatemala, pembantaian di Nikaragua, Afganistan, Libanon, dan terakhir Irak, penghancuran sebuah Negara yang menelan korban ratusan ribu jiwa, tidak pernah di anggap sebagai tindakan teroris. Mana ada yang mengatakan Bush itu teroris? dengan aksi pembumihangusan Irak juga dukungan berketerusannya pada Israel yang tidak henti-hentinya membantai rakyat palestina.

bukan dalam rangka pembenaran jika aku katakan apa yang di lakukan Amrozi CS sungguh tidak ada apa-apanya jika di banding dengan apa yang di lakukan Amerika dan anteknya terhadap Negara lain, kesewenang-wenangan, pembantaian, kebiadapan telah mewarnai the real History sang kaisar (Amerika: red) ini yang kemudian di hapus dari sejarah, sehingga apa yang banyak masyarakat baca, fahami dan nikmati saat ini adalah sejarah yang di ‘sterilisasi’. inilah yang di sebut: Newspeak World.

dalam bukunya Naom Chomsky edisi terjemahan, Jalaludin Rahmat dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa otak kita persis seperti computer yang merekam berbagai peristiwa dunia, dan kemudian di tulis dan kelompokkan dalam kategori tertentu. dalam hal ini otak kita bisa berfungsi seperti kamus besar kita, yang bisa merecall berbagai kejadian berdasarkan informasi dari kejadian itu. karena proses strorisasi dalam otak kita sering di bentuk oleh kata-kata yang kita dengar dari informasi, maka sejatinya sebagian besar kita memahami dunia ini lewat kata-kata.

dalam bidang linguistic sudah lama ada anggapan tentang keterkitan antara bahasa, fikiran dan pengalaman. Naom Chomsky dalam teori generative grammar yang mengasumsikan kategori kodrati (innate category) dalam jiwa manusia, dimana pengetahuan di peroleh dengan mengaplikasikan category kodrati ke dalam pengalaman. seperti halnya Descartes, Chomsky juga melihat manusia sebagai makluk rasional. dalam bukunya yang di terjemahkan oleh Hamid Basyaib “menguak tabir terorisme internasional”, Chomsky mengutarakan keprihatinannya karena rasionalitas manusia ini telah di kendalikan oleh kekuatan raksasa (Chomsky menyebutnya American Ideological System). pikiran manusia telah dikontrol melalui penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu yang di sebut dengan istilah newspeak (Orwellian Term).

sejumlah newspeak telah mengeliminasi bahkan mendistorsi pemahaman kita terhadap realitas. sehingga muncul dua dunia, yaitu dunia nyata (the Real world) dan dunia newspeak (the Newspeak world). dunia newspeak adalah dunia yang diciptakan oleh “kaisar” yang berkepentingan dengan mendistorsi informasi demi pembentukan presepsi yang di inginkan. (Menguak Tabir Terorisme Internasional, Hal. 14)

suatu hari St. Augustine menuturkan cerita tentang seorang bajak laut yang di tangkap oleh Elexander Agung, kemudian terjadilah dialog antara Pembajak dan Alexander agung berikut ini:
“mengapa kamu berani mengacau lautan” Tanya Alexander agung. kemudian di pembajak balik bertanya ”mengapa kamu berani mengacaukan dunia?”, karena aku melakukan dengan perahu kecil maka aku di sebut maling, dan kalian karena melakukannya dengan kapal besar di sebut Kaisar” tambah si Pembajak. jawaban pembajak itu sangat bagus dan jitu menurut St. Augustine.

kisah di atas menggambarkan dengan akurat hubungan antara Amerika dengan berbagai actor kecil dalam panggung terorisme internasional akhir-akhir ini. lebih luas lagi St agustine mengungkapkan makna terorisme international dalam penggunaannya di barat dewasa ini dan menyentuh inti-kebiadaban menyangkut peristiwa-peristiwa terorisme tertentu yang hari-hari ini di rancang-degan sinisme yang paling kasar-sebagai selimut untuk menutupi kekerasan barat (Naom Chomsky, Menguak tabir Terorisme Internasional, hal. 19)

istilah terorisme mulai di gunakan pada akhir abad ke-18, terutama untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan pemerintah yang di maksudkan untuk menjamin ketaatan rakyat pendeknya, cukup menguntungkan bagi para pelaku terorisme Negara yang karena memegang kekuasaan, berada dalam posisi mengontrol system pikiran dan perasaan. dengan demikian istilah aslinya terlupakan dan istilah “terorisme” lalu di terapkan terutama untuk “terorisme pembalasan” oleh individu-individu atau kelompok-kelompok. (International Terrorism and political crimes, Charles Thomas, 1975)

namun dengan membebaskan diri dari indoktrinasi itu kita mengguakan istilah ‘terorisme’ untuk menunjukkan ancaman atau penggunaan kekerasan untuk menindak, memaksa (biasanya untuk tujuan-tujuan politik), entah itu terorisme besar-besaran oleh sang Kaisar ataupun terorisme pembalasan oleh si Pembajak.(Naom Chomsky – Menguak Tabir Terorisme Internasional, hal. 19)

namun saat ini banyak warga dunia termasuk Indonesia terutama pemerintahnya terjebak dengan indoktrinasi ini. indoktrinasi yang di arahkan dalam rangka perang ideologi yang di ciptakan Amerika. pemerintah kita, juga media kita sudah sedemikian latah dalam pemberitaan. setiap ada kejadian sering dengan presumptive, langsung melabeli teroris dengan kemudian menambahkan gelar Islam - Islam Radikal, conservative atau fundamentalis. kita sudah menikmati dunia Newspeak yang di ciptakan oleh para pemilik kepentingan itu. dengan tanpa sadar kita ikut menciptakan stigma-stigma itu. stigma yang mencoreng muka kita sendiri sebagai muslim. stigma yang menjadikan lahirnya Islam-phobi di dunia barat.

Terma Teroris telah direduksi bahkan didistorsi maknanya menjadi sebatas tindakan kekerasan yang di lakukan oleh sekelompok kecil yang menggugat ketidakadilan, sekelompok orang yang merasa tidak puas akan ketidakadilan tangan besi sang Kaisar, bahkan sekelompok orang yang tidak se-ideology dengan sang Kaisar. Teroris hanya milik pembajak dalam bahasa St. Augustine, sementara Sang Kaisar tetaplah ‘penyelamat’ yang melakukan tindakan preventive ataupun pembalasan, meskipun sampai meluluhlantakkan sebuah negeri, menghabisi nyawa ribuan jiwa, sang Kaisar dan anteknya tidak akan pernah di sebut Teroris, padahal seharusnya jika Amrozi CS di sebut Teroris maka George W Bush adalah kakek Buyutnya Teroris, karena telah membunuh ribuan bahkan puluhan ribu jiwa tak berdosa.

Naom Chomsky juga mengatakan bahwa Terorisme dalam pengertian Rasis Diskursus Amerika, Menunjuk pada Teroris oleh bangsa-bangsa Arab, tetapi tidak oleh Yahudi, sebagaimana ‘perdamaian’ berarti penanganan yang menghormati hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa yahudi, tetapi tidak bagi bangsa palestina (Naom Chomsky (Edisi Terjemahan) – Menguak Tabir Terorisme Internasional, Hal. 72)

Mungkin para korban ataupun Sang Kaisar akan sangat puas dengan eksekusi ini, tetapi ini bukan suatu solusi untuk Indonesia. karena sejatinya kasus Amrozi belumlah tuntas, belum di temukan siapa otak yang menjadi Mastermind kejadian itu, juga belum tuntas design-design tersembunyi yang perlu di selidiki. tentu akan ada kemungkinan muncul Amrozi-Amrozi yang lain. dengan sebuah premis sederhana jika ingin menemukan solusi dari masalah maka temukan penyebabnya. masalah dari kasus-kasus serupa Amrozi ini adalah ketidakadilan. ketidak adilan pada dunia Islam, ketidakadilan pada dunia ketiga yang di wujudkan dalam invasi, intervensi, maupun dalam bentuk neo-kolonialisme. sebelum hal ini di akhiri maka akan terus ada perlawanan, atau tindakan-tindakan anarkis lainnya.

Kamis, 30 Oktober 2008

~ Metropolisku ~

Minggu ini Jakarta mulai di guyur hujan, begitu juga pagi kemarin, suasana gerimis membuat udara jakarta lebih dingin dari biasanya. cuaca yang dingin sangat mendukung untuk kembali tidur selesai subuh, apalagi pagi itu waktuku absence untuk masak. begitu waktunya harus bangun dan ke kantor rasa malas mulai mengggodaku. ingin rasanya memanjakan diri, sembunyi di balik selimut, dan kembali tidur. tetapi ketika ingat tanggung jawab pekerjaan maka terpaksalah aku harus bangkit, mandi dan bersiap di kantor. selesai bersiap jam sudah bertengger di angka 7.

aku sering mengamati hal-hal di sekitarku ketika aku berjalan terutama ketika aku berangkat kekantor karena aku harus berjalan sekitar sepuluh menit sebelum sampai di ’halte’ bus, begitu juga pagi itu. hal yang sering ku perhatikan adalah sebuah warung yang terletak di pinggir jalan tanjakan, tidak terlalu jauh dari rumahku. warung ini hanya berukuran kira2 satu kali satu meter. letaknya pas di pinggir jalan yang menanjak sehingga bangunannya menjadi oleng atau miring sebelah. secara logika, orang akan sangat enggan untuk mendirikan warung dengan letak geografis seperti itu, selain tidak strategis, juga sedikit sekali jajanan yang disajikan di warung itu, jika nalar usilku sedang jalan aku menghitung-hitung, mungkin tidak sampai butuh uang seratus ribu untuk memborong apa yang ada di warung kecil itu.

tapi kau tahu kawan, ada yang menarik di sana, setiap pagi aku melihat seorang bapak, sedang membaca koran dengan jarak tidak lebih dari 5cm, pasti si bapak ini mengalami rabun jauh yang cukup akut, atau kelainan mata lainnya. biasanya aku melihat dia duduk di dalam warung yang menyerupai kotak kubus berjendela kaca di satu sisi itu, sehingga aku hanya melihat sebagian badannya. tapi suatu hari aku melihat dia sedang berdiri di luar warung itu, dan saat itu aku baru tahu keadaan fisiknya yang sesungguhnya. kawan dia di anugerahi keistimewaan oleh Allah, dengan satu kaki yang kecil dan bengkok, sehingga sulit untuk berjalan laiknya kita yang normal.

awal-awal aku melihat warung itu, otak usilku sering bertanya-tanya, kenapa orang itu harus mendirikan warung di tempat yang sama sekali tidak strategis?, dengan banguanan yang sama sekali tidak kuat apalagi nyaman, dengan dagangan yang sangat sedikit?. secara logika aku sulit menerima.

tapi hari demi hari aku mengamati, akhirnya aku seperti menemukan jawaban dari pertanyaan2 ’konyol’ ku itu- yaitu Independent willingness. kau tahu kawan, di jakarta ini banyak orang yang memanfaatkan kebaikan orang dengan pura-pura menjadi cacat, bahkan pura-pura menjadi miskin dengan memakai baju compang-camping, tetapi kemudian berganti penampilan parlente ketika ’tugas’ nya selesai?. hal ini sudah menjadi rahasia umum. dan kau tahu kenapa si bapak yang cacat ini begitu setia mempertahankan warung yang menurutku ’illogical’ tadi. menurutku adalah rasa ingin mandiri dan tidak ingin menjadi beban yang mendorongnya untuk tetap berusaha semampunya. meski aku tak bisa membantunya namun pikiran isengku sering menimbang-nimbang, berapa ribu penghasilan dia sehari dengan kondisi warung yang aku ceritakan di atas. namun warung itu masih bertahan sampai saat ini dan mungkin sudah bertahun-tahun di sana.

di sini satu sisi kekagumanku akan keuletan si bapak tadi kawan, melihat kondisi fisiknya dan kemungkinan kondisi ekonomi yang emmprihatinkan tetapi dia sama sekali tak tergerak hati intuk meminta-minta, padahal banyak orang yang memanfaatkan ’moment’ yang di milikinya.

hal lain yang sering aku perhatikan adalah, tukang sapu jalanan. aku biasa berangkat ke kantor jam 7 pagi, nah di saat menunggu bus kopaja aku sering melihat tukang sapu jalanan dengan seragam orange dan menutupi sebagian wajahnya dengan self-made maskernya, sedang sibuk membersihkan bahu jalan. tak peduli saat itu sudah terik atau sedang gerimis, aku sering melihat mereka tetap amanah dengan tugasnya. kau tahu kawan berapa gaji mereka sebulan? aku pernah mendengar beberapa waktu lalu, bahwa gaji tukang sapu jalanan tak sampai 300 ribu sebulan, (correct me if I am wrong). waktu itu aku lihat mereka di wawancara di salah satu statiun TV. tapi aku tidak tahu kalau mungkin sekarang sudah naik menjadi 500 – 600 ribu, Hm..hopefully. dan kebanyakan meraka harus berangkat pagi-pagi buta sebelum jalanan ramai dengan lalu lintas, dan baru selesai ketika matahari sudah mulai tinggi.

dan kau bisa bayangkan kawan, bagaimana hidup di jakarta dengan uang 300 ribu sebulan? apalagi kalau ada keluarga? tentu kau tak perlu survey berapa harga beras, berapa harga minyak goreng dsb.tetapi itulah rezki kawan terkadang tidak bisa di nilai dengan matematika duniawi. tetapi hal yang ingin aku soroti di sini adalah semangat kerja pak tukang sapu tadi. mungkin berangkat dari sebuah keinginan yang sama untuk bisa bertanggung jawab dan tidak ingin menjadi beban, dia rela lakukan pekerjaan yang sangat tidak adil antara waktu, tenaga dan gaji yang di terima. lebih jauh mungkin kita bisa mengamati pekerjaan para kuli panggul, kuli bangunan dan sebagianya, yang semua itu menurutku harus di hargai sebagai sebuah usaha dan kerja keras, untuk sebuah survival dengan memperjuangkan independent willingness tadi atau ketidak inginan menjadi beban orang lain. dan mungkin satu lagi hal yang kuat meraka pegang adalah sebuah prinsip untuk mencari nafkah di jalan yang halal.

***
yah begitulah kawan, aku pun harus berkejaran, berdesakan, bergelantungan dalam bus kota untuk bisa sampai di kantorku. tetapi apa yang aku nikmati saat ini tentu harus lebih jauh aku syukuri jika melihat kondisi mereka-meraka yang aku ceritakan di atas. di antara desakan penumpang, peluh yang mengalir, bercampur bau manusia yang beraneka ragam, aku sering tersenyum melihat pemandangan di sepanjang perjalananku. pemandangan jakarta di pagi hari yang sangat riuh rendah, dengan hiruk-pikuk kehidupan, ketika para karyawan bergerak menuju pusat kota untuk bekerja, ketika para pemilik toko bersiap membuka tokonya, para pemilik warung nasi sibuk menyiapkan masakan di warungnya, para pedangang sayur sibuk berkeliling menjajakan dagangannya, pedagang jamu dengan lemah gemulai berjalan kaki menawarkan jamunya, pemulung yang mulai beroperasi dengan kantong bututnya, para tukang sapu sibuk menylesaikan tugasnya, ataupun para boss yang sibuk membaca koran di mobil mewahnya. dari sini aku melihat geliat kehidupan yang Maha semangat di kota jakarta, aku melihat sosok-sosok pekerja keras yang tak kenal menyerah, aku melihat wajah-wajah penantang nasip yang siap bertaruh untuk bertahan hidup, dan aku mencintai jakarta di titik ini – Kota para pekerja keras..

Aku seperti menemukan satu energi baru untuk setiap langkah kehidupanku, dan secara tidak langsung kehidupan jakarta banyak mengajarkan aku untuk berjuang menjalani hidup, menghadang masalah dan bergelut dengan kesulitan meski hal ini hanya di lihat dari satu corner - ekonomi.

Kawan...ku ingin beritahu, satu hal lagi yang berharga dari perjalanan hidupku adalah menikmati kehidupan dikota metropolitan ini, sepuluh tahun aku berjuang untuk bisa bertahan di kota ini dengan segala suka-dukanya, dengan beragam manis-pahitnya. Meski aku sering kali mengkritik keras berbagai kebijakan yang ada, meski akupun sering tak pernah puas dengan segala fasilitas yang terkadang tak sanggup aku nikmati, dan lain sebagainya. namun bagaimanapun kota ini mengajarkan aku banyak hal. kota ini mengajarkan aku bagaimana mengatasi kerasnya kehidupan, bagaimana memerangi kemalasan.

ach...pasti aku akan sangat merindukan jakarta ketika kelak aku harus pergi meninggalkannya... ;)

Rabu, 22 Oktober 2008

~ Dimana ~

“Jangan pernah kau lepas impian yang kau miliki, atau kau akan menyesal..!!!”

aku begitu menghayati kata-kata ini…

***
kehilangan….ah…kau tahu betapa sulitnya… …
perpisahan…kau tahu betapa perihnya.......

raihlah ia selagi kau mampu
pertahankan ia sebagai fitrah yang suci
jangan nodai ia, jangan hianati ia....

peliharalah dan simpan dengan rapi di sudut hati
meski kadang kau hanya rasai sendiri
andai tak mungkin tersampai
kelak kau akan bertemu jua
di waktu yang lebih indah
mungkin di alam yang berbeda..
ntah dimana...

~ Something I hate ~

Kawan, pasti kau setuju bahwa perpisahan adalah hal yang banyak orang tidak sukai?, yuup…begitu juga aku. rasa sedih,dan kehilangan pasti akan mewarnai yang namanya event perpisahan. walaupun as the time goes by everything will be ok, semua akan kembali seperti adanya – biasa2 aja ;). but I do dislike this spot.

kemarin hari sabtu temanku Teh umi datang ke rumah bersama suaminya. kedatangannya ini untuk mengambil barang2 nya yang ada di rumahku sekaligus pamit untuk menetap di palembang. what a sadness??

Teh umi ini temanku di organisasi TS, DT-LC, juga Al Balagh. hampir dua bulan aku tinggal bersama karena dia menemani aku setelah suamiku harus back to egypt ;). aku memang cukup akrab saat bersama-sama di organisasi. walaupun kami punya sifat yang kontras – sama2 idealist. tetapi uniknya kami tidak pernah berantem di luar forum meski dalam forum aku dan dia sering saling menyerang ide masing- masing.dan aku merasa lebih dekat sekitar 2 bulan yang lalu sejak kami tinggal bareng di rumah. meski selama bersama, tak jarang kamipun larut dengan kesibukan masing-masing. terkadang aku sibuk membaca dan dengerin radio, dia nonton TV atau malah sering tidur. siang hari kami sama2 kerja, cuma hari2 libur dan ketika masak bersama itulah saat-saat ‘reuni’ dan terasa kebersamaannya, karena masing-masing kami orang yang sok sibuk (hehe).

dan menjelang lebaran kemarin suatu berita yang surprise banget (meski aku telah mensinyalir proses ta’arufnya) ketika aku mendengar dia menikah di lampung. saat itu dia cuma izin mau ke rumah temannya di Lenteng Agung, tak di sangka dia di jemput sang arjuna ;) dan langsung menikah di tempat calon suaminya di lampung. – that’s life – Unpredictable, rite?

sejak itulah aku kembali tinggal sendiri lagi di rumah.(hiks). dan minggu kemarin aku harus merasakan rasa kehilangan itu. benar kata pepatah yang mengatakan kebersamaan baru terasa indah setelah kita terpisah. (tapi ini pepatah siapa ya?? – anonymous..hehe). saat dia pamit dan aku melepaskan pelukanku, terasa ada yang hilang. Dengan gaya melankolis aku berpesan kepada suaminya “jagain dia ya”.. padahal ga aku pesan pastilah suaminya menjaganya hehe..

bagaimanapun dibalik rasa kehilanganku, aku senang dia telah menemukan kehidupan baru yang diimpikannya selama ini..semoga bahagia selalu ya Teh..forgive me for being your bad friend ;).

Kamis, 16 Oktober 2008

~ Am I a Feminist ?? ~

Beberapa minggu yang lalu saat temanku codri main ke rumah dia melihat ada beberapa kosmetik di kamarku saat itu dia langsung berkomentar “waduh jadi cewek beneran toh jeng sekarang” biasa aku jawab dengan selorohku “Ya iyalaah, mana mau suamiku kalau aku perempuan jadi-jadian hehe

belum lama waktu berselang Ana sahabatku juga punya komentar yang sama “kemajuan neh jadi cewek”. padahal beberapa jam setelah aku akad nikah beberapa bulan sebelumnya aku sempat di semprot sama Ana karena cara jalanku yang menurutnya ‘gagah’. “kamu itu loh jeng sudah pakai kebaya, kain, jalannya masih aja gagah, feminim sedikit napa”. aku hanya bengong, rasanya aku sudah feminim habis hari itu ;(

hari ini saat tidak ada kerjaan di kantor terfikir untuk cari artikel-artikel tentang kecantikan, ini bukan yang pertama kawan tapi sudah beberapa kali. aku jadi merenungkan kata-kata temanku di atas, kenapa aku jadi begitu ‘genit’ sekarang dan agak berbeda dengan aku yang dulu bahkan teman-temanku yang mendeteksinya.


***
Lebaran kemarin Dian main ke rumah mengalirlah cerita masa lalunya, ternyata aku sama dian punya background yang hampir sama yaitu ‘ex-feminist’. Dian bercerita bagaimana dia dulu sangat tidak ingin di kalahkan oleh laki-laki, bahkan sikapnya sangat di segani oleh teman-temanya bahkan teman-teman lelaki nya. definetly aku punya latar belakang yang tak jauh beda, meski aku tak bertampang sangar kepada makluk yang namanya laki-laki tapi dulu aku sangat anti jika di anggap lemah oleh laki-laki. sehingga aku selalu bertekad apa yang bisa di lakukan laki-laki harus bisa aku lakukan.aku akan sangat bangga jika bisa mandiri dan ‘bebas’ dari bantuan laki-laki dalam berbagai hal. aku sangat membenci ideology patriarchy.

aku tidak tahu pasti dari mana awal munculnya kefeministanku, bahkan menjadi penganut aliran Feminis radikal?, yang jelas dulu aku belum kenal dengan satupun tokoh feminist seperti Voltairine De Cleyre, Margaret Sanger, Carol Hanish apalagi Vandana Shiva. tetapi perasaan tidak suka di rendahkan laki-laki itu muncul begitu saja. bahkan aku ikut oleh raga beladiri waktu SMP dengan harapan agar laki-laki tidak berani ‘kurang ajar’ sama aku..hehe. hal ini juga mempengaruhi Film kegemaranku. dulu aku suka film-film action, film perang, apalagi kalau jagoannya perempuan, dan di jaman SMPku banyak sekali film-film mandarin yang ‘memuaskan’ nafsu feminisku ini. aku akan sangat geram ketika ada film tentang kekerasan terhadap perempuan, saat itu juga ingin rasanya aku melompat masuk ke kotak ajaib hitam itu dan menyelamatkan perempuan ‘lemah’ di dalamnya ;), aku juga tidak suka film-film romantis layaknya kebanyakan teman-tamanku saat itu.

Namun berselang waktu berjalan, perasaan ‘harus sama’ dengan laki-laki itu berangsur berkurang, apalagi semenjak aku mengenal lebih banyak tentang agamaku, banyak hal yang berubah dari style of performance sampai frame of thinking. aku mulai menikmati peranku sebagai seorang perempuan yang tidak harus ngotot ingin seperti laki-laki. aku mulai mau dibantu melakukan tugas-tugas yang menghargaiku sebagai perempuan. juga aku mulai bisa memaafkan ketika harus menyaksikan ‘kelemahan’ perempuan di layar-layar kaca. dan aku tak merasa itu sebagai beban bahwa aku harus meyadarinya. kesadaran itu seperti sebuah cahaya yang datang di lorong pemahamanku yang buram.

Tetapi semua itu tidak serta merta merubah semua paradigma kemaskulinanku. walaupun aku sudah menikmati peran perempuanku tetapi aku tetap sosok yang cuek dengan penampilan. aku ogah di bilang ‘kemayu’ karena melulu memperhatikan kecantikan. aku masih tidak suka kalau perempuan di hargai hanya karena kecantikannya. bagiku otak brilian dan kecantikan dalam (inner beauty) lebih aku hargai dari pada penampilan kasat mata, walaupun aku juga belum memiliki semuanya ;). juga aku tidak suka hal-hal yang riweh, ruwet, rame, seperti kebanyakan cewek sukai. aku suka hal yang simple, sederhana, minimalis tapi cool bo..!!(hehe). aku tidak tahu pasti apakah ini pertanda bahwa porsi ‘maskulin’ ku masih lebih banyak dari perempuan kebanyakan?. Hm..Could be :)

tapi hal positive yang ingin aku kabarkan, banyak hal yang mulai berubah setelah aku menikah, aku jadi lebih peduli dengan penampilanku, kesehatan kulitku, proporsional tubuhku, semua hal yang dulu lebih banyak kuacuhkan. aku jadi sering rajin cari informasi tentang kecantikan, bagaimana mengatasi kulit kering, memperindah rambut dsb. aku jadi menyesal kenapa tidak dari dulu aku lakukan ini?hehe. tetapi aku cukup bersyukur bahwa inilah salah satu hikmah pernikahanku, Aku mulai benar-benar menghayati ‘peranku’. yah aku senang teman, meski aku tak se ‘kemayu’ wanita kebanyakan, tetapi sikap maskulinku lambat laun semakin berkurang dan berganti dengan sikap-sikap femininku. aku tak lagi bersikeras membetulkan atap yang bocor, juga tak lagi bersikeras harus jago taekwondo, harus jadi pendekar wanita, dsb. tetapi aku lebih terobsesi saat ini untuk menjadi ibu yang lembut, cerdas, dan tentunya solehah dan menjadi pendamping terbaik untuk my beloved prince;)

aku yakin ini adalah bagian dari metamorphosis hidupku. tetapi itu bukan berarti bahwa aku mengaminkan kekerasan dan penindasan terhadap perempuan yang sekarang juga masih banyak terjadi di masyarakat, hal yang menjadi alasan pemberontakan kaum feminist. Gerakan feminist menganggap penindasan ini akibat bias gender atau konstruk sosial yang menganggap wanita lebih rendah dari laki-laki.

tentu saja aku menentang apapun bentuk kekerasan dan penindasan tidak hanya bagi wanita tetapi juga bagi seluruh manusia. tetapi aku tidak harus sealiran dengan mayoritas gerakan feminst dalam hal menginterpretasikan arti penindasan dan ketidak setaraan gender.

Feminisme liberal misalnya, Asumsi dasar mereka adalah bahwa kebebasan dan equalitas berakar pada rasionalitas oleh karena itu dasar perjuangan mereka adalah menuntut kesamaan kesempatan dan hak bagi setiap individu termasuk perempuan. Industrualisasi dan modernisasi adalah jalan untuk meningkatkan status perempuan, karena akan mengurangi ketidaksamaan biologis antara laki-laki dan perempuan.(Dr. Mansour Faqih – “Menyoal Feminisme”). pada porsi normal ini bisa di terima tetapi dalam kontek kekinian gerakan ini sering menuntut di atas batas proporsioanal.

atau feminisme Radikal yang menganggap ideology partriarki di mana lelaki di anggap memiliki kekuatan superior dan priveledge ekonomi adalah akar masalah perempuan (Eisentein, 1979, hal. 17). jargon mereka personal is political yang menjadi referensi untuk melakukan revolusi individu dengan merubah gaya hidup, pengalaman atau hubungan mereka sendiri.

atau Feminisme Marxis, yang menganggap penindasan perempuan adalah akibat akumulasi kapital dan divisi kerja dalam system kapitalis. gerakan ini tidak hanya merekomendasikan untuk memutuskan hubungan dengan system kapitalis tetapi yang radikal dalam tuntutan mereka adalah mentransformasikan urusan domestic seperti mengurus RT dan anak menjadi urusan industri. mengutip kalimat Engel “hanya jika urusan mengurus rumah tangga di transformasikan menjadi industri social, dan urusan menjaga dan mendidik anak menjadi urusan umum, maka perempuan akan mencapai equalitas sejati” (apa jadinya dunia?? ;) )

aku punya konsep dan paradigma berbeda tentang penindasan ataupun ketidak setaraan gender dengan mereka. misalnya ketika aku harus pergi di luar jadwal rutinku aku harus memberitahu sekaligus meminta izin pada suamiku, meski suamiku jauh. bagi sebagian besar feminist ini bisa di anggap hal yang merendahkan perempuan atau ketidaksetaraan gender. kenapa harus izin? sedang suami tidak wajib izin?. aku menerjemahkan izin tadi bukan bentuk penindasan atau perbedaan gender tetapi aku lebih melihat pada substansi yang mengantisipasi hal-hal setelahnya. misalnya keselamatanku. suamiku biasanya tidak mengizinkan karena alasan keselamatan bukan karena ingin membatasi gerakku sebagai wanita. juga dalam hal pekerjaan domestic, aku wanita pekerja tapi tidak keberatan meski aku harus juga memasak, mencuci, atau mengerjakan pekerjaan lain. aku tidak menganggap ini sebagai double burden (red: beban ganda). karena bekerja adalah pilihanku, sedang mengurus rumah tangga menurutku juga tanggung jawabku (meski dalam tataran fiqih hal ini hanya di hukumi mubah). hanya saja aku akan bekerja sama dengan suamiku meski dalam ranah domestik. jadi dalam RT kedudukan kita sebenarnya bukan the dominator dan the dominee tetapi, we are a couple, we are a team yang harus bekerja sama untuk mensukseskan cita-cita team kita, dalam hal ini adalah visi keluarga. kedudukan kita adalah saling melengkapi kekurangan satu sama lain, bukan mendominasi atau di dominasi yang lain.

namun aku juga tidak menafikkan realita, bahwa banyak konstruk sosial yang merugikan perempuan berperan di ranah ini, misalnya ada suatu adat, budaya atau pandangan masyarakat yang melarang seorang suami membantu istrinya dalam urusan dapur, ada juga suami yang menganggap bahwa tugas ini mutlak hanya tugas istri sehingga dia merasa gengsi jika harus membantu istrinya dalam urusan domestik. disinilah sering seorang istri mengalami double burden tadi, ketika dia harus bekerja karena membantu memenuhi nafkah keluarga, di samping itu semua tugas rumah mutlak menjadi tanggung jawabnya. padahal rosul kita Muhammad SAW tak pernah enggan membantu istri-istrinya di dapur, beliau bahkan biasa menjahit bajunya sendiri, memperbaiki sandalnya, dsb. Rosulullah SAW mengerjakan apa yang beliau sanggup kerjakan meskipun itu di ranah domestik.
juga masih ada budaya masyarakat yang menganggap wanita memanglah makluk domestic yang melarang sama sekali untuk berperan di ranah public. bahkan masih ada seorang suami yang menganggap istrinya hanya sebagai ‘pembantu’ di rumah, hal-hal seperti ini juga rawan sebagai pemicu kekerasan dalam rumah ತಂಗ್ಗ.

aku setuju dengan pandangan tentang feminismenya dr.Muhammad Tohir dalam analisis Gender dengan pendekatan Biomediknya, yang menegaskan bahwa peran Gender tidak akan bisa lepas dari Sex (jenis kelamin). secara kodrati wanita diciptakan dengan struktur tubuh, baik secara fisik, biologis maupun psikologis berbeda dengan laki-laki ini sudah menjadi konstitusi ilmiah (sunatullah). itulah alasanyanya pembagian peran, misalnya laki-laki diciptakan dengan fisik yang lebih kuat untuk melindungi (bukan menguasai) perempuan. dan wanita di ciptakan lebih lembut sebagai penyeimbangnya. dari sini juga menjadi akar lahirnya perbedaan yang di anggap sebagian golongan tidak adil dalam hukum islam. seperti hukum waris, kepemimpinan, dst.

beliau mengatakan dalam akhir tulisannya ” Tidak boleh melawan sunatullah perempuan tetapi salah bila menganggap peran reproduksi sebagai kepasrahan untuk dibebani dengan peran-peran domestik yang berlebihan sekaligus menutup kesempatan peran-peran sosial yang lebih terhormat. Di butuhkan kearifan dan keikhlasan untuk mencari titik-titik keseimbangan yang proporsional. Proporsional dalam feminisme adalah esensial. Gerakan feminis yang terlalu emosional, tidak realistis dan penuh subyektifitas akan mudah keluar dari rel proporsional” (Menyoal Feminisme, hal.96)