Kamis, 27 November 2008

~ Endless ~

Biarkan malam berlalu dengan seringainya
bahkan purnama berlalu dengan detik merayap
bukankah perjuangan adalah niscaya?
dan pengorbanan hanya satu arti dari kata ’cinta’

satu malam, saat yang sama
musim dingin, beku menyapa
dan musim hujan taburkan sunyinya
aku, kau dan DIA

meniti hari di lentera asmara
terpisah benua dan samudera
remah sepi, getarkan nadi
rindukan belahan hati

ku menanti
kemesraan abadi
sampai di syurga nanti

For : My Qawwam
Jakarta 26 Nov’08, 23.00 WIB

Senin, 24 November 2008

~ BZ Presidential Election ~

Hari sabtu kemarin adalah hari special bagi Britzoners karena kemarin adalah hari pemilihan Presiden Britzone 2009. dan president terpilih adalah Mr. Kikim menggantikan Vemi. sebelumnya ada 4 Capres yaitu : Farhan, Kikim, Pras dan Endah namun menjelang pemilihan Farhan tidak bisa hadir karena harus over time sehingga tidak bisa di calonkan lagi, kemudian Pras mundur karena sibuk dengan kegiatan yang lain. sehingga calon yang ada tinggal Kikim dan Endah. sebenernya banyak yang kecewa dengan mundurnya Pras karena Pras di anggap sosok yang cukup mewakili untuk menjadi presiden Britzone, bahkan Kikim pun sebenernya sangat mendukung Pras. banyak pendukung Pras yang kecewa tetapi bujukan teman-teman yang mendukung ternyata tidak berhasil, Pras tetap pada pendiriannya – Back Off.

O ya sebelum pemilihan ada presentasi dari Capres. Dari Endah belum ada program yang jelas selain meneruskan program yang sudah ada dan dari Kikim ada satu program yang menarik, yaitu melibatkan Britzoners dalam kegiatan sosial, dan fokusnya adalah pendidikan untuk anak jalanan. aku sangat tertarik dengan program ini, dan aku sempat menanyakan pada kikim saat presentasi, juga sempat menanyakan program maintainance anggota yg aktive, dengan memberi masukan urgency membuat data base anggota yang bisa menjadi alat monitoring keanggotaan, juga untuk lebih mudah mengkoordinasi jika ingin melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan Britzoners, dan usulan ini ditanggapi cukup serius oleh Kikim.

mengenai mengajar anak jalanan sebenernya sudah lama terpikirkan dan sempat juga di garap oleh teman-teman Gamada beberapa waktu lalu, tetapi tidak berlanjut karena beberapa masalah, terutama dana dan waktu. pernah juga punya ide untuk membuat cluster sendiri di daerah Jaksel. tetapi waktu itu dapat cerita dari Diah temenku di TS bahwa untuk terjun ke dunia mereka ini butuh persiapan dana yang memadai. ini pengalaman Diah dan teman-teman kuliahnya yang pernah berkecimpung di area yang sama, mereka akhirnya menyerah karena keterbatasan dana, dan yang sangat tragis anak-anak didik mereka (anak-anak jalanan) ini di ambil oleh misionaris yang mempunyai dana melimpah.

menurut Diah mengajak mereka belajar bukan urusan mudah dan tidak bisa dengan ‘tangan kosong’. untuk menarik mereka mau bergabung biasanya harus menyediakan uang saku setelah berlajar dan kadang juga makanan di setiap belajar. ketika proses telah berjalan dan sudah timbul kesadaraan anak-anak ini untuk belajar hambatan berikutnya adalah orangtua mereka yang ingin mereka tetap menghasilkan uang. alhasil mereka di larang belajar jika tidak menghasilkan uang. bebrepa bulan Diah dan teman-temannya masih bisa menanggung dana itu tetapi lama-lama mereka yang masih kuliah harus di paksa menyerah ketika para misionaris berhasil mengambil alih anak didik mereka ini.

kembali Britzone ya…J
untuk program yang di tawarkan Kikim ini memang sudah di rintis oleh salah satu member Britzone, Maria yang sudah lebih dulu terjun ke mereka, juga ada tanggapan dari Jati yang juga ternyata guru honorer untuk anak-anak duafa. aku sangat berharap program ini bisa di laksanakan, dan berharap sekali bisa ikut serta dalam program ini. kemarin sempat di tanya tentang kesanggupanku untuk jadi Comitee, sebenernnya aku sangat ingin tetapi mungkin aku hanya bisa Back Up dari belakang karena takut tidak bisa maksimal, bagaimanapun aku sudah menjadi Ibu RT sekarang hehe..

anyway, selamat buat Kikim semoga bisa membawa Britzone lebih baik dari segala aspek ;)

Kamis, 20 November 2008

~ Enlightenment ~

Hari ini satu pencerahan aku dapatkan. kau tahu kawan? aku seperti menemukan Angel dari perjalanan pencarianku akan titik pijakku? yups…ntahlah akankah angel ini yang akan aku pegang kukuh, sebagai suatu pijakan untuk merealisasikan teorema-teorema klasikku yang selama ini sangat tidak praktis.(?)

tetapi setidaknya aku mulai tertarik dengan pejalanan panjang dan mungkin ‘liar’, dalam pencarian identitas kepenulisanku – ini hanya istilahku dan aku tidak sedang memantaskan diri untuk di sebut penulis dalam terma ‘signifier’ mainstream. ;)


tadi pagi, aku tidak ada deadline, jadi aku berselancar ke dunia mayaku. dan tiba-tiba aku tertarik untuk mencari kembali teori-teori sastra yang pernah aku pelajari sepintas lalu. meski tidak mendalami. seakan baru aku ingat bahwa sebagian teori-teori itu yang sekarang sangat getol di aplikasikan oleh yang mengaku sebagai ‘intelektual muslim’ di negeri ini dalam berbagai kancah perdebatan. untuk ‘mengacak-acak’ sebuah kemapanan.

ntah kenapa aku baru menyadari link yang begitu erat antara karya sastra dengan Filsafat, sejarah, politik, bahkan Ideologi. dari sinilah awal mulai ketertarikanku –hari ini- untuk mendalami latar belakang sebenar akademikku.

aku jarang sekali membawa identitas almamaterku dalam tulisan-tulisanku diblog ini. karena seperti pernah ku nyatakan dalam tanggapanku akan karya Desi Hanara beberapa waktu lalu bahwa almamaterku adalah hasil ‘perselingkuhan’ akademik sehingga ‘dosa’ itulah yang membawaku dalam identitas akademik ‘mengambang’ saat ini.

mudah-mudahan kawan. aku mulai bisa menerima ‘kekalahanku’ dan membawa sebagai keinsyafan untuk mempersembahkan sesuatu yang baik dari hal yang mungkin sangat minimum yang pernah aku dapat.

mungkin seperti philosophy Andrea Hirata dalam buku sang pemimpinya “melakukan yang terbaik dimana kini aku berpijak”

Semoga..;)

Senin, 17 November 2008

~ Nostalgia ~

sabtu kemarin sepulang dari Britzone, aku sama Tari teman kuliahku yang kemarin ikut datang di BZ discussion, langsung ke Kampus. keperluanku sebenernya adalah untuk meminta surat keterangan akreditasi juga untuk memperbaharui Transkipku yang beberapa bulan lalu terkena air saat kebanjiran.

sepanjang perjalanan tak pernah sepi dengan berbagai cerita dengan Tari, teman satu angkatanku ini yang sudah hampir 2 tahun tidak ketemu kecuali lewat email. dan Impressive-nya ketika sampai kampus aku ketemu dengan Inspiring lecturers ku semasa kuliah di sana. pertama aku ketemu dengan pak Joe, dosen SPM ku, dari beliau aku pernah belajar dasar-dasar filsafat, dari Plato, Aristotle, sampai Descartes, Emanuel Kant, John Lock, dsb. selain mengajar di tempatku ternyata baru kemarin aku tahu Pak Joe ini dosen tetap di President University yang kebanyakan penghuninya Foreigner, dan juga sedang berusaha untuk cari biasiswa S3 nya. yang menarik dari Pak Joe adalah cara dia memberikan kuliah seperti aku ceritakan di posting sebelumnya. beliau selalu memberikan tugas presentasi kepada kami di setiap pertemuan. biasanya presentasi di lakukan berdua atau bertiga, dan mahasiswa lainnya di beri kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya atau mengkritisi presentasi tersebut, beliau hanya mengarahkan dan mengamati jalannya diskusi, dan di akhir jam mata kuliah biasanya beliau memberikan penekanan pada point-point pentingnya saja. beliau juga kemarin sangat menganjurkan untuk meneruskan kuliah lagi, atau paling tidak untuk terus belajar menambah pengetahuan.

setelah ketemu dengan pak Udin bagian ADM, aku ketemu dengan Mam Wulan. Mam Wulan ini dosen kritik sastra sekaligus pembimbing skripsiku, orangnya asyik banget, gampang di temui, dan sangat membantu dalam tugas akhirku. dulu ketika aku stuck dengan pembahasan skripsiku, beliau selalu piawai memberikan pencerahan-pencerahan untuk meneruskan pembahasan. Ketika kami sedang berbincang dengan Mam Wulan, Pak kris datang…Wow..aku dan tari seneng banget. karena keduanya dosen yang asyik abis. pak Kris ini juga pernah ngajar Kritik sastra waktu semester 6 dan dia adalah salah satu penguji skripsiku. kemarin Mam Wulan sempat mengingatkan aku bahwa pak Krislah yang memberi nilai tertinggi skripsiku tentang Revolusi Rusia dan Marxisme itu.

berbincang dengan mereka ini menyeretku pada nostalgia dua-tiga tahun lalu, saat aku masih menjadi mahasiswa sastra. hal yang menarik saat kami membicarakan Obama, ternyata topic obama bener-benar menyeret semua golongan. Pak Kris sangat geram dengan ke Ge-eran orang Indonesia dengan terpilihnya Obama yang menurutnya sebagai cermin Inferiority complex dan post-colonial syndrome. sedangkan Mam Wulan juga pesimis dengan terpilihnya Obama yang bisa jadi malah akan timbul '‘peleburan’' karena Complexion yang di hadapinya. Mam wulan mengingatkan aku akan teori-teori Pos Colonialism, seperti Homi bhabha, black skin white mask, dsb.

selain itu aku juga bertemu dengan Bu Sri Turut, Dosen D3 ku sekaligus pembimbing karya tulisku (untuk bagian Grammar) waktu di D3, waktu itu aku membahas Women Education, termasuk isu-isu feminisme di dalamnya. Dosen yang satu ini juga luar biasa ingatannya meski usianya sudah usia retirement. Beliau mengajar Grammar, dan linguistic sejak puluhan tahun lalu, sehingga seperti hafal semua hal tentang Grammar dan linguistic. kemarin aku sempat curhat hal yang berhubungan dengan mata kuliah beliau dan dengan baik hati beliau menawarkan jam untuk konsultasi gratis. What a nice chance.

Ach…aku bersyukur sekali dengan pertemuan dengan ‘mantan’ Dosen-dosenku kemarin, ternyata banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dari sebuah pertemuan…;)

~ Precious Chance ~

Sabtu kemarin menjadi hari yang menarik dalam rentang waktu dua bulan bergabungku di Britzone. for the first time aku jadi conductor di ajang diskusi sabtuan ESC ku ini. format yang aku ambil adalah Presentasi kelompok dengan tema : Transportation and Education in Indonesia. awalnya aku sangat ingin mengadakan presentasi individu dengan setting seperti debate candidate, tetapi karena keterbatasan waktu (1,5 jam) maka diskusi harus diformat se-efisien mungkin.

aku membuat scope yang cukup systematical untuk presentasinya yaitu: Introduction, Problem formulations, solutions and conclusion. format tersebut sebenerya bertujuan untuk membatasi pembahasan mereka dengan tema yang sangat luas dan general yang aku berikan. selain itu aku mengharuskan setiap anggota kelompok mengambil bagian untuk speak-up dalam presentasi itu. sehingga tidak ada istilah “one man Show”. dan appraisal dari presentasi ini adalah:
compatibility (kecocokan) between problems and solutions, Reasonability/applicability, and Team work

pertama mereka aku bagi menjadi 4 kelompok dengan anggota 4–5 orang perkelompoknya dan aku memilih dua juri, yaitu Ridwan, dan Ali. sebelum acara di mulai aku mendapat masukan dari Ridwan untuk membuat semacam debate tetapi hanya di peruntukkan kepada grup yang mempunyai tema pembahasan yang sama awalnya karena pertimbangan waktu aku hanya akan mensetting debate antara grup dengan juri saja. Dan ternyata masukan ini sangat berguna untuk membuat diskusi lebih hidup. jadi setelah presentasi selesai grup presenter harus menghadapi pertanyaan, atau kritik dari grup lain yang satu pembahasan juga kritik atau pertanyaan dari dua juri. dan di akhir acara di pilih dua grup terbaik dari hasil presentasi ini.

acara ini cukup menarik karena diskusi sangat hidup dengan berbagai pertanyaan dan kritik masing-masing grup. juga pertanyaan dan kritik tajam dari sang juri yang ternyata sangat tepat aku pilih (great for Ridwan and Ali ;) ). juga dari diskusi ini aku mendapat beberapa enlighment dari stimulasi yang aku gulirkan yaitu “Awareness” tetang permasalahan di negeri ini. dan para partisipan mempunyai ide, tanggapan yang menarik. di masalah pendidikan misalnya, hal yang paling banyak di kritisi adalah masalah usang yaitu Jebolnya pertahanan “Clear Government” sehingga sangat sulit merealisasikan dana yang memadai untuk alokasi pendidikan, juga banyak kritik tentang kualitas dan kesejahteraan guru sebagai elemen yang vital yang harus di perhatikan dan di tingkatkan, juga sistem dan kurikulum pendidikan yang unstable dan kurang praktis. dalam hal ini, kami kemarin kehadiran seorang native speaker dari Amerika, namanya Merry yang saat ini menjadi guru Bahasa Inggris di Bandung. Merry yang berwawasan pendidikan di US ini memberikan masukan tentang sistem dan kurikulum pengajaran di Indonesia dengan sedikit membandingkan dengan system di US, yaitu lebih practical, dengan mengurangi memorizing juga Merry menekankan pentingnya kualitas seorang guru, baginya fasilitas nomor dua, setelah guru yang berpotensi.

di bidang transportasi kelompok Yosi membatasi pembahasan pada masalah transportasi di Jakarta. mereka memberikan beberapa solusi diantaranya pemberlakuan pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi, dan hal yang sangat lucu tetapi juga menantang adalah, projek mereka untuk merubah pemberlakuan aturan 3 in 1 menjadi 10 in 1. hal ini sempat menjadi ajang perdebatan yang panjang, dan menarik, karena terasa tidak make senses, tetapi akhirnya kelompok Yosi bisa meyakinkan juri (ridwan) sehingga terpilih menjadi grup presenter terbaik.

sedangkan Ali memilih grup Merry untuk presentasi di bidang pendidikan yang juga merekomendasikan alokasi dana pendidikan seharusnya lebih dari 20%. padahal saat ini pemerintah kita baru bisa mengalokasikan 12% dari APBN. ;)

acara berlangsung lancar dan alhamdulillah Mbak Vemi sang presiden Britzone yang juga membantuku saat mengkoordinasi acara ini, memberikan reaksi yang cukup baik dengan diskusi ini: “It’s Alive and Insightful discussion Jeng”. Alhamdulillah..;)

ada beberpa latar belakang mengapa aku memilih diskusi dengan format dan tema di atas. pertama: format presentasi problem-solving ini menurutku akan menggiring suasana berfikir yang kritis, dan sistematis, sesuatu yang sangat aku rindukan dari masa-masa kuliahku. aku sangat senang dengan salah satu mata kuliah SPM (Sejarah Pemikiran Modern), dengan pak Joe Dosenku waktu itu, yang selalu memberikan mahasiswanya keluasan menyampaikan pendapat tentang materi yang sedang dibahas, kemudian merepresentasikan di depan dosen dan teman2 mahasiswa lain, dengan siap untuk menghadapi pertanyaan dan kritisi. aku suka format belajar dan diskusi seperti ini, karena setiap kita akan punya kesempatan menyatakan dan mempertahankan pendapat sekaligus siap untuk menghadapi kritisi dari kelemahan-kelemahan pendapatnya.

hal yang kedua tentang tema, aku memilih tema ini karena selain tema ini sangat erat dengan our daily life, sehingga vocab yang digunakanpun cukup simple dan applicable, selain itu aku sangat prihatin dengan dua hal ini yang saat ini menjadi major problem di negeri ini. sehingga aku berharap sedikit waktu dari diskusi ini akan menjadi stimulus ‘awareness’ kami sebagai salah satu individu di negeri ini.

Overall, it’s a precious chance for me ;)

Jumat, 14 November 2008

~ My Ambition ~

Kawan, sebenernya banyak sekali yang ingin ku ceritakan minggu ini, tetapi ada keterbatasan untuk menulis di diary ku tercinta ini.

hal yang lama ingin aku ceritakan adalah, gejolak akademik yang kembali aku rasakan. aku semakin bernafsu untuk meneruskan karir akademikku, meski aku tidak tahu kapan, dan dimana?

banyak inspirasi yang begitu menggodaku akhir-akhir ini. pertemuan ku dengan teman-teman yang meneurutku Intelek dan Fighters membuat impianku membuncah, menyusuri lorong perjuanganku yang sekian bulan sepi akan percikan api semangatnya. semangat untuk menjadi the useful one, semangat untuk menjadi the smart-one. selain senang ketemu dengan orang-orang yang baik (soleh), aku juga senang bertemu dengan orang-orang cerdas, pintar atau education-oriented.

taukah kawan, sebenernya aku sangat ingin meneruskan S2 ku sejak aku lulus S1 dua tahun lalu tetapi banyak hal yang membuatku belum bisa merealisasikan mimpi ini. tetapi mimpi itu selalu hidup di hatiku. mimpi yang merupakan satu pijakan untuk bisa mempersembahkan yang terbaik dalam hidupku. meski tak selamanya menyandarkan kata ‘menjadi berguna’ itu kepada gelar akademik tetapi itulah jalan yang ingin aku pilih kawan.

beberapa minggu lalu aku mendapat teman-teman yang mengesankan di Britzone-English Speaking Clubku. salah satu temanku Octavia,akan pergi ke belanda bulan Desember ini. Via ini lulusan S2 fakultas kedokteran UI yang akan mengadakan Research di salah satu Universitas di Belanda. dia mendapat biasiswa untuk Reseach dari seorang Profesor di Belanda. dan satu lagi yang minggu lalu baru ketemu Rina namanya dia sedang menunggu hasil pengumuman aplikasi biasiswanya juga ke Belanda. dan dari cerita Rina ini kemarin aku sempet salut juga sama perjuangannya yang all out untuk bisa meneruskan S2 nya dengan jalur Biasiswa. sebelumnya dia sudah pernah apply tetapi gagal, padahal saat itu dia sampai mengurus sendiri prosesnya dengan datang langsung ke Universitasnya di Belanda hingga akhirnya dia kehabisan uang dan harus cari kerja selama 2 bulan untuk bisa pulang. sepulang dari belanda dia bekerja sambil terus berjuang kembali apply biasiswa. usahanya ga tanggung-tanggung, selain ikut kursus TOEFL internasional di ILP, dia juga les privat sama Native. padahal Englishnya menurutku dah bagus banget especially in speaking. dan terakhir kemarin teman kuliahku Tari yang juga bermiat mengejar biasiswa AUSAID.

saat ini memang belum bisa banyak usaha yang bisa aku lakukan. mengejar biasiswa?? sebenernya sangat ingin mengambil tindakan-tindakan ‘ekstrem’, tetapi ach…kebersamaan dengan suamiku masih jauh lebih berharga kawan ;). karena suamiku tidak bisa mengambil S2 di tempat aku mengejar biasiswa (hanya seandainya aku di terima). tetapi aku yakin ada jalan lain nanti yang InsyaAllah bisa aku tempuh, dengan tetap setia menemani perjuangan suamiku tercinta;)

yah itulah ambisiku, kau tahu kawan, aku adalah seorang pemimpi, untuk menyelesaikan S1 ku saja aku harus berjuang keras, apalagi untuk S2 dengan biaya yang puluhan juta?? aku tak punya modal apa-apa untuk mewujudkan mimpi itu selain keinginan, usaha dan tentunya do’a. tetapi aku percaya bahwa Nothing is Impossible in Allah’s Hands tentu saja dengan saham usaha dan kerja keras kita.

aku ingat kata-kata nya Randy Pausch penulis buku ”last Lecture” sekaligus seorang penderita Kanker Pankreas yag akhirnya meninggal dunia setelah berjuang keras melawan penyakitnya:

Brick walls are there for a reason. They let us prove how badly we want things."

Jadi???…Go head..and never say to Give up…!!!

Selasa, 11 November 2008

~ My English Site ~

kemarin ketika sedang blog walking, aku menemukan alamat Multiplyku di posting dib log roll teman ku, dari sana ku baru buka lagi Multiply ku yang sudah lama aku cuexin. dari multiply itu aku baru inget aku pernah buat beberapa blog. dan salah satu blog itu pernah aku rencanakan untuk menjadi English site ku, khusus memuat tulisan2 ku yang aku tulis in English. tapi ternyata aku lupa dengan ‘komitmen’ itu. karena kesibukan juga hal lainnya. nah kemarin waktu menemukan blog itu terpikir untuk memberdayakan blog ku itu menjadi English site ku. paling tidak aku bisa belajar menulis atau mencurahkan ide in English J

sebenernya aku pernah berencana punya satu site aja tapi full in English, tapi jujur aku belum pe-de untuk itu, di samping keterbatasan vocab juga aku merasa tidak bebas berekspresi klo menulis dalam bahasa inggris. alasan ketiga, nasionalisme (hwek…) biar begini aku masih mencintai bahasa nasionalku loh (banyak cari-cari alasan hehe ;)

Nah klo kawan mau berkunjung, ini neh English siteku
www.alzrie.blogspot.com tapi masih terbatas banget tulisannya, juga maklum ya klo Englishnya ga ‘gape’ hehe.

Jumat, 07 November 2008

~ Amrozi dan Terorisme ~

Akhir-akhir ini kita di hebohkan dengan berita eksekusi pelaku Bom Bali Amrozi CS. hampir semua media massa membuat headline yang sama tentang berita ini. kemarin malem sempat juga menonton acara dialog di TVone tentang Indonesia dan kontek terorisme, dan kaitannya dengan kasus Amrozi.

aku sependapat dengan Jubir HT dalam menyikapi kasus Amrozi ini. bapak Ismail Yusanto kemarin mengatakan bahwa menurut hukum Islam, membunuh atau menghilangkan nyawa orang dengan alasan yang tidak di benarkan dalam syariah hukumanya adalah qishos atau Hukuman mati, jika ahli waris yang dibunuh tidak memaafkan. dalam kasus bom bali jelas banyak manusia-manusia tak berdosa yang terbunuh di sana walaupun sang pelaku mengakui bahwa aksinya adalah atas motivasi jihad yang sebagian orang membenarkan tetapi jawaban MUI menurutku sudah mewakili, bahwa jihad dalam hal ini sungguh suatu terma yang tidak relevant.

namun terlepas dari hal itu yang perlu di cermati sebenarnya adalah, benarkan Amrozi CS yang melakukan pembomam sedemikian dasyat, yang membunuh ratusan orang, dan menghancurkan kota Legian?? ataukan ada infiltrasi, interfensi atau design-design lain yang di selipkan dalam aksi ini?. Berdasarkan hasil pemeriksaan bom yang meledak di bali tepatnya Sari Club-Legian saat itu termasuk bom semi nuklir.

dalam persidangan, Imam samudra pernah mengakui bahwa dia sendiri heran dengan ‘hasil’ pemboman yang menurutnya melebihi kemampuannya, juga mobil yang digunakan (Mitsubishi L-300) berbeda dengan yang di sepakati dalam rapat terakhir mereka (Suzuki Cary). juga seperti Jubir HT mengatakan ada kejanggalan yang perlu di analisa dalam kejadian ini, diantaranya adalah tidak matchingnya antara motivasi dan target. motivasi para pembom ini adalah karena kebencian mereka kepada Amerika, tetapi yang menjadi sasaran pemboman mereka adalah Bali, mengapa harus Bali?, apa hubungannya antara Bali dan Amerika. memang Bali adalah salah satu kota wisata yang paling di cari oleh turis Australia, dan Australia seperti yang kita tahu adalah salah satu antek amerika. tetapi apa hubungannya warga Negara Australia (yang mungkin tidak tahu menahu dengan Amerika) harus bertanggung jawab atas perbuatan pemerintah Amerika. juga pemboman di JW Marriot, mengapa harus hotel Marriot, padahal hotel Marriot bukanlah milik amerika bahkan banyak symbol-simbol Amerika di negeri ini malah selamat seperti kedutaan Amerika.

tetapi hal ini di jawab oleh Umar Abduh [yang mengaku sebagai ‘mantan teroris’] bahwa hal ini karena kenaifan berfikir para pelaku tadi. kenaifan dalam mentranslasi motivasi dalam aksi. sedangkan Jubir HT mengatakan hal ini bukan kenaifan tetapi kealfaan yang bisa di sebabkan oleh mis-informasi dan kurangnya informasi (seandainya benar mereka pelaku ‘tunggal’ dalam kasus ini).

memang ada beberapa perbedaan sudut pandang yang aku lihat dari sisi Umar Abduh dan Jubir HT, di mana Abduh yakin bahwa hal itu mereka lakukan, bukan atas campur tangan intelejen atau pihak lainnya, sedangkan Jubir HT mengatakan ada indikasi design atau hidden hand di balik peristiwa itu. bisa saja dalam hal ini infiltrasi atau profokasi asing yang ingin semakin menjatuhkan wajah Islam di negeri ini.

namun pada kesimpulannya di temukan benang merah diantara dua pendapat ini yaitu ketidakadilan dalam stigmastisasi. adalah benar bahwa Amrozi tidak bisa di benarkan dalam aksinya, juga benar bahwa peristiwa ini peristiwa yang tragis, tetapi jika kita amati seperti ada over reacting dalam menanggapi peristiwa ini, berita yang selalu di ulang-ulang di media baik media cetak maupun media elektronik, bahkan di adakan perayaan terjadinya tragedi ini setiap tahunnya dengan berita yang di sebar ke pelosok penjuru dunia, dengan selalu mengaitkan mereka dengan Islam, entah itu Islam konservative, fundamentalis atau Islam radikal, ada proses yang sebenernya sedang di bentuk di sini. proses stigmastisasi, proses yang sudah demikian lama berjalan di dunia timur tengah yang akhir-akhir ini merambah Indonesia sebagai Negara muslim terbesar – hal ini di tujukan untuk memberikan stigma bahwa Islam is terrorist, dan Indonesia is the home of terrorists.

ketidakadilan ini jelas tampak ketika kita melihat sejarah, dengan tragedi-tragedi yang massive yang jauh lebih memilukan namun di arahkan untuk ‘di maklumi” sebagai tindakan preventive atau tindakan balasan. karena tindakan ini di lakukan oleh mereka yang menggembar-gemborkan istilah Teroris itu sendiri. ‘sejarah nyata’ mencatat Pembantaian ribuan rakyat Elsavador di era Carter-Reagen, pembantaian puluhan ribu rakyat Guatemala, pembantaian di Nikaragua, Afganistan, Libanon, dan terakhir Irak, penghancuran sebuah Negara yang menelan korban ratusan ribu jiwa, tidak pernah di anggap sebagai tindakan teroris. Mana ada yang mengatakan Bush itu teroris? dengan aksi pembumihangusan Irak juga dukungan berketerusannya pada Israel yang tidak henti-hentinya membantai rakyat palestina.

bukan dalam rangka pembenaran jika aku katakan apa yang di lakukan Amrozi CS sungguh tidak ada apa-apanya jika di banding dengan apa yang di lakukan Amerika dan anteknya terhadap Negara lain, kesewenang-wenangan, pembantaian, kebiadapan telah mewarnai the real History sang kaisar (Amerika: red) ini yang kemudian di hapus dari sejarah, sehingga apa yang banyak masyarakat baca, fahami dan nikmati saat ini adalah sejarah yang di ‘sterilisasi’. inilah yang di sebut: Newspeak World.

dalam bukunya Naom Chomsky edisi terjemahan, Jalaludin Rahmat dalam kata pengantarnya mengatakan bahwa otak kita persis seperti computer yang merekam berbagai peristiwa dunia, dan kemudian di tulis dan kelompokkan dalam kategori tertentu. dalam hal ini otak kita bisa berfungsi seperti kamus besar kita, yang bisa merecall berbagai kejadian berdasarkan informasi dari kejadian itu. karena proses strorisasi dalam otak kita sering di bentuk oleh kata-kata yang kita dengar dari informasi, maka sejatinya sebagian besar kita memahami dunia ini lewat kata-kata.

dalam bidang linguistic sudah lama ada anggapan tentang keterkitan antara bahasa, fikiran dan pengalaman. Naom Chomsky dalam teori generative grammar yang mengasumsikan kategori kodrati (innate category) dalam jiwa manusia, dimana pengetahuan di peroleh dengan mengaplikasikan category kodrati ke dalam pengalaman. seperti halnya Descartes, Chomsky juga melihat manusia sebagai makluk rasional. dalam bukunya yang di terjemahkan oleh Hamid Basyaib “menguak tabir terorisme internasional”, Chomsky mengutarakan keprihatinannya karena rasionalitas manusia ini telah di kendalikan oleh kekuatan raksasa (Chomsky menyebutnya American Ideological System). pikiran manusia telah dikontrol melalui penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu yang di sebut dengan istilah newspeak (Orwellian Term).

sejumlah newspeak telah mengeliminasi bahkan mendistorsi pemahaman kita terhadap realitas. sehingga muncul dua dunia, yaitu dunia nyata (the Real world) dan dunia newspeak (the Newspeak world). dunia newspeak adalah dunia yang diciptakan oleh “kaisar” yang berkepentingan dengan mendistorsi informasi demi pembentukan presepsi yang di inginkan. (Menguak Tabir Terorisme Internasional, Hal. 14)

suatu hari St. Augustine menuturkan cerita tentang seorang bajak laut yang di tangkap oleh Elexander Agung, kemudian terjadilah dialog antara Pembajak dan Alexander agung berikut ini:
“mengapa kamu berani mengacau lautan” Tanya Alexander agung. kemudian di pembajak balik bertanya ”mengapa kamu berani mengacaukan dunia?”, karena aku melakukan dengan perahu kecil maka aku di sebut maling, dan kalian karena melakukannya dengan kapal besar di sebut Kaisar” tambah si Pembajak. jawaban pembajak itu sangat bagus dan jitu menurut St. Augustine.

kisah di atas menggambarkan dengan akurat hubungan antara Amerika dengan berbagai actor kecil dalam panggung terorisme internasional akhir-akhir ini. lebih luas lagi St agustine mengungkapkan makna terorisme international dalam penggunaannya di barat dewasa ini dan menyentuh inti-kebiadaban menyangkut peristiwa-peristiwa terorisme tertentu yang hari-hari ini di rancang-degan sinisme yang paling kasar-sebagai selimut untuk menutupi kekerasan barat (Naom Chomsky, Menguak tabir Terorisme Internasional, hal. 19)

istilah terorisme mulai di gunakan pada akhir abad ke-18, terutama untuk menunjuk aksi-aksi kekerasan pemerintah yang di maksudkan untuk menjamin ketaatan rakyat pendeknya, cukup menguntungkan bagi para pelaku terorisme Negara yang karena memegang kekuasaan, berada dalam posisi mengontrol system pikiran dan perasaan. dengan demikian istilah aslinya terlupakan dan istilah “terorisme” lalu di terapkan terutama untuk “terorisme pembalasan” oleh individu-individu atau kelompok-kelompok. (International Terrorism and political crimes, Charles Thomas, 1975)

namun dengan membebaskan diri dari indoktrinasi itu kita mengguakan istilah ‘terorisme’ untuk menunjukkan ancaman atau penggunaan kekerasan untuk menindak, memaksa (biasanya untuk tujuan-tujuan politik), entah itu terorisme besar-besaran oleh sang Kaisar ataupun terorisme pembalasan oleh si Pembajak.(Naom Chomsky – Menguak Tabir Terorisme Internasional, hal. 19)

namun saat ini banyak warga dunia termasuk Indonesia terutama pemerintahnya terjebak dengan indoktrinasi ini. indoktrinasi yang di arahkan dalam rangka perang ideologi yang di ciptakan Amerika. pemerintah kita, juga media kita sudah sedemikian latah dalam pemberitaan. setiap ada kejadian sering dengan presumptive, langsung melabeli teroris dengan kemudian menambahkan gelar Islam - Islam Radikal, conservative atau fundamentalis. kita sudah menikmati dunia Newspeak yang di ciptakan oleh para pemilik kepentingan itu. dengan tanpa sadar kita ikut menciptakan stigma-stigma itu. stigma yang mencoreng muka kita sendiri sebagai muslim. stigma yang menjadikan lahirnya Islam-phobi di dunia barat.

Terma Teroris telah direduksi bahkan didistorsi maknanya menjadi sebatas tindakan kekerasan yang di lakukan oleh sekelompok kecil yang menggugat ketidakadilan, sekelompok orang yang merasa tidak puas akan ketidakadilan tangan besi sang Kaisar, bahkan sekelompok orang yang tidak se-ideology dengan sang Kaisar. Teroris hanya milik pembajak dalam bahasa St. Augustine, sementara Sang Kaisar tetaplah ‘penyelamat’ yang melakukan tindakan preventive ataupun pembalasan, meskipun sampai meluluhlantakkan sebuah negeri, menghabisi nyawa ribuan jiwa, sang Kaisar dan anteknya tidak akan pernah di sebut Teroris, padahal seharusnya jika Amrozi CS di sebut Teroris maka George W Bush adalah kakek Buyutnya Teroris, karena telah membunuh ribuan bahkan puluhan ribu jiwa tak berdosa.

Naom Chomsky juga mengatakan bahwa Terorisme dalam pengertian Rasis Diskursus Amerika, Menunjuk pada Teroris oleh bangsa-bangsa Arab, tetapi tidak oleh Yahudi, sebagaimana ‘perdamaian’ berarti penanganan yang menghormati hak menentukan nasib sendiri bagi bangsa yahudi, tetapi tidak bagi bangsa palestina (Naom Chomsky (Edisi Terjemahan) – Menguak Tabir Terorisme Internasional, Hal. 72)

Mungkin para korban ataupun Sang Kaisar akan sangat puas dengan eksekusi ini, tetapi ini bukan suatu solusi untuk Indonesia. karena sejatinya kasus Amrozi belumlah tuntas, belum di temukan siapa otak yang menjadi Mastermind kejadian itu, juga belum tuntas design-design tersembunyi yang perlu di selidiki. tentu akan ada kemungkinan muncul Amrozi-Amrozi yang lain. dengan sebuah premis sederhana jika ingin menemukan solusi dari masalah maka temukan penyebabnya. masalah dari kasus-kasus serupa Amrozi ini adalah ketidakadilan. ketidak adilan pada dunia Islam, ketidakadilan pada dunia ketiga yang di wujudkan dalam invasi, intervensi, maupun dalam bentuk neo-kolonialisme. sebelum hal ini di akhiri maka akan terus ada perlawanan, atau tindakan-tindakan anarkis lainnya.