Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Diary. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 27 Februari 2010

Long time no see

Makasar, 11 november 2009

Hi..Pals, how’s it going??

lama sekali aku tak menyapa mu karena aku harus menghilang dari peredaran dunia maya untuk sementara ;), tau alasannya kenapa? tunggu ya, simak cerita singkatku ini.

Pals, kalian mungkin belum tahu kalau aku sekarang tinggal di makasar . aku meninggalkan Jakarta – my struggle city ever – 3 bulan yang lalu. keputusan ini kami ambil setelah mempertimbangkan berbagai hal akhirnya kami memutuskan untuk pulang lebih cepat untuk memulai karir atau merintis bisnis - karena toh memang my hubby and I harus kembali ke tanah sulawesi and stay for good – ga bisa di tawar lagi neh .

Pals…
Every initial is difficult, mungkin aku harus mengaminkan proverb ini karena ternyata proses adaptasi dengan hal yang baru yang membuatku keluar dari my comfort zone selama ini harus ku bayar dengan kebosanaan dan kejenuhan. tapi inilah practical point dari pelajaran Bang Boby tentang Out of the box (Miss to meet my beloved TS friends). yah aku memang harus benar-benar out of the box dengan segala sesuatu yang baru. sebenarnya tidak ada masalah dengan komunitas ataupun keluarga suamiku di sini, everyone treats me very well. tapi masalahnya aku belum punya kesibukan aktivitas2 seperti yang pernah aku jalani di lovely town - Jakarta. di Jakarta meski harus setengah mati berjuang hal itulah yang mengisi hariku dengan semangat dan menjauhkan aku dari kata BOREDOM. tapi tenang Pals ini baru awal dan ini tidak akan berlangsung selamanya setidaknya aku harus lebih bersabar. saat ini aku sedang merintis bisnis di bidang pendidikan, namely English Course. yup..ternyata ada hikmah nya 4 bulan ku bergabung dengan CRDE 

Pals…
selain itu aku ada berita bagus, you knoiw…I am going to be a Mom..!! saat ini I am in the 3rd month of my pregnancy. hamdulillah, inilah yang sangat menghiburku saat aku merasa bosan. you know..ternyata banyak loh tantangannya di awal kehamilan – pusing, mual, sakit perut, bad mood sampai hilang nafsu makan. tapi itulah Pals ‘the precious sacrifices of a mother’ .

That’s all for now 

Jumat, 20 Maret 2009

“Ex - Activist”

Selama beberapa bulan ini aku merasa telah jauh dari berbagai aktivitas yang dulu aku geluti. belajar, berorganisasi, menjadi mentor. hanya sedikit saja dari kegiatan itu yang masih rutin aku jalani. dan hari ini aku merasa begitu merindukan berbagai aktivitas itu. aktivitas yang memberiku gelar seorang ‘aktivis’ namun saat ini harus bertambah satu kata di depannya “mantan” hingga menjadi ‘Mantan aktivis’ :)

***
Menikah, menjadi seorang istri telah memberikan aku tugas mulia baru yaitu mengurus Rumah Tangga. banyak struktur manajemen pribadi yang harus berubah di masa transisi dari single menjadi married women itu dan itulah salah satu ‘resiko’ menikah. selain berbagai keindahan menggoda, di sana banyak tanggung jawab yang tidak bisa di abaikan karena bagaimanapun Keluarga adalah the first priority, tentu banyak orang setuju dengan hal ini.

kembali kepada pribadiku sebelum dengan sesudah menikah, mau tidak mau harus ada yang berubah bukan hanya dari gelar Ms. menjadi Mrs, tetapi lebih jauh dari itu berbagai manajemen pribadi, mulai dari schedule, aktivitas, karakter dan habitpun tampaknya harus menyesuaikan dengan penghuni baru yang masuk dalam kehidupanku. dalam bahasa jawa suami-istri si sebut garwo [sigaraning nyowo] atau dalam bahasa kerennya soulmate – belahan jiwa. sehingga belahan jiwa yang satu harus mengimbangi belahan yang lain agar terjadi balancing atau keseimbangan. inilah pelajaran terpenting dalam pernikahan yaitu Tanggung Jawab, salah satunya adalah tanggung jawab menjaga keseimbangan tadi.

pernikahan juga ternyata sekolah yang menerapkan ujian terberat dalam mata pelajaran ‘pengertian’. dalam mata pelajaran pengertian ini yang di nilai adalah ujian praktikum “bagaimana memenej egoisme pribadi’. Dalam rumah tangga kita tidak bisa seenaknya bilang “ini mau gue’, terserah mau loe” seperti ketika kita masih sendiri semua keputusan atau tindakan dalam rumah bisa “semau gue” maka dalam RT segala hal harus mendapat agreement dari pasangan masing-masing agar kelak tidak terjadi konflik. maka “memahami” adalah pelajaran kedua setelah mengerti.

sering kali aku bertanya-tanya ketika suami melakukan hal yang tidak cocok dalam pandanganku, atau tindakan yang menurutku tidak ideal sehingga dalam hati aku mengkritisi, mengapa dia begini, mengapa dia begitu, dsb dan diam, kecewa ternyata tidak bisa menjadi solusi dalam hal ini. jalan keluarnya adalah menemukan jawaban“mengapa dia begini?”. jawabannya hanya akan aku dapat dari komunikasi. dan jawaban inilah yang akan menjadi premis-premis yang aku susun untuk menjadi sebuah rumus dalam pelajaran selanjutnya - “memahami”.

dari komunikasi hal-hal yang tampaknya rancu dalam pandanganku jadi terjawab yang akhirnya aku harus berkata “oh begitu toh” atau “oh memang dia begitu” atau “that’s part of him”.

Kawan banyak hal baru yang aku temui dan aku pelajari dalam ‘sekolah’ baruku – pernikahan - ini, begitu indah, menggoda, namun juga penuh tantangan. satu hal yang pasti adalah di butuhkan pengorbanan. pengorbanan pertama ku tentu menyerah dengan gelar “mantan aktivis” tadi. karena ini konsekwensi dari sebuah pilihan. terkadang aku juga merasa begitu kehilangan dengan aktivitas2 ku tapi di sisi lain aku begitu bahagia dan menikmati peran baruku.

Dan ternyata pelajaran terpenting lainnya bahwa dalam Rumah Tangga tidak bisa aku menerapkan sikap otoriterku “pokoknya aku harus begini”, atau “aku mau kamu begini”- yang selama ini sering menjadi Pattern idealisme ku. inilah pengorbanan kedua ku ‘negoisasi idealisme’.

dan Kawan pilihan2 di atas bukan semata-mata kediktaroran suamiku, tetapi keputusan sesadar-sadarnya dari dalam diriku sendiri. suamiku tidak pernah melarang aku untuk tetap active di berbagai aktivitasku bahkan kadang ia rela menggantikan tugasku. tetapi tentu saja aku harus bersikap adil dan proporsional dengan tugas dan tanggung jawabku.

dan aku bersyukur suamiku cukup memahami jiwaku yang “liar” ini, sehingga beliau tetap memberikan aku ‘kebebasan’ untuk memilih. dan menjadi ‘mantan aktivis’ adalah keputusanku untuk lebih maksimal dalam masa transisi ini.

InsyaAllah ada saatnya nanti aku akan kembali berkiprah di dunia“keaktivisanku” . ;)

“Stage Fever”

Dua minggu yang lalu Diskusi mingguan Britzone di pandu oleh Mbak Yuke, salah seorang manager program dari ANTV. beliau membawakan tema “Be a good reporter”. seperti biasa dalam klub bahwa aspek Speaking practice yang di utamakan, maka tema ini menjadi sangat menarik dan berkali mendapat pujian dari peserta juga Mr. Arief – Independent Observer of BZ. teknisnya, acara ini menampilkan partisipan dalam format couple – interviewer dan interviewee – dengan memberikan beberapa opsi tema mulai dari politik, sosial, kesehatan dan entertain, juga peserta di beri opsi-opsi tokoh yang bisa di pilih untuk di perankan atau di interview.

di acara itu Mbak Yuke memberikan beberapa tips untuk menjadi seorang reporter yang baik diantaranya adalah menggali informasi sebanyak-banyaknya tentang orang yang akan di interview [the interviewee], bersikap netral, tidak memojokkan, dan tidak menghakimi dan tentunya tetap kritis tetapi santun. acara ini juga di sambut dengan berbagai pertanyaan dari peserta, pertanyaan mayoritas adalah bagaimana jika dalam interview kita di hacking down atau di pojokkan, Mbak Yuke mengatakan bahwa kita [the interviewee] berhak untuk tidak menjawab pertanyaan tersebut dengan mengatakan ‘no comment” atau “this’s privacy’ dsb.

akupun sangat exciting dengan acara ini, karena mengingatkan aku dengan mata kuliah Broadcasting yang pernah aku pelajari waktu kuliah D3 dulu. dosenku pak Daulat Pane adalah penyiar Voice of Indonesia [VOI] di RRI. aku sangat suka gaya mengajar pak pane yang creative juga ‘pronounciation’ nya yang bagus sehingga sangat enak di dengar, ternyata itulah modal utama menjadi seorang English newscaster kawan. di mata kuliah broad casting aku pernah belajar menjadi reporter, moderator talk show, MC, English newscaster juga teknik-tehnik penulisan berita, sayangnya aku tak menghayati mata kuliah ini dan terasa hanya sepintas lalu, padahal ini sangat menarik bukan? ;).

menjadi moderator dalam talk show hanya satu yang bisa sukses aku kerjakan. sedangkan tugas lain seperti newscaster, reporter selalu tidak bisa aku kerjakan dengan baik karena aspek nervousnessku yang membuatku sering mengalami Slipped tongue ketika berhadapan langsung dengan banyak audience, inilah satu sisi lagi kekuranganku kawan.

dan dari acara2 di BZ aku jadi menyadari bahwa ternyata penyakit “Stage Fever”ku ini belum juga sembuh, penyakit ini sering membuat ku Getting Blank atau mengalami kesalahan2 dalam pronunciations saat sedang berbicara. padalah aspek ini sangat penting dalam English public speaking .

ternyata memang benar kata Ali Obama, banyak orang bisa berbicara dengan lancar tetapi hanya sedikit yang bisa berbicara dengan lancar di depan umum atau di depan orang banyak karena itulah perlu latihan atau pembiasaan. Alhamdulillah saat ini Britzone sedang mengalami banyak kemajuan dalam hal metode diskusi yang memang lebih di fokuskan ke Speaking Skill, termasuk Public Speaking, semoga dengan belajar di BZ aku bisa menyembuhkan penyakit ‘Stage Fever” ku. 

“Negoisasi Idealisme”

“cobalah melihat sesuatu dari sisi lain dek, jangan hanya melihat sesuatu dengan kaca mata kita sendiri” itulah nasehat suami saya suatu ketika dalam sebuah diskusi . sesaat sifat ‘ngeyel’ saya masih tidak terima dengan statement itu, dan saya masih ngotot mempertahankan pendapat saya bahwa pandangan saya benar, bahwa metode saya benar, bahwa teori saya benar, bahkan jika di uji dengan metode Bacon (hehe J)

tetapi berselang waktu, kata itu sering terngiang di di telinga saya, mungkin sudah sering saya mendengar kalimat ini dengan redaksi yang berbeda, tetapi baru kali ini saya merasa bahwa kalimat ini cukup make sense untuk diri saya yang idealist hingga cenderung egois - melihat sesuatu hanya dari cara saya memandang – dalam menghakimi sesuatu.

saya tipe orang yang idealist, yang ingin melihat sesuatu ‘sempurna’ seperti yang saya inginkan, meski sering kali akhirnya saya menyerah juga dengan ‘takdir’ tetapi kekecewaan kerap mewarnai sebelum saya sampai ketitik pasrah.

begitu juga dalam hal pendapat, saya sering menganggap orang lain mempunyai cara pandang yang sama dengan saya, sehingga sering kali tanpa sadar dalam hati saya menghakimi, pendapat dia salah – hanya karena tidak sesuai dengan pendapat saya

hal ini mulai saya banyak sadari setelah saya menikah, sedikit banyak suami saya mengingatkan hal ini. saya sering berdiskusi tentang berbagai hal dengan suami, dari diskusi itulah sering suami saya men-track Idealisme ‘tidak sehat‘saya dalam berdiskusi.

awalnya saya cukup kesal ketika diingatkan tetapi lama-lama saya mulai menyadari bahwa suami saya benar dan saya perlu ‘negoisasi idealisme’ dalam sebuah dialektika, baik itu dalam Rumah Tangga atau lebih besarnya dalam konteks hubungan interpersonal dalam masyarakat.

Negoisasi Idealisme ini [ini istilah saya sendiri] bukan berarti saya harus Inferior atau ikut-ikutan dengan pendapat orang lain, tetapi Negoisasi disini lebih saya artikan untuk berusaha memahami dan mengerti pendapat lawan bicara saya secara obyektive dalam berdiskusi atau berdialog. sehingga akan tercipta diskusi yang lebih sehat dan menghindari diskusi yang berakhir dengan debat kusir.

dari “negoisasi idealisme’ itu saya mulai menemukan benang merah dalam perbedaan pandangan saya dan suami saya, sehingga pertengkaran bisa kami hindari. dan saya juga lebih bisa belajar bagaimana memandang sesuatu masalah dari cara pandang orang lain, sehingga saya tidak terjebak dalam sifat subyektif berlebihan dalam menilai sesuatu masalah juga saya lebih bisa menghargai pendapat orang lain.

Stephen R Covey dalam buku termasyurnya “Seven Habits Of Highly Effective People merekomendasikan sebuah teori untuk mengedepankan to Understand dari pada to be understood. artinya kita harus dulu memahami orang lain jika ingin di fahami. tentu saja ini cukup relevant untuk mendukung teori baru saya “negoisasi Idelalisme” dalam berdiskusi. :)


dimuat di
www.warnaislam.com

Jumat, 13 Maret 2009

“First Sharing in March”

Suatu hari belum lama ini aku seperti merasa menjadi orang yang paling tak bersyukur. tiba-tiba saja hati terasa sedih, merana dengan mata berkaca-kaca persis seperti acting seorang aktris di film India yang sedang patah hati. :)

kau tahu apa sebabnya kawan? saat itu aku chating dengan salah satu temanku. teman ini bisa di bilang selalu di ikuti Dewi Fortuna setidaknya itulah pandangan ku, meski tentu dia juga punya cara pandang berbeda, mungkin juga pernah merasa orang lain lebih beruntung dari dia.

temanku ini anak orang yang cukup berada, dia bisa kuliah S1 di luar negeri, dan S2 di universitas ternama di jakarta. baru beberapa bulan kuliah dia ingin mengisi waktu luang mencari pekerjaan sampingan dan langsung dapat di institusi ternama juga.

sekilas realita yang aku alami seperti kebalikan dari dia. untuk selesai S1 saja aku harus tunggang langgang berjuang mencari biaya, itupun aku tetap tak mampu kuliah di universitas yang punya ‘nama’, juga di jurusan pilihanku. dan untuk mencari pekerjaan dari awal aku bekerja semua perlu perjuangan ‘berat’ untuk mendapatkannya.

sesaat aku masih terjebak dengan rasa ‘iri’ itu. rasa ingin mendapatkan seperti orang lain dapatkan.

detik yang lain aku ingin mengutuki diriku, dengan apa yang ku rasakan sebelumnya. mungkin benar bahwa temanku itu mendapat banyak kemudahan, tetapi bukan berarti dia tidak pernah mempunyai kesulitan. mungkin aku masih bisa ngeyel kesulitan dia tak seberapa di banding aku. argument yang tak lebih dari sebuah ‘aksioma’. argumenku juga mengesampingkan factor yang “maha pengatur” di jagat raya ini. bahwa sesuatu di berikan di berikan terukur dengan kemampuan kita. bahwa semua kejadian adalah ‘smart design’ yang telah di atur dengan sedemikian detil.

aku ingat sebuah nasihat bahwa setiap manusia di ciptakan dengan jalan dan rezki yang berbeda-beda. meski dengan begitu bukan berarti Tuhan dzalim dengan mambiarkan seorang dengan ‘enak’ nya dan seorang lain dengan kesusahan berketerusannya. bagaimanapun kita tetap di beri pilihan, pilihan untuk bahagia atau menderita. pilihan untuk survive atau putus asa. itulah pilihan hakiki dalam hidup kita yang harus kita pilih. dan harta, kekuasaan , jabatan tidak selalu identik dengan kebahagiaan, demikian juga sebaliknya kekurangan harta juga tidak selalu identik dengan penderitaan. meski keduanya tampak sebagai ‘sarana’ untuk bahagia atau menderita, tetapi sejatinya diri kitalah yang lebih menentukan. presepsi, cara pandang dan sikap kita menghadapi realita itulah yang menentukan bagaimana kita menikmati hidup.

detik berikutnya aku tampar sendiri wajahku dengan bayangan realita yang sering aku saksikan setiap hari. betapa banyak anak-anak kecil bertelanjang kaki yang menyususri jalanan ibu kota untuk sesuap nasi. melompat dari bus satu ke bus yang lain, berdiri dari mobil yang satu ke mobil yang lain menawarkan jasa untuk membersihkan kaca mobil atau sekedar menunggu uang receh. betapa banyak anak-anak yang harus membiayai sekolahnya dengan mengabdikan diri sebagai pemulung, dan berapa banyak mereka yang harus tidur di kolong jembatan dan..dan…dan banyak lagi

beberapa hari berikutnya aku melihat Film ”Children of Heaven” di salah satu station TV swasta. kau pasti tahu kawan bagaimana menyentuh kisah di film ini. sebuah renungan tentang ketulusan, kesabaran dan pengorbanan di tengah himpitan kemiskinan yang di ajarkan oleh dua bocah kecil sebagai pemeran utama di film ini. aku tak kuasa menahan air mataku.

Di bawah sana masih banyak sekali orang-orang yang ‘kurang beruntung’ tetapi masih sangat pandai mensyukuri apa yang di milikinya…
Ach betapa tak bersyukurnya aku :(

Jumat, 27 Februari 2009

Missing the Point

Hari sabtu lalu, aku datang ke BZ setelah minggu lalu aku absent. akhir2 ini agaknya aku mulai banyak alasan untuk Absen ke komunitas englishku ini. sebenernya bukan karena kemalasan tapi karena komitmen yang lebih utama. Kawan, I am a house wife ;)

dan aku sungguh merasa lost dalam ajang diskusi BZ kemarin, hal ini aku rasakan juga 2 minggu yang lalu saat acara kami di liput ANTV. saat itu aku sempat curhat sama Tari temenku, hari ini aku missing the point Ri... dan Tari pun memberikan pandangan bahwa keaktivan kita sangat berpengaruh dalam mengupgrade kemampuan dan kepercayaan diri kita dalam speaking. aku memang sempat beberapa kali absent semenjak tahun baru di tambah libur kecelakaan itu, dan minggu lalu aku harus absent demi meluangkan waktuku for My beloved-one ;)

aku mengaminkan kata-kata Aristotle, we are what we repeatedly do, therefore excellent is not an act but a habit’. hal ini tentu saja sangat relevant dalam mempelajari bahasa, bahwa to be active adalah harga mati untuk bisa tetep eksis dengan bahasa yang kita kuasai. to be active yang terus di bangun untuk menjadi habit adalah salah satu kunci sukses to be good foreign Language speaker. karena bahasa sejatinya tak terlalu membutuhkan teori namun lebih memerlukan Praktik.

sebenernya BZ adalah satu-satunya komunitas English yang aku miliki semenjak aku lulus kuliah. sebagai Mahasiswa lulusan sastra Inggris, komunitas ini sangat perlu untuk memaintain apa yang telah aku dapatkan – My English - bahkan mengupdate dan mengupgradeilmu yang pernah aku dapat meski porsinya hanya di tataran ‘communicative aspect’, tetapi kehadiran BZ sangat membantuku untuk mulai mencintai almamaterku dan mempertemukan aku dengan temen2 yang warm and smart.

ketidak hadiranku di BZ juga sepertinya semakin beralasan karena aku telah resign sebagai salah satu pengurusnya. sebenernya aku ingin sekali masih bisa komit sebagai pengurus tetapi aku harus punya sekala prioritas, di samping itu aku tidak boleh egois sehingga malah menelantarkan amanah yang ada. meski suamiku tidak melarang aku untuk tetap aktif tetapi ada tanggung jawab moral yang harus aku kedepankan. tentu saja banyak urusan keluarga yang mungkin tak terduga nantinya yang mengharuskan aku tidak bisa hadir atau tidak bisa menyumbangkan hal-hal bermanfaat untuk BZ. untuk sederetan alasan itulah aku memutuskan untuk Resign – setelah suamiku pulang - dan memilih Tari sebagai penggantiku. ada sedikit rasa kehilangan saat Ali mengumumkan hal ini di milis BZ, juga ada rasa berat saat Kikim sedikit menyayangkan keputusanku.

tetapi meski aku tidak menjadi pengurus di BZ, aku masih ingin tetap menjadi active participant di komunitas ini. komunitas yang sering menyeretku ke nostalgia dunia akademik, juga terkadang mengundangku kembali menyadari ‘dosa’ ku karena menelantarkannya.

Rabu, 18 Februari 2009

It’s Over

Lama sekali rasanya aku tidak menuliskan kisah hari-hariku. rasa kangen di hati saat melihat blogku..ga ada update tulisan.

seminggu yang lalu teman kantorku kena Gejala Typus dan harus bed rest jadinya aku kebanjiran order dan kerjaan, makanya aku tak sempat menulis sepatah-dua patah kata untuk kuceritakan padamu Kawan..(Ge-eer neh ada yg baca hehe)

Hm..ada kisah bahagia yang harus aku bagi denganmu kawan, hampir dua minggu ini aku sudah tidak kesepian lagi karena suamiku sudah kembali dari Mesir, jadi selain kesibukan di Kantor sebenernya aku juga sedang sibuk menikmati bulan madu kedua neh (haha). ternyata indah juga perpisahan ya, indahnya klo sudah ketemu, ga percaya?? coba aja …!!

***
tanggal 27 Januari lalu, pulang kerja aku langsung ke Blok M karena janjian sama Richan, teman suamiku di Plaza Blok M, sebenernya males banget ke Blok m karena capek pingin besok-besok aja aku ambil titipannya itu tapi karena suamiku kirim pesan untuk menemui temannya hari itu juga, ya akhirnya aku mengalah ;)

di jalan aku sms Richan, minta maaf karena terlambat datang sekalian menanyakan dimana ketemu nya, dia bilang dia nunggu di Solaria plaza Blok M. sampai di blok M hampir jam 6, sudah hampir magrib sehingga aku putuskan tuk telp Richan agar menemuiku di Lobby Mall, karena aku mengejar waktu magrib. tetapi Richan menolak dengan alasan sedang makan dan memintaku menemui di Solaria. karena aku yang butuh maka aku harus mengalah, jadilah aku naik ke lantai 6 Plaza, tetapi aku tetap tidak mau menemui nya di Solaria, karena pikirku ga enak aja ketemu di sana, lagian aku ga mau lama-lama.

aku sms dia dan bilang aku tunggu di depan toko kaset ga jauh dari Solaria. beberapa menit aku menunggu sambil mengetik sms tuk suamiku mau laporan klo aku dah menemui temannya. ketika aku sedang asyik mengetik sms tiba2 di sebelahku ada seseorang yang duduk dengan seenaknya dengan gaya sok akrab banget. aku kaget sekali, dalam hati aku menggerutu kurang ajar sekali orang ini dan baru saja aku akan bereaksi memuntahkan kekesalanku, tiba-tiba bola mataku menangkap sosok yang begitu aku kenal. dia sedang cengar-cengir melihatku kebingungan. bersaman dengan itu Richan menyapaku, “mbak sri ya..ini titipannya”, sambil nunjuk ke suamiku. Gubrag…!!! tak pelak lagi pukulan ‘maut’ku mendarat di punggung suamiku, ingin sekali aku memeluknya saat itu tapi malu karena banyak orang (hehe). dan mukaku jadi merah padam bak udang rebus seketika, antara senang, malu, kesal, bercampur jadi satu.

Asli bener-bener surprise, suamiku pulang hari itu karena seperti rencana yang dia ceritakan sebelumnya dia akan pulang tanggal 9 Februari dan tiketnya tidak bisa di percepat. juga beberapa menit sebelumnya dia masih sms aku pakai nomer mesir. akhirnya aku baru sadar klo aku bener-bener DI KERJAIN..hiks…

dan tak usah kuceritakan bagaimana kisah selanjutnya (haha). sekarang penantianku dah berakhir kawan;). dan InsyaAllah kami masih akan tetap tinggal di Jakarta sebelum meneruskan perjalanan hidup kami selanjutnya :). Well come to the next Challenges..!!!

Ach.. ternyata suamiku romantis juga ;)

Rabu, 11 Februari 2009

Head Injury

hari kamis 22 Januari lalu, atas anjuran keluarga dan teman2 ku akhirnya aku terprovokasi juga untuk datang ke RS Jakarta memeriksakan lebih lanjut luka di kepalaku akibat kecelakaan 2 minggu sebelumnya.

tadinya aku menganggap bahwa urusan kecelakaan itu sudah selesai, walaupun aku masih sering pusing, aku fikir itu wajar karena pusing itu kemungkinana akibat benturan yang sifatnya hanya temporary injury. tetapi karena berbagai cerita mengerikan dari temen-temenku juga demi sebuah kepastian akhirnya aku mendatangi Dokter ahli saraf di RS Jakarta, dekat kantorku.

setelah menceritakan kejadian kecelakaan itu dan menceritakan keluhan-keluhan sakitku., dokter itu memeriksa tekanan darah, detak jantung, dan test saraf motorik. alhamdulillah ketika aku tanya hasilnya baik. tetapi Dokter menyarankan aku mengambil tes EEG Electroencephalogram test, yaitu test untuk mengetahui aktivitas elektrik otak atau semacam Brain Mapping yang berfungsi untuk melihat kerja dan fungsi otak dan jantung, sehingga seandainya ada kelainan akibat kecelakaan akan terdeteksi dari tes ini.

hari selasa, 27 January aku mengambil hasil tes EEG ini. dari hasilnya Dokter menjelaskan bahwa sementara tidak ada hal-hal yang mencurigakan hanya ada temporary injury di kepala bagian kiri yang menyebabkan pusing, tetapi dokter menyarankan aku untuk memantau perkembangannya selama 3 bulan. kalau intensitas pusingku selama 3 bulan nanti tinggi maka aku hasrus cek up lagi.

untuk sementara…aku merasa lega sekali setelah menerima hasil EEG itu apalagi ketika dokter mengatakan aku belum perlu test CT Scan, girang sekali aku. bukan hanya karena CT Scan itu mahal, tetapi CT Scan cukup beresiko karena menggunakan x Ray dengan radiasi sangat tinggi. juga berbagai kekhawatiran akan terjadi hal-hal yang tidak di inginkan di kepalaku, telah ku tepis jauh-jauh seperti saran dokter, bahwa sugesti bisa sangat besar pengaruhnya terhadap kondisi kesehatan.

jujur saja meski aku bandel dan enggan periksa ke Dokter sebenernya aku cukup was-was, karena meski bukan orang kedokteran tentu aku tahu bahwa kepala adalah organ sentral yang tanpanya tentu aku tidak akan mampu bernafas lagi (hehe) atau jika terjadi kerusakan pada salah satu sarafku aja, hidupku bisa kacau beliau ;).

pesanku untuk ceritaku ini, kesehatan itu harta yang sangat berharga kawan dan sangat mahal harganya. dan kau tahu motto di negeri kita tercinta ini? “Orang miskin di larang sakit..!!!”. jadi jaga kesehatan dengan baik dan ga usah kebut-kebutan atau sok jagoan kalau naik motor ya..;). aku dah merasakan nyium aspal itu ga enak, meski harga aspal cukup mahal (haha)

Kamis, 15 Januari 2009

Unconditional Love

Jika ada cinta ‘vertikal‘ yang tak terbatas, dan tanpa pamrih di dunia ini maka itulah cinta Ibu, jika ada pengorbanan tak menuntut balas di dunia ini, maka jawab pertama adalah pengorbanan ibu. meski dari premis umum ini tentu ada pengecualian, dalam dunia ilmiah ada faktor x yang bisa menyebabkan sebuah ’anomali’ dalam penelitian. begitu juga realitasnya bahwa ada juga ibu yang dengan tega meninggalkan anak-anaknya atu malah membunuh mereka, tetapi ini tentu saja hanya kasus-kasus tertentu yang jumlahnya tentu tidak akan mampu menepis anggapan ’kasih ibu sepanjang masa’ yang selama ini kita yakii dan kita rasakan.

jika ada seorang laki-laki yang berkata pada kekasihnya ”cintaku padamu sebesar dunia dan seisinya” atau juga sering dengan rayuan gombal ”aku mencintaimu dengan seluruh jiwa ragaku” namun setelah sekejap saja di tinggal pergi kekasih nya maka kata itu pun akan terucap untuk wanita lainnya J.jadi jangan percaya bahwa cinta pasangan anda itu sepanjang masa (hehe provokator).

tetapi lihatlah ibu kita pernahkah beliau mengatakan kata-kata itu pada kita? bahkan sangat jarang ada seorang ibu yang dengan secara langsung mengucapkan “aku mencintaimu anakku”. kalaupun seandainya ada rasanya mirip-mirip dunia telenovela. tetapi lihatlah tindakannya tak perlu diumbar dengan segudang kata-kata romantis namun bukti dari tindakannya melebihi kata-kata sastrawan super romantis sedunia – Shakespeare - sekalipun.

Ibu adalah orang yang sanggup menyerahkan nyawanya untuk kita, saat melahirkan dia tidak pikirkan bagaimana resiko yang akan di ambilnya, dia juga tidak perduli dengan sakit tiada tara yang dirasakannya yang ia tutupi dengan senyuman terkembang melihat wajah mungil kita saat lahir kedunia.

selama dalam asuhan kita tidak pernah berhenti menyusahkannya. di tengah malam ketika semua orang larut tertidur Ibu akan dengan sabar mengganti popok kita, menyususi kita, bahkan membujuk kita yang menangis karena popok basah atau cuaca yang kurang nyaman. ketika siang hari saat orang lain lahap makan maka Ibu masih sibuk menyuapi kita. saat orang lain bisa tidur siang maka Ibu juga sibuk membersihkan popok atau menceboki kita.

beranjak besar kita masih terus merepotkannya. saat kita nakal, maka Ibu adalah sasaran utama kita, tak jarang kita lihat seorang anak memukul-mukul ibunya karena kemarahannya pada sesuatu. saat kita nakal dengan anak tetangga maka tak jarang Ibu kita yang kena damprat tetangga.

belum lagi jika kehidupan di himpit kesulitan ekonomi, maka Ibu rela tidak makan asal anak-anaknya kenyang. ibu rela menghutang kesana-kemari meski harus menahan malu bahkan kadang menelan omelan tetangga demi isi perut kita.

beranjak dewasa lulus sekolah, sudah bisa kerja kitapun akan di jemput atau menjemput pasangan kita. kita hidup terpisah atau meninggalkannya karena sudah punya keluarga sendiri. tak jarang kita jadi ‘lupa’ dengan ibu kita, karena sibuk dengan keluraga baru kita. sering kita jadi lupa menjenguknya yang sudah mulai renta. ketika kita mulai punya momongan kadang kita masih merepotkannya lagi, menyuruhnya mengasuh anak kita. menggantikan peran kita.

tetapi itulah kawan, kemuliaan dan kasih sayang seorang Ibu. Ia melakukan semua itu dengan tulus dan tak berharap imbalan dari kita. dia lakukan itu tak perduli apakah kita akan membalasnya dengan kebaikan atau justru sebaliknya. dia tidak akan minta imbalan uang atau emas permata, namun kebahagiaan kita yang ia harapkan, meski kadang ia tidak mengecap kebahagiaan itu, tetapi cukup bahagia jika melihat kita bahagia.

maka jika ada Unconditional love - cinta tanpa syarat - di dunia ini, maka itu hanyalah cinta Ibu kepada anaknya….

***
Malam itu aku tidur di samping ibu yang masih memelukku. aku tak bisa memejamkan mata. hatiku resah, gelisah karena esok aku akan berangkat ke Jakarta lagi meninggalkan ibu. aku tatap wajah ibuku yang sedang lelap tertidur. aku belai pipinya yang mulai keriput. aku tatap dengan seksama wajah orang yang selama ini menyayangiku setulus hati itu. seminggu ini selama aku sakit, ibu yang merawat dan menyiapkan semua untukku. ibu yang mengobati lukaku, memijit seluruh badanku, menyiapkan obatku, menghangatkan air untuk aku mandi, menyiapkan makan bahkan menyuapiku.

kini aku sudah 28 tahun kawan, tetapi perlakuan ibu tidak berubah seperti ketika aku sakit 20 tahun lalu, hanya saja kalau dulu Ibu masih menggendongku maka sekarang tidak mungkin lagi.

tak terasa airmata meleleh di ujung mataku, entah apa yang sudah aku lakukan untuk membalas semua kebaikannya. aku ingat-ingat dan sepertinya tak satupun hal yang telah kulakukan yang membanggakan hatinya. aku belum bisa memberi apa-apa untuk ibuku. tidak prestasi, tidak harta, apalagi emas permata. air mataku semakin deras mengingat semua kebaikan dan pengorbanannya, ingin ku mendekapnya erat dan tak kan pernah meninggalkannya, tetapi keadaan yang belum memungkinkan.

aku hanya bisa berbisik dalam hati, bisik do’a setulus yang ku bisa “ya Robb, ampuni dosa Ibuku, berilah beliau hidayahMu sampai akhir hayatnya, wafatkanlah kelak beliau Khusnul khotimah, dan berikanlah aku kesempatan untuk membahagiakannya”

We Will Not Go Down


WE WILL NOT GO DOWN (Song for Gaza)
(Composed by Michael Heart)


A blinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they're dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who's wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Selasa, 13 Januari 2009

Back to Jakarta

Hari ini aku kembali menekuni rutonitas kantorku setelah seminggu yang lalu aku tinggalkan. rasa rindu untuk kembali berkutat dengan berbagai tugas kantor, bercengkrama dengan layar komputer dan berselancar dengan dunia mayaku terasa menggelegak sejak seminggu aku di solo. demikian juga hiruk pikuk kesibukan kota Jakarta ternyata sanggup menyihirku dalam ‘kesepian’ panjang kala aku menghabiskan waktu jauh darinya. ah..selalu saja kebersamaan terasa berarti ketika telah jauh..

jauh di lubuk di hatiku harus ku akui bahwa ternyata aku mencintai Jakarta dengan segaja ‘kejalangan’ nya, dengan segala ‘kekejaman’ nya, dan dengan segala seringai tantangannya.

seminggu lamanya aku harus absent dari kantor dan otomatis harus absent juga berkomunikasi dengan dunia mayaku. tak ada email, tak ada blogging tak ada browsing apalagi surfing..:). itulah tak enaknya tinggal di pelosok desa kawan. aku pulang ke Solo tanggal 2 Januari lalu karena ingin menjenguk Ibuku dan berencana hanya satu hari di sana. tetapi malang tak dapat di tolak dan takdir mengatakan lain aku harus stay satu minggu di kampung halamanku dengan kondisi badan yang cukup mengenaskan - bengkak dan luka memar di wajah tangan dan kakiku.;)

kisah ini berawal saat aku di jemput oleh Bapakku hari sabtu pagi dari terminal Solo. aku sampai terminal jam 2 pagi, setelah istirahat sembari sholat di Masjid belakang terminal Bapak datang tepat jam 3 pagi. aku pun langsung ikut naik motor jemputannya. setengah jam perjalanan, tepatnya di pintu Jembatan Jurug motor yang aku tumpangi menabrak trotoar jembatan. spontan saja tubuhku jatuh tersungkur dengan wajah dan kepala membentur trotoar dan terseret beberapa meter karena gas motor masih dalam keadaan aktif. tak dapat aku ceritakan bagaimana perasaanku saat itu antara syok, takut, dan sakit di sekujur tubuh. beberapa menit setelah kecelakaan itu aku meraba bagian tubuhku terutama mata ku dan aku bersyukur semua anggota tubuhku masih lengkap artinya lukaku tidak terlalu parah. hanya luka di wajah dan benturan di kepala yang membuat ku pusing. sementara bapak luka di bagian dengkul.

suasana jalan masih sepi hanya satu truk yang tak acuh dengan kondisiku. sampai kira-kira 15 menit baru sebuah becak lewat dan aku memanggilnya. tukang becak inilah yang mengantarkan aku ke rumah sakit terdekat yaitu RS. DR. Moewardi Solo. jarak jembatan jurug – RS cukup jauh sekitar 2 km, sehingga cukup lama aku menahan darah yang terus mengalir dari hidung, kening, dan di atas bibirku sembari menahan pening, dan syok yang membuat badanku gemetaran. sampai di RS lukaku di bersihkan dengan cairan alcohol dan betadine yang perihnya ga ketulungan. dan alhamdulillah lukaku ga sampai harus di jahit.

kepalaku sempat pusing berat tetapi masih untung karena aku tidak muntah setelah kecelakaan, dan itu artinya aku selamat dari gejala Gegar otak. tetapi dokter menyarankan aku di oksigen beberapa jam sambil menunggu reaksi kalau-kalau benturan di kepalaku menyebabkan luka yang berbahaya. tetapi dua jam kemudian aku minta pulang karena ingin segera bertemu ibuku. aku pulang naik bus dari solo ke Karang Pandan dan di jemput Wit keponakanku di terminal Karang Pandan.

Saat sampai di rumah Ibuku dah menyambutku dengan tangis, melihatnya berdearai airmata membuat akupun tak sanggup untuk tidak menangis saat di peluknya. aku langsung istirahat dan dalam hitungan menit rumah Ibuku sudah ramai di kunjungi tetangga yang menengok ku.

dan ternyata memang selalu saja ada hikmah di balik kejadian. seminggu di kampung halaman seakan menuai kembali kenangan indah lama bersama ibuku. ibuku tetaplah seperti dulu, yang selalu saja sedih dan panic ketika aku sakit, yang yang selalu memelukku, mengobati lukaku dan menemaniku setiap saat. mungkin hanya dengan cara seperti ini aku bisa tinggal sedikit lebih lama dengan beliau. aku bahagia kawan, sungguh meski harus aku tebus dengan luka-luka di tubuhku aku bahagia bisa kembali melihatnya dan memeluknya.

tujuan aku pulang sebenernya adalah menjenguk Ibuku yang sedang sakit dan berencana mengantar beliau untuk Rongsen, tetapi alih-alih merawat ibuku justru aku yang akhirnya merepotkannya.

tanggal 9 januari aku harus pulang ke Jakarta, terasa berat kakiku melangkah saat akan beranjak pergi meninggalkan Ibuku. tetapi aku memamng harus kembali melanjutkan perjuanganku di kota Jakarta, menantang nasip, melawan waktu. Ach..ibu andai aku bisa ingin setiap saat aku bersamamu…hiks.

Airmata Palestina

Sabtu, 27/12 dunia terhenyak dengan berita ‘kebiadaban’ zionis Israel ke Palestina untuk kesekian kalinya, dan serangan Israel kali ini adalah yang terburuk pada dua puluh tahun terakhir penjajahan Israel atas Palestina. sampai hari ini korban jatuh lebih dari 900 orang dan lebih dari 3.000 korban luka-luka yang kebanyakan korban adalah rakyat sipil – wanita dan anak-anak.

serangan Israel yang membombardir jalur Gaza ini awalnya beralasan untuk membalas serangan roket HAMAS sebelumnya yang menciderai perjanjian gencatan senjata. namun sebenarnya ini hanya alasan yang di buat untuk membenarkan tindakan mereka karena Israel lah yang lebih dulu melanggar gencatan senjata itu. tidak hanya pejuang HAMAS, rakyat sipil, petugas medis dan wartawanpun menjadi sasaran roket dan peluru Israel. sebuah tindakan yang sangat keji dan telah melanggar hukum internasional dan konvensi jenewa yang seharusnya bisa menyeretnya ke pengadilan internasional sebagai penjahat perang.

namun seperti biasa dunia tak mampu berbuat apa-apa dengan aksi brutal Israel. dan PBB sebagai badan tertinggi dunia hanya bisa menghasilkan resolusi yang sama sekali tidak berarti untuk rakyat Palestina karena tidak ada sangsi yang nyata jika Israel menolak resolusi itu. jadi semakin jelas bahwa PBB hanyalah alat AS dan sekutunya untuk melanggengkan kekuasaannya.

dan yang sangat menyedihkan adalah reaksi dari Negara-negara Isalm di timur tengah, yang tak lebih dari mengecam, tanpa tindakan kongkrit. bahkan Mesir sangat terlihat lebih memihak Israel dengan dalih keamaan dalam negeri untuk menutup perbatasan Gaza. padahal Negara2 besar arab itu bisa menghentikan kebiadaban Israel ini dengan sangsi yang tegas, misalnya dengan membatasi penjualan minyak ke Israel dan pendukungnya atau bahkan mengembargo pasokan minyak. meskipun hal ini tentu saja beresiko untuk ‘kenyamanan’ dalam negeri mereka tetapi betapa tega membiarkan Isael membantai saudara2 kita?

dan satu hal yang lagi-lagi memang harus di sadari adalah kelemahan umat ini, saat ini jelas terlihat umat muslim yang jumlahnya milliaran ini tidak di anggap sama sekali oleh yahudi yang jumlahnya jauh di bawahnya. kenapa? karena kita memang hanya menang di kuantitas tetapi kalah dalam hal kualitas. dan kelemahan inilah yang mengakibatkan kita di tindas.

stigma bahwa Islam identik dengan kemunduran, kebodohan, semakin sulit untuk di tepis dengan realita-realita yang ada. rasa marah, kesal, benci bercampur aduk dengan rasa tak berdaya dalam diri bersimpuh luruh dalam jiwa-jiwa tak kuasa kita, melawan kezaliman dan kekejian yang tak terkira. namun apa di kata, kita harus akui bahwa kita tidak punya apa-apa. kita lemah, kita miskin dan kita bodoh..!!!. kita memang harus akui ini, mudah-mudahan hal ini akan membuat kita sadar sebagai acuan bahwa kita harus bangkit dan bersatu.

Selasa, 30 Desember 2008

Maryamah Karpov

aku baru selesai membaca bukunya Mas Andrea Hirata ‘Maryamah Karpov’, karya purna dari Tetralogi Laskar pelanginya yang sudah lama ku tunggu-tunggu. buku terakhir dari tetralogi ini cukup tebal bahkan paling tebal diantara buku yang lainnya, dan harganya pun paling mahal :)tetapi aku bisa membaca dengan gratis karena pinjem dari Tari (Hehe ga modal lagi neh)

cerita dalam maryamah Karpov ini adalah Kisah sang protagonist Ikal atau Andrea sendiri sepulang dari study di prancis juga pencarian lanjut akan cinta ‘sejati’ nya A ling. novel ini juga menggambarkan kebingungan si Ikal sebagai seorang lulusan Master di LN yang masih menjadi pengangguran di negeri nya yang tak mampu menampung dirinya dan ilmu yang telah di dapatnya. dalam novel ini juga banyak di bahas tentang budaya melayu pedalaman – belitong – sehingga sangat lekat dan tampak pendekatan budaya yang di usung Mas Andrea dalam novel ini.

secara keseluruhan novel ini masih menarik dengan gaya cerita Mas Andrea yang tidak pernah kering ide, lucu, konyol dan kadang kala ‘jahil’ dan sering merangsang tawa. tetapi ada beberapa kejanggalan yang menurutku membuat novel ini tak ‘semegah’ novel sebelumnya.

kejanggalan pertama adalah tidak relevannya judul ‘Maryamah Karpov” dengan isi cerita. sampai selesai aku membaca novel ini aku seperti belum menemukan alasan kenapa Mas Andrea memilih judul ini. memang sebuah keniscayaan bahwa judul haruslah mempunyai unsur eye-catching, juga bahwa judul berbeda dengan tema, sehingga judul tidak menyandang ‘beban’ seberat tema yang harus menjadi representasi utuh dari keseluruhan isi cerita. tetapi judul setidaknya bisa menjadi gambaran tentang cerita yang ada di dalamnya meski tidak keseluruhan – dan hal ini sudah Mas Andrea aplikasikan di novel sebelumnya. dan dalam novel ini judul Maryamah Karpov menurutku tidak bisa menggambarkan sedikit pun cerita dalam novel ini. karena nama Maryamah sendiri hanya muncul dua atau tidak lebih dari tiga kali dalam cerita novel, juga tidak mempunyai posisi penting dalam membangun cerita novel ini.

kejanggalan yang lain adalah efek improvisasi imaginasi yang menurutku kurang ‘greget’ sehingga terkesan agak dangkal. seperti dalam pembuatan kapal, dalam pelayaran di selat malaka, bertemu dengan A ling,dsb. yang bisa di lakukan dengan ‘cukup’ mudah. juga cerita cinta heroic Ikal - yang rela bekerja do everything - sampai membuat kapal dan mengarungi selat malaka dengan berbagai ancaman maut hanya untuk menemukan cinta pertamanya A ling justru membuat novel ini tidak unik lagi. kisah cerita heroic serupa sudah banyak diusung oleh main stream. juga kisah ini mendekonstruksi karakter laskar pelangi yang ‘pejuang tangguh’ terkenal dengan sikap kuat, ulet, tegar menjadi terkesan cengeng dalam urusan tetek bengek cinta monyet :).

juga ada semacam ‘transformasi’ karakter di novel Maryamah Karpov ini, seperti karakter Tuk Bayan Tula yang di gambarkan dalam Laskar pelangi begitu wibawa, jahat, sakti mandraguna, yang cenderung seperti pembunuh berdarah dingin di novel ini di gambarkan menjadi seorang dukun yang tiba-tiba cukup ramah dengan orang yang tidak begitu di kenalnya juga menjadi begitu ‘lugu’ sehingga rela bernegoisasi untuk sebuah TV portable hitam putih. mungkin Mas Andrea ingin mengusung kisah sedikit komedi di sini, tetapi aku menangkap sebagai ‘transformsai’ karakter yang jusru menciderai pembangunan karakter yang seharusnya hidup. juga karakter Mahar yang terkesan changeable di novel ini. Mahar yang mula-mula di gambarkan sebagai seorang dukun yang cool dan berwibawa di akhir-akhir cerita menjadi mahar yang seperti sebelumnya menjadi konyol dan lucu.

dalam novel ini juga banyak sekali di explore budaya melayu yang kebanyakan negative sಇದೆnya bahkan jika di banding dengan etnik2 pendatang seperti Hokian, Pho Ho, atau suku Sawang. suku melayu pedalaman di gambarkan sebagai suku yang suka besar bicara dan suka ingkar janji. mungkin ini bentuk ‘kejujuran’ dan kritik Andrea dengan realitas etnisnya juga negeri kita di atas etnis atau Negara lain. tetapi bisa juga ini di artikan sebagai symbol inferiority complex jika di lakukan pendekatan Poscolonialisme.

pernah aku membaca sebuah kritik akan karya Mas Andrea dengan pendekatan posco ini, dan dalam dunia sastra sah-sah saja mengkritik sebuah karya sastra asal dengan metodologi pendekatan yang bisa di terima. dari tinjauan Posco bisa jadi kritik ini benar. tetapi jika di dekati dari socio-culture pun ini bisa membenarkan realitas yang sebenarnya. dan jika ingin ditarik manfaatnya yah paling tidak sebuah kritik tajam ini bisa di jadikan dalil tambahan untuk perbaikan negeri ini.

aku tidak sedang melakukan literary criticism dengan metodologi approach yang seharusnya :) ini hanya pandanganku secara umum saja.

Overall, aku masih suka dengan gaya cerita mas Andrea yang tidak kering dengan kelucuannya, kepolosan juga ‘kejahilan’nya. juga aku masih suka gaya muatan sains dalam novel ini yang di sandingkan dengan dunia metafisik meski harus ku akui kalau novel ini tak sebagus tiga novel sebelumnya. :)

Rabu, 17 Desember 2008

My 'Second' Eyes

Hari minggu pagi frame kaca mataku patah, aku coba-coba berkali untuk di pasang lagi tapi hasilnya nihil. mungkin memang sudah waktunya diganti. Cuma waktunya saat itu tidak memungkinkan, karena aku lagi males banget keluar, gara-gara asam lambungku yang mulai akut lagi.

tapi sorenya aku harus ke bandara, menemui Iqbal adek iparku yang ingin ketemu – pertama kali – juga mengantarkan titipan dari mertuaku yang sangat baik hati (hehe). baru terasa betapa aku sudah tergantung dengan benda yang namanya kaca mata minus itu. walau di rumah aku tidak biasa memakainya karena di rumah aku memandang objek semuanya masih relative dekat (karena rumahku kecil kawan) sehingga tidak ada masalah ketika tidak memakai kacamata, tetapi ketika aku keluar atau ke jalan, aku merasakan pandangan yang tak sempurna. sebenernya minusku belum terlalu parah apalagi kalau di bandingkan dengan mereka yang kena silinder (hehe) tapi ini saja sudah sangat mengganguku. aku memang masih bisa melihat objek atau benda dengan terang tetapi tidak jelas - untuk objek sejauh 3 meter atau lebih. itu yang sangat mengganggu. aku melihat keberadaan objek itu tetapi tidak bisa menyaksikannya dengan detail. sebagai contoh kalau aku ketemu seseorang dari jarak kira-kira 5 meter, aku melihat orang itu, warna bajunya, kulitnya rambutnya tetapi tidak jelas bentuk wajahnya sehingga sering aku tidak mengenali orang yang sebenarnya sudah aku kenal karena penghalang penyakit minusku tadi kecuali aku sangat hafal dengan postur tubuh atau warna pakaiannya. menyedihkan.

kemarin ketika sampai di bandara, aku seperti orang bodoh, atau orang udik yang baru pertama kali ke bandara. aku tidak hafal terminal A – F. dan biasanya kalau kesana aku pasti melihat tanda atau tulisannya, tetapi kemarin karena aku tidak memakai kaca mata aku kebingungan sendiri, sampai aku kebablasan dan akhirnya baru tanya sama sopir juga penumpang di sebelahku. sampai di bandarapun pandangan seperti kabur dan semrawut bahkan membuatku pusing. seperti ketika aku mencari tulisan Toilet/mushola. aku harus mendekati lighting board dan melihat tulisannya dengan jarak yag relative dekat. dan banyak lagi hal ketidak nyamanan yang aku rasakan ketika aku kehilangan ‘mata keduaku’ ini.

kawan diatas adalah keluhanku yang baru minus satu atau mungkin sekarang sudah hampir 1,5. aku tidak bisa membayangkan bagaimana mereka yang menderita kebutaan? baik itu buta sejak lahir ataupun buta karena kecelakaan, penyakit atau sebab lainnya. pasti sangat-sangat tidak nyaman. itulah yang membuatku merasa begitu lebih bodoh kemarin dan menyadari kebodohan itu karena mungkin semua ini – minusku – karena kebodohanku memanfaatkan penglihataan yang diberikan oleh-Nya atau ketidak pedulianku merawatnya dengan baik.

sebelumnya aku pernah punya pengalaman – yang berkaitan dengan penglihatan ini - yang sanggup menggetarkan hatiku, bahkan seakan memaksa mataku untuk memancarkan telaga beningnya. waktu itu aku mendapat kesempatan menjadi salah satu panitia Training motivasi untuk tunanetra. pengikutnya tentunya para tunanetra meski ada sebagian kecil yang belum total blind, masih bisa melihat meski sangat sedikit atau dengan jarak yang sangat dekat.

waktu itu Training diformat hampir layaknya training untuk orang bermata normal dengan berbagai materi, motivasi, games, dsb. semua ditujukan agar mereka mempunyai kepercayaan diri yang sama seperti layaknya manusia normal lainnya. aku salut dan sangat senang karena melihat mereka begitu bersemangat mengikuti setiap permainan, meski dengan susah payah, bahkan kadang saling tabrak atau terjatuh, tapi mereka tidak menganggap itu suatu penderitaan, mereka bahkan tertawa ketika terjatuh atau menabrak temannya yang lain. aku baru tahu bahwa ternyata itulah joke mereka.

pada saat sesi menyanyi, MC memberi kesempatan bagi peserta yang mau menyanyi dan mereka banyak yang mempunyai bakat terpendam menyanyi ini. dan dengan sangat percaya diri mereka menyanyi, tampil dengan gerak sekena mereka, yang menurut mereka mungkin itulah gaya yang biasa di perankan para artis yang mereka dengar tetapi tidak mereka lihat. bagi kita yang normal gaya mereka tentu terkesan kaku dan sedikit aneh, tetapi itulah dunia mereka kawan, dunia yang penuh gulita, sunyi, sepi tanpa warna namun sanggup mereka nikmati dengan segenap rasa. aku salutmelihat semangat mereka.

meski di antara mereka ada juga yang sangat sensitive, tidak mau di ajak bermain, bahkan menangis tanpa sebab – mungkin ini salah satu efek psikologisnya. haru dan pilu aku menyaksikannya

dan ketika waktu sholat datang, mereka dibimbing untuk berwudlu dan sholat. karena keterbatasan panitia sehingga lima atau enam peserta di bimbing oleh satu panitia, dan mereka harus saling berpegangan. saat itu jalan menuju ke mushola serupa jalan setapak sehingga mereka harus berbaris kebelakang memegang pundak teman yang di depannya dan panitia tentu saja sebagai penunjuk arah dibarisan terdepan. ketika ada lubang panitia mengingatkan dan mereka dengan tanpa di perintah mengingatkan kepada temannya yang di belakang. namun ketika mengambil air wudlu mereka seperti sudah terbiasa sehingga tak perlu di bimbing lagi.

selesai sholat mereka sibuk mencari sandal/sepatu masing-masing, kau tahu kawan betapa sedih aku menyaksikan mereka dengan meraba, namun tetap dengan wajah innocent, ceria mereka seakan cuex dan biasa saja dengan keadaannya dengan bertanya ‘mana neh sandalku?” padahal terkadang saat bertanya kawan lain menumburnya dari belakang atau tak sengaja menginjaknya. sedih kawan aku sedih menyaksikan itu, bukan sengaja membiarkan tetapi karena jumlah panitia sangat terbatas sehingga tidak semua peserta ini bisa selalu di dampingi.

tetapi kawan banyak meraka yang punya ‘keistimewaan’ – tunanetra – ini justru prestasinnya jauh melebihi kita yang normal. Hellen Keller, Stevie Wonder adalah contohnya. Dan di Indonesia ada Eko Ramaditya Adikara seorang blogger, penulis, jurnalis, dan juga game music composer. jangan tanya bagaimana caranya, yang pasti semangat dan kerja keras merekalah yang membuat DIA menganugerahkan mereka berbagai kesuksesan itu. bagaimana dengan kita kawan, bukankah seharusnya kita lebih sukses dari mereka? Ach aku tak perlu bertanya padamu, karena aku sendiri harus menanggung malu saat berkaca pada diriku L

sehari itu aku merasa di paksa untuk menangis dalam hati, menangis karena banyak tidak syukurku. menangis karena banyak yang ku lalaikan terutama dengan nikmat penglihatan yang diberikan padaku. menangis karena nikmat ini sering kubalas dengan ketidaktauhan diriku. dan saat itu aku sudah menderita minus yang aku tahu disebabkan oleh kelalaianku tidak memperhatikan ‘kaidah’ membaca dengan baik.

Kawan, tentu kau setuju bahwa penglihatan kita sangat dan sangat berharga. bahkan kita tak akan mungkin menjualnya meski ada yang mau membayarnya 5 milyar sekalipun. namun disadari atau tidak kita sering meremehkan hal ini. kita sering dengan suka-suka hati menggunakannya – yang menurut kita ini hak kita sepenuhnya. sehingga sering hal itu merugikan diri kita sendiri. dan hal lain lagi, kita sering menggunakan mata ini untuk hal-hal yang justru menghianati Dzat yang mengamanahkan mata ini kepada kita.

mungkin waktunya belum terlambat untuk menyadari betapa banyak nikmat yang kita dapat ‘hanya’ dari sepasang mata ini, belum lagi indera kita yang lainnya. semoga kita terutama aku sendiri akan menjadi orang yang tahu berterima kasih.

Selasa, 09 Desember 2008

~~ My beloved one ~

Kawan, mungkin kau setuju bahwa salah satu hal yang membuatmu sedih adalah berpisah atau ditinggal orang yang engkau cintai. ;). kesunyian, kesendirian, kenangan kerinduan bercampur menjadi satu dalam menapakai hari-hari perpisahan itu. namun di balik semua itu ada nuansa indah di sana, nuansa indah sebuah kerinduan, sebuah harapan, sebuah kenangan akan kebersamaan dengan orang terkasih meski kadang harus di warnai dengan percik airmata.

dulu masih sulit aku mendefinisikan makna kata cinta, apakah ketika aku begitu mengagumi seseorang karena kelebihan-kelebihannya, ataukah ketika aku begitu rapuh ketika tak mampu ‘memiliki’ orang yang aku kagumi?. aku tidak tahu, apakah itu satu ‘bagian’ dari makna cinta?. dan setelah aku menikah aku merasakan hal yang berbeda dengan perasaan yang dulu mungkin pernah datang dan pergi. dan perasaan ini jauh lebih tulus.

dan betapa besar syukurku karena perasaan itu aku miliki kepada orang yang kini menjadi pendamping hidupku - suamiku. mungkin ini suatu hal yang naïf, atau sangat naïf malah, yang mungkin dialami banyak istri, hanya saja aku menerjemahkan ini suatu hal yang sangat istimewa. kau tahu kawan, sehari sebelum akad nikah masih ada keraguan di hatiku untuk memilih dia menjadi suamiku, mungkin karena proses menuju pernikahan kami tidak diawali dengan perasaan saling cinta? ;). Alhamdulillah kami menikah tanpa proses Dating ;)

cinta menurut filsuf yunani terbagi menjadi 3, yaitu Eros, Phelia dan agape. Eros adalah cinta yang lebih di dominasi erotica, dan nafsu. sedangkan Phelia cinta yang dimana derajat nafsu mulai terkikis sedangkan Agape adalah puncak keindahan cinta yang lebih di sebabkan keinginan untuk melakukan take and give

di step pacaran, kebanyakan orang masih di kubangan cinta Eros ini, dan di pernikahan orang mulai menginjak tahap cinta phelia karena hubungan yang tidak hanya berdasarkan ‘kesenangan’ semata tetapi lebih jauh kepada tanggung jawab. sedangkan tahap agape mampu di wujudkan oleh seorang yang tulus ikhlas mencintai tanpa menuntut seperti cintanya Khadijah kepada Rosulullah SAW. mugkin kah suatu saat aku bisa menggapai tingkatan cinta ini? Hopefully, Amiin ya Robb


aku mengaminkan bukunya Salim A Fillah “nikmatnya pacaran setelah pernikahan (NPSP)” karena aku merasakannya. indah kawan, sungguh indah pacaran setelah menikah. aku yakin sangat berbeda dengan pacaran pra-nikah yang sering di warnai dengan nafsu dan perasaan menggebu. pacaran pasca menikah lebih bertanggung jawab, tulus, apa adanya dan yang terpenting pastinya Halal, halal untuk melakukan apa saja (hehe)

dan pernikahan telah menyatukan kami – dua insan yang berbeda - baik dalam latar belakang budaya, pendidikan, ataupun karakter. suamiku berasal dari makasar yang terkenal dengan karakter kerasnya, sedang aku dari suku Jawa yang tekenal dengan karakter lembut dan agak mudah tersinggung, sekilas tampak sangat kontras, sehingga pada hari-hari awal pernikahan sering diwarnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, dan penyebabnya hanya karena belum saling mengerti karakter masing-masing. tetapi hal-hal yang terjadi itu justeru seakan menjadi kenangan indah tersendiri dalam hatiku yang membuatku sering merindukannya. dan dari sini aku tahu bahwa menikah berarti proses mengenal, mengenal untuk bisa memahami.

dari sini juga aku menemukan ‘premis’ bahwa pernikahan bukanlah mempertemukan kecocokan dari dua orang yang berbeda tetapi justru menyatukan perbedaan dari dua insan yang memang berbeda. dan kebahagiaan pernikahan tidak hanya dalam wujud canda tawa dan kemesraaan, bahkan kemarahan, kecemburuan adalah bagian dari kebahagiaan itu sendiri (dalam ukuran proporsional tentunya).

sungguh indah Islam mengatur makna hubungan lawan jenis dalam lembaga yang di namakan pernikahan. Islam mentransformasikan sesuatu yang profan menjadi transenden atau malah menggabungkannya. keindahan, kemesraan, sesaat terlihat sebagai sesuatu yang profan an sich, tetapi tidak jika di lakukan dalam ikatan pernikahan - menjadi suatu ibadah yang bermakna transenden.

selain itu ikatan dalam pernikahan sejatinya menjadi pengikat cinta itu sendiri. karena ‘cinta’ (dalam dimendi profan) bukan suatu hal yang kebal dengan benturan ruang dan waktu. tetapi cinta yang terikat oleh ikatan (dalam hal ini syariat) tidak mudah terkikis arus ruang dan waktu karena sumber dari cinta yang di manifestasikan di sini adalah cinta Sang Pemilik Cinta itu sendiri yang kekal abadi.
.

aku ingat kata-kata Ridwan dalam diskusi BZ - when you like something/someone you accept it unconditionally, you accept -and most importantly understand- the good and the bad of the one – aku menerjemahkan kata like di sini bukan sekedar suka tetapi ‘cinta’ meski dimensinya berbeda tetapi kata ‘cinta’ lebih cocok untuk kontek kalimat di atas.

So cinta bukan berarti kita buta dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang atau sesuatu yang kita cintai. tetapi cinta berarti mengerti baik dan buruknya, kelemahan dan kelebihannya untuk kemudian menerimanya. sehingga cinta bukan berarti melihat sesuatu yang salah menjadi benar seperti banyak orang assumsikan dalam frase Love is Blind. tetapi cinta bahkan perlu kritik atas kesalahan pasangan kita, tetapi kritik yang membangun yang akan membawa kebaikan.

***
sampai saat ini tak terasa kami sudah 5 bulan berpisah. hanya tiga minggu setelah menikah suamiku harus kembai ke Mesir karena masih ada hal-hal menyangkut pendidikannya yang harus di selesaikan. perpisahan ini sungguh tidak mudah, bahkan tak sanggup kami untuk tidak menitikkan airmata saat kami harus berpisah. seorang yang tampak begitu tegas dan keras itupun menatapku dengan iba, seakan tak sanggup untuk beranjak pergi. namun bagaimanapun ini adalah komitmen kami. komitmen yang telah kami sepakati sebelum menikah, harus berpisah selama 7 bulan.

Namun betapapun berat perpisahan kami, kami tetap ‘bersama’ meski tidak secara fisik. dan dalam kebersamaan inilah kami selalu berdialog. sharing, canda-tawa, kemesraan, cerita, cemburu, kesal bahkan marah kuartikan sebagai dialog jiwa dalam proses saling mengenal diantara kami. dan dialog ini tidak akan berakhir bahkan akan terus berjalan sepanjang kebersamaan kami. dalam dialog itulah kami menemukan benang merah dari perbedaan, baik itu perbedaan karakter, pandangan, pemikiran, kelebihan dan kekurangan. dan dari dialog itulah timbul rasa saling mengerti, memahami, dan menerima dan itulah CINTA.


semoga cinta kami abadi sampai ke syurga nanti. Amiin. ;)

Senin, 01 Desember 2008

~ Obama dan Inferiority Complex ~

Justeru dari pak Kris aku baru tahu betapa ramainya euphoria kemenangan Obama di Indonesia, ternyata sampai ada yang menonton bersama di hotel berbintang?, bahkan ada yang dengan bangga menyebut Obama sebagai Anak Menteng yang menjadi presiden US.

memang aku ikut senang dengan terpilihnya Obama. tetapi rasa senangku ini hanya sebatas senang karena menurutku Obama lebih baik di banding Mc Chain. sama sekali bukan karena Obama pernah tinggal di Indonesia. aku sempat mengikuti kabar kampanye mereka dan aku juga melihat debat terakhir antara Obama dan Mc chain. dalam kampanye Mc Chain lebih banyak menghalalkan Black Campaign, dengan menuduh Obama berteman dengan teroris, juga merendahkan Obama karena menganggap Obama seorang disguising Muslim. dalam hal ini ada jawaban yang menarik dari Collin Powell mantan Sekretaris Negara di Era kedudukan Bush 2001-2005. saat itu Collin menjawab tentang tuduhan bahwa Obama seorang muslim dengan jawaban seperti ini. Obama is not a Muslim, he is a Christian, but the answer is what if he is? it is a mistake to be a Muslim in US?.

juga di debat terakhir di sesi National Defense yang memfokuskan pembahasan pada Iran, Obama masih lebih baik dari Mc Chain karena masih mempertimbangkan penyelesaian yang lebih cooperative yaitu melalui dialog, sedangkan Mc Chain tidak akan pernah mengambil jalur dialog dengan Iran, juga Obama berjanji akan menarik pasukan dari Irak. hal itulah yang menjadi alasan mengapa aku sedikit senang ketika Obama menang dari Mc Chain-berharap ‘sedikit’ perbaikan pada politik LN AS.

tetapi sudah menjadi rahasia umum bahwa AS adalah Negara besar yang punya ‘platform’ tersendiri yang sangat sulit untuk di terobos, siapapun presidennya. platform ini terkait juga dengan politik LN AS. sejarah mencatat J. F Kennedy sebagai satu-satunya presiden AS yang hendak keluar dari platform AS yang akhirnya mati terbunuh. misteri pembunuhan itupun tidak diterungkap dengan jelas sampai detik ini, tentunya dengan berbagai alasan politis. banyak sumber yang mengatakan bahwa pembunuhan JF Kennedy terkait dengan langkahnya keluar dari platform AS - keberaniannya memberikan tekanan pada PM Israel, dan mendukung warga Kulit Hitam di Amerika.

dan menurutku euphoria yang ada di negeri ini sedikit berlebihan, juga aku sempat sangat kesal ketika melihat acara dialog West-East Connection, yang di gelar si Metrotv hanya beberapa hari setelah Obama Terpilih. Indonesia di wakili oleh Rizal Malarangeng dan Syafii Anwar. aku sangat geram dengan pernyataan-pernyataan mereka kepada pihak AS waktu itu, yang sangat terlihat sekali rasa ‘Wong Cilik’ kita sebagai bangsa Indonesia. Rizal terkesan sangat American Minded dan membeo dengan apa saja yang berbau AS, dan sangat mengharap bantuan-bantuan AS melalui Obama. begitu juga Syafi’i sang pejuang pluralisme ini, sangat getol dengan isu Islam moderatnya dengan ‘mengemis’ dukungan dari AS. menurutku ini adalah Nothing, dan Silly thing. aku lebih senang menonton acara yang sama beberapa waktu sebelumnya, saat itu Amin Rais salah satu yang mewakili Indonesia, waktu itu Amin Rais masih cukup berani menelanjangi kebobrokan kebijakan LN pemerintah Bush.

Adalah suatu keharusan berpositif thinking dan tidak salah bila kita mempunyai harapan begitu juga berharap akan adanya dampak positive bagi indonesia dengan terpilihnya Obama, tetapi Euforia ini sepertinya sedikit berlebihan juga harapan yang terlalu muluk-muluk hanya akan mengafirmasi dependensi kita kepada Negara lain. dan hal yang lebih Ironi bila semua ini adalah cermin dari Inferiority complex kita sebagai sebuah Negara besar di tengah masyarakat dunia. What a sad..!!

Senin, 24 November 2008

~ BZ Presidential Election ~

Hari sabtu kemarin adalah hari special bagi Britzoners karena kemarin adalah hari pemilihan Presiden Britzone 2009. dan president terpilih adalah Mr. Kikim menggantikan Vemi. sebelumnya ada 4 Capres yaitu : Farhan, Kikim, Pras dan Endah namun menjelang pemilihan Farhan tidak bisa hadir karena harus over time sehingga tidak bisa di calonkan lagi, kemudian Pras mundur karena sibuk dengan kegiatan yang lain. sehingga calon yang ada tinggal Kikim dan Endah. sebenernya banyak yang kecewa dengan mundurnya Pras karena Pras di anggap sosok yang cukup mewakili untuk menjadi presiden Britzone, bahkan Kikim pun sebenernya sangat mendukung Pras. banyak pendukung Pras yang kecewa tetapi bujukan teman-teman yang mendukung ternyata tidak berhasil, Pras tetap pada pendiriannya – Back Off.

O ya sebelum pemilihan ada presentasi dari Capres. Dari Endah belum ada program yang jelas selain meneruskan program yang sudah ada dan dari Kikim ada satu program yang menarik, yaitu melibatkan Britzoners dalam kegiatan sosial, dan fokusnya adalah pendidikan untuk anak jalanan. aku sangat tertarik dengan program ini, dan aku sempat menanyakan pada kikim saat presentasi, juga sempat menanyakan program maintainance anggota yg aktive, dengan memberi masukan urgency membuat data base anggota yang bisa menjadi alat monitoring keanggotaan, juga untuk lebih mudah mengkoordinasi jika ingin melibatkan mereka dalam kegiatan-kegiatan Britzoners, dan usulan ini ditanggapi cukup serius oleh Kikim.

mengenai mengajar anak jalanan sebenernya sudah lama terpikirkan dan sempat juga di garap oleh teman-teman Gamada beberapa waktu lalu, tetapi tidak berlanjut karena beberapa masalah, terutama dana dan waktu. pernah juga punya ide untuk membuat cluster sendiri di daerah Jaksel. tetapi waktu itu dapat cerita dari Diah temenku di TS bahwa untuk terjun ke dunia mereka ini butuh persiapan dana yang memadai. ini pengalaman Diah dan teman-teman kuliahnya yang pernah berkecimpung di area yang sama, mereka akhirnya menyerah karena keterbatasan dana, dan yang sangat tragis anak-anak didik mereka (anak-anak jalanan) ini di ambil oleh misionaris yang mempunyai dana melimpah.

menurut Diah mengajak mereka belajar bukan urusan mudah dan tidak bisa dengan ‘tangan kosong’. untuk menarik mereka mau bergabung biasanya harus menyediakan uang saku setelah berlajar dan kadang juga makanan di setiap belajar. ketika proses telah berjalan dan sudah timbul kesadaraan anak-anak ini untuk belajar hambatan berikutnya adalah orangtua mereka yang ingin mereka tetap menghasilkan uang. alhasil mereka di larang belajar jika tidak menghasilkan uang. bebrepa bulan Diah dan teman-temannya masih bisa menanggung dana itu tetapi lama-lama mereka yang masih kuliah harus di paksa menyerah ketika para misionaris berhasil mengambil alih anak didik mereka ini.

kembali Britzone ya…J
untuk program yang di tawarkan Kikim ini memang sudah di rintis oleh salah satu member Britzone, Maria yang sudah lebih dulu terjun ke mereka, juga ada tanggapan dari Jati yang juga ternyata guru honorer untuk anak-anak duafa. aku sangat berharap program ini bisa di laksanakan, dan berharap sekali bisa ikut serta dalam program ini. kemarin sempat di tanya tentang kesanggupanku untuk jadi Comitee, sebenernnya aku sangat ingin tetapi mungkin aku hanya bisa Back Up dari belakang karena takut tidak bisa maksimal, bagaimanapun aku sudah menjadi Ibu RT sekarang hehe..

anyway, selamat buat Kikim semoga bisa membawa Britzone lebih baik dari segala aspek ;)

Kamis, 20 November 2008

~ Enlightenment ~

Hari ini satu pencerahan aku dapatkan. kau tahu kawan? aku seperti menemukan Angel dari perjalanan pencarianku akan titik pijakku? yups…ntahlah akankah angel ini yang akan aku pegang kukuh, sebagai suatu pijakan untuk merealisasikan teorema-teorema klasikku yang selama ini sangat tidak praktis.(?)

tetapi setidaknya aku mulai tertarik dengan pejalanan panjang dan mungkin ‘liar’, dalam pencarian identitas kepenulisanku – ini hanya istilahku dan aku tidak sedang memantaskan diri untuk di sebut penulis dalam terma ‘signifier’ mainstream. ;)


tadi pagi, aku tidak ada deadline, jadi aku berselancar ke dunia mayaku. dan tiba-tiba aku tertarik untuk mencari kembali teori-teori sastra yang pernah aku pelajari sepintas lalu. meski tidak mendalami. seakan baru aku ingat bahwa sebagian teori-teori itu yang sekarang sangat getol di aplikasikan oleh yang mengaku sebagai ‘intelektual muslim’ di negeri ini dalam berbagai kancah perdebatan. untuk ‘mengacak-acak’ sebuah kemapanan.

ntah kenapa aku baru menyadari link yang begitu erat antara karya sastra dengan Filsafat, sejarah, politik, bahkan Ideologi. dari sinilah awal mulai ketertarikanku –hari ini- untuk mendalami latar belakang sebenar akademikku.

aku jarang sekali membawa identitas almamaterku dalam tulisan-tulisanku diblog ini. karena seperti pernah ku nyatakan dalam tanggapanku akan karya Desi Hanara beberapa waktu lalu bahwa almamaterku adalah hasil ‘perselingkuhan’ akademik sehingga ‘dosa’ itulah yang membawaku dalam identitas akademik ‘mengambang’ saat ini.

mudah-mudahan kawan. aku mulai bisa menerima ‘kekalahanku’ dan membawa sebagai keinsyafan untuk mempersembahkan sesuatu yang baik dari hal yang mungkin sangat minimum yang pernah aku dapat.

mungkin seperti philosophy Andrea Hirata dalam buku sang pemimpinya “melakukan yang terbaik dimana kini aku berpijak”

Semoga..;)

Senin, 17 November 2008

~ Nostalgia ~

sabtu kemarin sepulang dari Britzone, aku sama Tari teman kuliahku yang kemarin ikut datang di BZ discussion, langsung ke Kampus. keperluanku sebenernya adalah untuk meminta surat keterangan akreditasi juga untuk memperbaharui Transkipku yang beberapa bulan lalu terkena air saat kebanjiran.

sepanjang perjalanan tak pernah sepi dengan berbagai cerita dengan Tari, teman satu angkatanku ini yang sudah hampir 2 tahun tidak ketemu kecuali lewat email. dan Impressive-nya ketika sampai kampus aku ketemu dengan Inspiring lecturers ku semasa kuliah di sana. pertama aku ketemu dengan pak Joe, dosen SPM ku, dari beliau aku pernah belajar dasar-dasar filsafat, dari Plato, Aristotle, sampai Descartes, Emanuel Kant, John Lock, dsb. selain mengajar di tempatku ternyata baru kemarin aku tahu Pak Joe ini dosen tetap di President University yang kebanyakan penghuninya Foreigner, dan juga sedang berusaha untuk cari biasiswa S3 nya. yang menarik dari Pak Joe adalah cara dia memberikan kuliah seperti aku ceritakan di posting sebelumnya. beliau selalu memberikan tugas presentasi kepada kami di setiap pertemuan. biasanya presentasi di lakukan berdua atau bertiga, dan mahasiswa lainnya di beri kesempatan seluas-luasnya untuk bertanya atau mengkritisi presentasi tersebut, beliau hanya mengarahkan dan mengamati jalannya diskusi, dan di akhir jam mata kuliah biasanya beliau memberikan penekanan pada point-point pentingnya saja. beliau juga kemarin sangat menganjurkan untuk meneruskan kuliah lagi, atau paling tidak untuk terus belajar menambah pengetahuan.

setelah ketemu dengan pak Udin bagian ADM, aku ketemu dengan Mam Wulan. Mam Wulan ini dosen kritik sastra sekaligus pembimbing skripsiku, orangnya asyik banget, gampang di temui, dan sangat membantu dalam tugas akhirku. dulu ketika aku stuck dengan pembahasan skripsiku, beliau selalu piawai memberikan pencerahan-pencerahan untuk meneruskan pembahasan. Ketika kami sedang berbincang dengan Mam Wulan, Pak kris datang…Wow..aku dan tari seneng banget. karena keduanya dosen yang asyik abis. pak Kris ini juga pernah ngajar Kritik sastra waktu semester 6 dan dia adalah salah satu penguji skripsiku. kemarin Mam Wulan sempat mengingatkan aku bahwa pak Krislah yang memberi nilai tertinggi skripsiku tentang Revolusi Rusia dan Marxisme itu.

berbincang dengan mereka ini menyeretku pada nostalgia dua-tiga tahun lalu, saat aku masih menjadi mahasiswa sastra. hal yang menarik saat kami membicarakan Obama, ternyata topic obama bener-benar menyeret semua golongan. Pak Kris sangat geram dengan ke Ge-eran orang Indonesia dengan terpilihnya Obama yang menurutnya sebagai cermin Inferiority complex dan post-colonial syndrome. sedangkan Mam Wulan juga pesimis dengan terpilihnya Obama yang bisa jadi malah akan timbul '‘peleburan’' karena Complexion yang di hadapinya. Mam wulan mengingatkan aku akan teori-teori Pos Colonialism, seperti Homi bhabha, black skin white mask, dsb.

selain itu aku juga bertemu dengan Bu Sri Turut, Dosen D3 ku sekaligus pembimbing karya tulisku (untuk bagian Grammar) waktu di D3, waktu itu aku membahas Women Education, termasuk isu-isu feminisme di dalamnya. Dosen yang satu ini juga luar biasa ingatannya meski usianya sudah usia retirement. Beliau mengajar Grammar, dan linguistic sejak puluhan tahun lalu, sehingga seperti hafal semua hal tentang Grammar dan linguistic. kemarin aku sempat curhat hal yang berhubungan dengan mata kuliah beliau dan dengan baik hati beliau menawarkan jam untuk konsultasi gratis. What a nice chance.

Ach…aku bersyukur sekali dengan pertemuan dengan ‘mantan’ Dosen-dosenku kemarin, ternyata banyak sekali manfaat yang bisa kita petik dari sebuah pertemuan…;)

~ Precious Chance ~

Sabtu kemarin menjadi hari yang menarik dalam rentang waktu dua bulan bergabungku di Britzone. for the first time aku jadi conductor di ajang diskusi sabtuan ESC ku ini. format yang aku ambil adalah Presentasi kelompok dengan tema : Transportation and Education in Indonesia. awalnya aku sangat ingin mengadakan presentasi individu dengan setting seperti debate candidate, tetapi karena keterbatasan waktu (1,5 jam) maka diskusi harus diformat se-efisien mungkin.

aku membuat scope yang cukup systematical untuk presentasinya yaitu: Introduction, Problem formulations, solutions and conclusion. format tersebut sebenerya bertujuan untuk membatasi pembahasan mereka dengan tema yang sangat luas dan general yang aku berikan. selain itu aku mengharuskan setiap anggota kelompok mengambil bagian untuk speak-up dalam presentasi itu. sehingga tidak ada istilah “one man Show”. dan appraisal dari presentasi ini adalah:
compatibility (kecocokan) between problems and solutions, Reasonability/applicability, and Team work

pertama mereka aku bagi menjadi 4 kelompok dengan anggota 4–5 orang perkelompoknya dan aku memilih dua juri, yaitu Ridwan, dan Ali. sebelum acara di mulai aku mendapat masukan dari Ridwan untuk membuat semacam debate tetapi hanya di peruntukkan kepada grup yang mempunyai tema pembahasan yang sama awalnya karena pertimbangan waktu aku hanya akan mensetting debate antara grup dengan juri saja. Dan ternyata masukan ini sangat berguna untuk membuat diskusi lebih hidup. jadi setelah presentasi selesai grup presenter harus menghadapi pertanyaan, atau kritik dari grup lain yang satu pembahasan juga kritik atau pertanyaan dari dua juri. dan di akhir acara di pilih dua grup terbaik dari hasil presentasi ini.

acara ini cukup menarik karena diskusi sangat hidup dengan berbagai pertanyaan dan kritik masing-masing grup. juga pertanyaan dan kritik tajam dari sang juri yang ternyata sangat tepat aku pilih (great for Ridwan and Ali ;) ). juga dari diskusi ini aku mendapat beberapa enlighment dari stimulasi yang aku gulirkan yaitu “Awareness” tetang permasalahan di negeri ini. dan para partisipan mempunyai ide, tanggapan yang menarik. di masalah pendidikan misalnya, hal yang paling banyak di kritisi adalah masalah usang yaitu Jebolnya pertahanan “Clear Government” sehingga sangat sulit merealisasikan dana yang memadai untuk alokasi pendidikan, juga banyak kritik tentang kualitas dan kesejahteraan guru sebagai elemen yang vital yang harus di perhatikan dan di tingkatkan, juga sistem dan kurikulum pendidikan yang unstable dan kurang praktis. dalam hal ini, kami kemarin kehadiran seorang native speaker dari Amerika, namanya Merry yang saat ini menjadi guru Bahasa Inggris di Bandung. Merry yang berwawasan pendidikan di US ini memberikan masukan tentang sistem dan kurikulum pengajaran di Indonesia dengan sedikit membandingkan dengan system di US, yaitu lebih practical, dengan mengurangi memorizing juga Merry menekankan pentingnya kualitas seorang guru, baginya fasilitas nomor dua, setelah guru yang berpotensi.

di bidang transportasi kelompok Yosi membatasi pembahasan pada masalah transportasi di Jakarta. mereka memberikan beberapa solusi diantaranya pemberlakuan pembatasan kepemilikan kendaraan pribadi, dan hal yang sangat lucu tetapi juga menantang adalah, projek mereka untuk merubah pemberlakuan aturan 3 in 1 menjadi 10 in 1. hal ini sempat menjadi ajang perdebatan yang panjang, dan menarik, karena terasa tidak make senses, tetapi akhirnya kelompok Yosi bisa meyakinkan juri (ridwan) sehingga terpilih menjadi grup presenter terbaik.

sedangkan Ali memilih grup Merry untuk presentasi di bidang pendidikan yang juga merekomendasikan alokasi dana pendidikan seharusnya lebih dari 20%. padahal saat ini pemerintah kita baru bisa mengalokasikan 12% dari APBN. ;)

acara berlangsung lancar dan alhamdulillah Mbak Vemi sang presiden Britzone yang juga membantuku saat mengkoordinasi acara ini, memberikan reaksi yang cukup baik dengan diskusi ini: “It’s Alive and Insightful discussion Jeng”. Alhamdulillah..;)

ada beberpa latar belakang mengapa aku memilih diskusi dengan format dan tema di atas. pertama: format presentasi problem-solving ini menurutku akan menggiring suasana berfikir yang kritis, dan sistematis, sesuatu yang sangat aku rindukan dari masa-masa kuliahku. aku sangat senang dengan salah satu mata kuliah SPM (Sejarah Pemikiran Modern), dengan pak Joe Dosenku waktu itu, yang selalu memberikan mahasiswanya keluasan menyampaikan pendapat tentang materi yang sedang dibahas, kemudian merepresentasikan di depan dosen dan teman2 mahasiswa lain, dengan siap untuk menghadapi pertanyaan dan kritisi. aku suka format belajar dan diskusi seperti ini, karena setiap kita akan punya kesempatan menyatakan dan mempertahankan pendapat sekaligus siap untuk menghadapi kritisi dari kelemahan-kelemahan pendapatnya.

hal yang kedua tentang tema, aku memilih tema ini karena selain tema ini sangat erat dengan our daily life, sehingga vocab yang digunakanpun cukup simple dan applicable, selain itu aku sangat prihatin dengan dua hal ini yang saat ini menjadi major problem di negeri ini. sehingga aku berharap sedikit waktu dari diskusi ini akan menjadi stimulus ‘awareness’ kami sebagai salah satu individu di negeri ini.

Overall, it’s a precious chance for me ;)