Rabu, 23 Juli 2008

~ First Wedding Period ~

Diary,

Siang kemarin tiba2 kepalaku mendadak sakit badan panas dingin dan perut mual. sampai pingin izin pulang, tetapi setelah aku tidur sebentar pas istirahat nyeri di kepala ku berkurang tapi sampai di rumah rasa mual semakin menjadi. sampai di rumah langsung sholat magrib dan pesen sama teh Umi, “aku mau tidur sebentar ya teh”. satu jam tidur sedikit membaik langsung makan dan sholat Isya. anehnya nafsu makanku bagus banget padahal dulu kalau lagi mual gini berarti asam lambung ku lagi naik dan makan ga selera. tapi mungkin karena teh Umi buatin sambal terasi kale ya..hehe

selesai sholat mau langsung tidur lagi tapi susah banget mejemin mata, akhirnya ikutan teh Umi nonton TV di depan, di TV one lagi bahas tentang psychopath dan pembunuhan mutilasi. selesai acara ga bisa juga mejemin mata sambil baca digital fortess ku ku coba tuk tidur karena menahan mual, masih ga bisa tidur juga. mungkin emang belum ngantuk (Hweeek..) akhirnya puter radio dakta, tapi tiba2 air mata ingin mengalir begitu saja..aku ngerasa sepi ...aku sms suami tapi mungkin karena lagi sibuk jadi lama ga di bales..makin deras airmata mengalir, akhirnya aku kembali sms dan matikan hp..sampai tertidur dengan sendirinya..

***
akhir2 ini aku merasa rasa sensitive ku jadi sedikit berlebihan, hingga kadang membuat suami agak kesel. tapi untungnya dia baik hati dan mengerti aku..;). Cuma aku jadi berfikir juga mengapa aku jadi sensitive begini, apa ini syndrome after married. karena aku bener2 baru merasakan perasaan seperti ini ya sekarang2 ini setelah menikah…

dari banyak buku yang aku baca awal-awal pernikahan akan di warnai dengan konflik2 kecil baik konflik intern (dalam diri sendiri) maupun ekstern (dengan pasangan) karena masa2 awal adalah masa transisi dan masa adaptasi. transisi karena perubahan status dan tanggung jawab dan adaptasi dengan ‘rekan’ baru yang akan menjadi patner setiap saat, setiap waktu dan seumur hidup (InsyaAllah). sehingga banyak kejutan2 akan muncul yang sering menimbulkan percik2 bahagia juga kadang harus menumbuhkan pemakluman. karena banyak hal yang tidak kita ketahui dari pasangan kita yang tadinya orang lain. apalagi bagi yang menikah without dating, pengenalan ini bisa dari nol. dari itulah perlu banyak pemakluman dan yang terpenting saling pengertian.

aku juga punya opini baru (ini pandangan subyektive), bahwa ketika seorang wanita baru menikah ada istilah psychological burden (beban psikologi) – istilah ku sendiri neh hehe, beban psikologi ini sepertinya terjadi di alam bawah sadar kita, dan di sebabkan karena perubahan status juga rasa ‘kehilangan’ sesuatu yang dulu sangat di banggakannya. bukan berarti ketika menikah seorang wanita akan menyesal kehilangan ‘hal’ itu tetapi ini terjadi di alam bawah sadarnya. dalam alam sadar dia tetap bahagia, bangga karena ada yang melindungi dan menyayangi dsb. beban psikologi bawah sadar ini baru muncul kalau ada hal2 yang sensitive tentang hubungan barunya dan hal ini menimbulkan possessive dan kecemasan yang berlebihan seperti rasa takut kehilangan, dsb. tapi sepertinya ini hanya melanda pengantin baru deh (hehe) dan setelah itu akan kembali normal (sok teu aja dah…!!)

usia pernikahan ku masih premature untuk bertutur banyak tentang pernikahan karena itulah aku kutip neh dari blog temen2 bloggers saat surfing tadi, sebagai pelajaran bagi aku dan suami khususnya..meski telah bebrapa buku kami baca tetapi mendengar petuah dari yang sudah berpengalaman tentu banyak hikmahnya..:). kutipan2 ini aku ambil dari blogers2 yang sudah lama melewati biduk rumah tangganya…


Cinta akan menjadi dasar segalanya. Mungkin anggapan ini ada benarnya, tapiii ga cuman cinta doang yang dibutuhin dalam membina rumah tangga, ada yang namanya pengertian, kesabaran, saling menghormati dan kompromi. Semua aspek itu dicampur aduk dan kalau memang bisa terima, mudah-mudahan bisa saling bertahan. Kadang cinta bisa pudar, yang ada hanya tinggal tanggung jawab dan komitmen. Layaknya iman seseorang, pernikahan itu naik turun, ada kalanya kita bisa menikmati, ada kalanya pengen lari ga kembali. Ujung-ujungnya yang membuat bertahan adalah kasih sayang dan tanggung jawab atas komitmen awal.
Pada dasarnya yang dibutuhkan dalam sebuah pernikahan adalah kerjasama, kejujuran, saling menghormati, banyak berkorban (bukan banyak menuntut), banyak kompromi dan tentu saja IKHLAS. Kata mamaku, menikah itu seperti membeli kucing dalam karung, tidak tahu kedepannya bagaimana tapi kalau bisa ikhlas, Insya Allah semua masalah jadi enteng.

Pernikahan adalah bentuk kehidupan dan hubungan yang sangat kompleks. Masalah-masalah dalam rumah tangga sering kali tak pernah terbayangkan pada masa sebelum pernikahan. Untuk menghadapi masalah-masalah rumah tangga yang sering kali terasa rumit, berbekal rasa sayang dan cinta saja tidak cukup. Hal itu harus ditunjang dengan rasa saling pengertian dan memaafkan. Tak akan ada kata menyerah saat berhadapan dengan berbagai masalah rumah tangga bila Anda bisa memosisikan diri dan pasangan sebagai "rekan kerja" yang sejajar.

Ingat pula, pasangan adalah teman untuk mempelajari kehidupan dan merasakan kenyataan dalam hidup. Ketika ini bisa terjadi, Anda dan pasangan akan saling menguatkan dan sama-sama belajar. Di saat yang sama, Anda akan merasakan hadirnya cinta baru, sebuah kekaguman lebih pada pasangan. Jika diingat, rasanya akan sama seperti Anda jatuh cinta lagi, Anda pun serasa jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama. Inilah yang akan mengantarkan Anda pada motivasi besar untuk menyelesaikan setiap masalah yang bermunculan.


Note for My Hubby:
terima kasih atas pengertiannya ya..Luv U.;)

Selasa, 22 Juli 2008

:: Unforgettable ::

Diary,
Jum’at lalu aku chating sama Elaine teman kuliahku dulu. semenjak lulus kuliah hanya beberapa kali sempet ketemu. dan kemarin exciting juga seh, sayangnya dia chat pakai hp, jadi sering lemot. kangen banget pingin diskusi sama dia, ternyata diapun juga merindukan dunia akademik yang pernah kami geluti bersama.

dari chatting itu aku jadi inget kisah waktu kuliah dulu terutama tentang Elaine sang Ms. Modis ini. Elaine ini anaknya Gaul dan modis abiss…tapi juga kutu buku banget karena itu seneng kalau diskusi sama dia karena dia tahu banyak hal hingga aku yang sering mati kutu ;). meski sikap idealist complex nya sering berbenturan dengan ku dan sering adu urat klo lagi diskusi hehe..

ada cerita lucu tentang si Elaine ini yang sering membuatku tertawa lucu klo inget. Hmm..begini ceritanya...

waktu kami semester akhir ada dosen kritik sastra yang masih muda dan ganteng (paling tidak versi Elaine hiks..). secara..temenku ini ga bisa lihat tampang yang klimis dikit (hikhik) pasti langsung nyangkol deh tuh di otaknye..nah begitu juga kehadiran si dosen ganteng ini.

panggil saja Mr. X. singkatnya dia‘naksir’ sama si Dosen itu truz coba2 caper gitu deh. eh ternyata si Dosen ini lebih dekat sama anak-anak theatre di kampusku, salah satunya konon sangat dekat sama do’i (bahasa jaman baheulah neh..he),seorang adek kelas lupa aku namanya yang pasti cantik banget deh. jadi keki-lah temenku ini karena kedekatan mereka. nah meluaplah kebiasaan jahilnya yaitu ngerjain si Dosen. dan ngerjainnya ga tanggung-tanggung, pas kite-kite pada ujian. Gilee khan orang pusing mikirin ujian masih kepikiran tuk ngejain Dosen (mang dasar si Gokil abizz..:) )

kebetulan Mr. X ngawas di ruang Ujianku yang satu ruangan sama Elaine itu, nah pas kite lagi konsen karena satu orang di panggil tuk presentasi di depan di Dosen, si Elaine mulai memainkan jarinya di kipet Hp dan pencet satu nomer (ntah dari mana tuh anak dapet no Hp si Dosen)..langsung si Dosen periksa tuh HP (lagi ujian harusnya HP di matiin yeee??..Huhh..dasar Dosennya juga seh..) trus di silence, tapi masih aktive, makin keranjingan aja deh si Elaine yang kebetulan duduk di belakang ngerjain Mr. X ini, dengan Private number.

Dan ternyata si Dosen ini jadi ke Ge-eran juga, secara..dia memang masih Jomblo katanye..merah padam mukanya sambil keluar ruangan. di biarkan ruangan tanpa pengawas, dan diem2 tuh dosen mengamati dari luar ruangan siapa kiranya Mahasiswanya yang iseng itu. dengan sigap si Elaine tahu gelagat ga baik pura2 serius ngerjain soal. aku yang saat itu duduk tak jauh dari dia, menahan tawa yang hampir meledak melihat tingkah konyol nya

setelah jam ujian selesai dia tergelak penuh kemenangan di kantin kampus. aksinya ga selesai sampai di situ melalui indentitas tak di kenal dia teror si Dosen degan berbagai kritik pedas tentang mata kuliah yang di ajarkannya..tak jarang si Dosen marah menanggapi sms iseng itu. sampai kami lulus teman ku ini belum juga terbongkar kedoknya di depan dosen ku cuma sepertinya si Dosen mulai tahu ada mahasiswa yang diam-diam naksir dia, tapi sungguh malang nasip si Elaine ini, si Dosen sudah lebih dulu punya gandengan ternyata...yah..patah hati deh..;)

itu salah satu keunikan temanku ini, dia juga anak nya cuek dan berani banget jadi kalau tentang isu pelecehan wanita langsung aja deh ngadu ke dia, pasti langsung di hajar tuh si pelaku (hehe..ga segitunya kalee).

tapi ada satu yang menarik dari teman ini, walaupun secara appearance dia bukanlah ‘Akhwat’ bahkan belum dapat hidayah untuk memakai Jilbab dan dia seorang mualaf tapi dia akan sangat marah ketika agamanya (islam) di lecehkan. dia akan dengan berbagai dalil dari buku yang di bacanya menjelaskan dengan rinci alasannya. dia juga pernah bilang sama aku, bahwa suatu saat dia akan merubah penampilannya yang sekarang, dia ingin menjadi seorang ‘jilbaber’ the real jilbaber, dia juga sering mengkritik para pemakai jilbab gaul di hadapanku yang menurutnya percuma. dan berjanji kalau dia pakai jilbab nanti dia ga akan mau pakai jilbab gaul, tapi Jilbab besar. sampai sekarang aku masih menunggu kabar baik itu dan mudah2an cita2 dia ini cepat di realisasikan. aku pingin banget Elaine ini menjadi temen aktivis ku di organisasi, karena dia anaknya pinter, dan risk taker dan bisa jadi asset yang berharga..:)

dari pribadi teman ini aku belajar sebuah ungkapan “don’t Judge the book by its cover” walau dari penampilan bisa di bilang Metal Abizz tapi Elaine ini teman yang baik dan setia. ini aku tahu dari cerita sahabat dekatnya bahwa dia sering mengerjakan paper temennya yang memang kemampuannya agak di bawah standard (walau pernah aku kritik hal ini sebagai pendidikan yang tidak memandirikan teman, tapi aku kagum dengan kesabaranya). dan anehnya juga meski dia ini Modis banget ga pernah malu jalan sama aku yang mungkin bagi pengagum Mode, out to date banget…hehe

waktu kuliah aku sering diskusi berbagai hal sama dia, mulai dari sastra, politik, juga agama..dan dia memang teman dialog yang asyik walau sering diskusi berakhir dengan ideaslime masing-masing juga kadang kita berlagak jadi orang sok pinter mendiskusikan masalah negeri ini ;). aku jadi kangen dengan suasana akademik dulu, mengerjakan tugas, keliling ke perpustakaan dari British Council sampai ke UI. wah pokoknya unforgettable deh ;)

kapan ya situasi itu bisa terulang?? I Do Miss It

~ Episode ‘Kampus’ Tercinta ~

Pagi ini matahari tersenyum ceria, memberi nafas kehidupan bagi para penghuni planet bumi ini..Ach..ku saksikan indah sekali pagi ini, aku melangkah penuh ceria, di ‘kampus’ tercinta, ntah semangat apa lagi yang membuatku lebih ceria pagi ini ;)..

ku menelusuri halaman ‘kampus’ ku seakan penuh percaya diri, ku tatap orang-orang yang berlalu seakan tersenyum menyapaku…seakan baru bangun dari mimpi panjang pagi ini aku baru menikmati suasana indah ‘kampus’ ku ini. tiga gedung menjulang tinggi, air mancur di pelataran taman, di hiasi dengan bangku-bangku yang akan terisi penuh saat istirahat. juga pohon-pohon berdiri kokoh sekokoh sebuah konter ‘Izzi Pizza’ dan Hok Ben disisi bangunan, mobil berjejer seakan menandakan komunitas the haves para penghuni ‘kampus’ ini. aneh..jika melihat label mobil-mobil mahal di sana rasanya aku melihat Indonesiaku sangat kaya atau ini hanya sebuah cermin ironi yang makin nyata??

aku menjadi penghuni ‘kampus’ ini sejak 3 tahun lalu tepatnya bulan september 2005, dari itu aku belajar banyak hal, mulai dari karakter juga life style para komunitas yang beragam. di sini tidak perlu nonton TV kalau ingin bertemu artis ibu kota, karena sebagian besar penghuni sudah mengadopsi habis gaya hidup para artis ibu kota, terutama dari segi foods and Fashions. tetapi banyak juga penghuni yang merasa masih nyaman dengan berpenampilan sederhana apa adanya, kalangan ini biasanya di pandang sebagai the haven’ts (termasuk yang nulis hehe)

di ‘kampus’ inilah pertama aku mulai mengenal jauh dunia Maya, karena di sini aku bebas berselancar kemana saja, bebas mengakses berbagai informasi..melalui computer ‘kelas’ku. kebetulan tugas ku selalu berinteraksi dengan orang-orang di dunia maya melalui E-mail. sebenernya berada di sini tak banyak menjanjikan untuk masa depanku tetapi aku percaya bahwa ada sesuatu yang harus aku pelajari di sini, sehingga sampai detik ini aku masih tetap di kelas yang sama di ‘kampus’ ini walau berbagai usaha aku coba untuk mencari alternative ‘kampus’ yang lebih menjamin kualitasku.

satu yang pasti ‘kampus’ ini telah menoreh kan banyak sejarah dalam hidupku…ntah sampai kapan aku akan bertahan di sini, atau sampai kapan aku menunggu bisa lulus dengan predikat ‘suma cum laude’ hingga bisa memilih meneruskan ke jenjang yang lebih bergengsi??? Just ask the wave grass (kata Ebiet.. hehe),

but a phrase I wanna Say..”I Thank to Allah for lead me here”

:: Mengapa Galileo di Hukum ::

GALILEO Galilei adalah nama yang tegak menjulang dalam sejarah ilmu pengetahuan. Albert Einstein menyebutnya sebagai Bapak Fisika Modern, bahkan Sains Modern, sebagaimana yang kita kenal sekarang.Begitu menjulang nama ini sehingga sejak 18 Oktober 1989 ia melambung melewati atmosfer Bumi dan masuk ke keluasan antariksa, menjadi nama yang setingkat dengan dewa-dewa Yunani purba yang menguasai kosmos: nama Galileo menempel pada pesawat angkasa luar milik NASA yang menjadi penyelidik langsung Planet Yupiter dan satelit-satelitnya.==Sampai pada persimpangan abad ke-16 dan ke-17, para pemikir tumbuh dan terdidik dalam pemikiran Aristotelian, yang dengan tegas membagi ranah langit dan bumi, ranah surgawi dan duniawi, perfeksi dan korupsi, Kenaikan dan Kejatuhan. Dalam faham fisika Aristoteles, benda-benda selalu bergerak menuju tempat mereka yang alami. Batu jatuh karena tempat alami benda-benda yang berbobot adalah pada pusat alam semesta, dan itu pula sebabnya maka Bumi yang berat ini ada di tempatnya, yakni di pusat alam semesta itu. Menerima sistem Kopernikan bukan saja berarti menampik fisika Aristoteles dan membuang sistem geosentris Ptolomeus. Itu juga berarti membantah kitab suci yang dengan tegas menyebutkan bahwa bumi dipasak di tempatnya. Oh, Tuhanku, Kau-lah yang Maha Besar… Kau pancangkan bumi pada fondasinya, tiada bergerak untuk selamanya (Mazmur 103:1,5).Tiga tahun setelah Galileo menulis suratnya yang bertanggal 4 April 1597 itu, Giordano Bruno, seorang pastor Ordo Dominikan, dibakar hidup hidup di Roma antara lain karena bersikeras meyakini bahwa Bumi bergerak mengitari Matahari, bukan diam di tempatnya sebagai pusat semesta, dan bahwa ada banyak planet seperti Bumi ini yang bertebaran di alam semesta. Masing-masing pandangan itu ia sampaikan dalam dua buku, Cena de le Ceneri ("The Ash Wednesday Supper") dan De l’Infinito, Universo e Mondi ("On the Infinite Universe and Worlds"), keduanya terbit pada 1584.[/b]Penyucian Bruno di atas api unggun yang mengerikan itu, kalaupun punya pengaruh pada Galileo, menjadi aus dalam kikisan waktu.Pada tahun 1616 ia menulis untuk Kardinal Alessadro Orsini tentang gerak pasang surut pantai yang ia anggap akan membuktikan pergerakan Bumi dan posisi sentral Matahari. Risalah itu membuat Galileo mendapat teguran. Setelah merasa menemukan sejumlah bukti dan teori pendukung yang lebih kokoh, pada tahun 1632 Galileo menerbitkan sebuah buku berjudul Dialogo sopra i due Massimi Sistemi del Mondo ("Dialogue Concerning the Two Chief Systems of the World-Ptolemaic and Copernican").Buku yang juga bisa disebut novel ide dengan struktur formal yang sangat sederhana itu menghadirkan percakapan antara Salviati yang membela kosmologi Kopernikan dan Simplicio-seorang filsuf Aristotelian yang mengusung kosmologi Ptolemeian. Klimaks dialog ini adalah pemaparan Salviati bahwa Bumi bergerak mengitari Matahari. Pemaparan itu didasarkan teori gerak pasang surut yang sudah ditata Galileo sejak usia 30.TEORI pasang surut yang dikira Galileo akan menjadi penopang paling kokoh dari sistem Heliosentrisme adalah teori yang mengidap sejumlah kesalahan. Penjelasan yang kelak terbukti benar tentang peristiwa pasang surut ini sebenarnya telah diajukan oleh Kepler pada tahun 1609. Artinya, Dinas Suci Gereja Katolik sesungguhnya punya peluang lebar menyanggah Galileo dengan mengguncang teori pasang surut yang diajukan sendiri oleh penulis Dialog itu. Tetapi, yang dilakukan oleh Dinas Suci yang ngotot dengan makna literal Injil itu bukanlah dengan tekun dan tabah menggunakan kejernihan nalar, tetapi langsung melompat memakai klaim kekuatan otoritas suci yang tak boleh dibantah.Niat baik Dinas Suci untuk melindungi iman umat, seperti halnya banyak sekali niat baik dalam sejarah yang dengan tulus hendak membela kepentingan banyak manusia, telah mendorong gereja melakukan kesalahan yang patut disesalkan. Kesalahan yang berusia ratusan tahun itu memang ditebus kembali oleh Gereja Katolik pada tahun 1992 ketika lembaga besar ini berada di bawah pimpinan salah seorang paus yang paling bijak dalam sejarah, Paus Johanes Paulus II.Yang jelas, sejarah mencatat bahwa pada hari Rabu 22 Juni 1633, vonis terhadap Galileo dijatuhkan Dinas Suci di depan khalayak umum. Galileo dihukum sebagai penjahat.Ilmuwan besar ini dipaksa mengaku pikirannya salah dan lemah, yakni pikiran tentang sistem Kopernikan, yang sesungguhnya benar itu, dan tentu saja bukan pikiran tentang teori pasang surut yang hendak membuktikan peredaran Bumi mengitari Matahari, yang kelak terbukti salah itu.Keputusan Dinas Suci yang dibacakan dengan hikmat dan khusyuk itu, yang dihadirkan Dava Sobel di buku Galileo’s Daughter, antara lain menandaskan:Dan Anda telah mengakui pula, dimana Anda menyerahkan diri Anda kepada penghakiman Dinas Suci ini atas dakwaan pembangkangan, yaitu Anda telah memegang dan meyakini doktrin yang salah dan bertentangan dengan Kitab Suci dan Kitab Tuhan, yaitu doktrin mengenai Matahari sebagai pusat dunia dan tidak bergerak dari timur ke barat dan bahwa Bumi bergerak serta bukan pusat dunia. Dan Anda tetap memegang dan mempertahankan pendapat itu setelah dinyatakan dan ditegaskan bertentangan dengan Kitab Suci. Sebagai akibatnya, Anda menerima semua celaan dan hukuman yang dijatuhkan dan diumumkan secara resmi oleh Kanon Suci serta semua hukum umum dan istimewa untuk melawan para pelanggar seperti Anda. Kami bersedia membebaskan Anda dari semua ini jika dengan hati yang tulus dan Iman yang tidak dibuat-buat, dalam kehadiran kami, Anda bersungguh-sungguh meninggalkan, mengutuk, dan membenci kesalahan-kesalahan serta bid’ah-bid’ah yang bertentangan dengan Katolik dan Gereja tersebut dengan cara dan bentuk yang kami tentukan.Selanjutnya, pelanggaran dan kesalahan Anda yang memilukan dan merusak ini tidak akan berlalu begitu saja tanpa hukuman, sehingga Anda akan lebih berhati-hati di masa datang, dan menjadi contoh bagi yang lainnya agar menjauhkan diri dari pelanggaran semacam ini. Kami perintahkan supaya buku Dialog oleh Galileo Galilei dilarang lewat keputusan umum.Tidak semua pejabat penting Gereja Katolik setuju dengan hukuman dan penistaan yang ditimpakan kepada Galileo. Meskipun demikian, seperti ditunjukkan oleh Sobel, penghinaan dan penistaan resmi terhadap Galileo itu kemudian menyebar keluar dari Roma secepat kuda membawa berita itu.Dengan diantar genderang dan perintah Paus, isi dari hukuman terhadap Galileo yang memalukan itu diposkan dan dibacakan lantang oleh para inkuisitor di seantero Italia, sampai ke Perancis, Flander, dan Swiss. Hal itu tentu dimaksudkan sebagai pelajaran bagi profesor filsafat dan matematika mana pun atas akibat dari perkara Galileo.KENDATI dihinakan dan meninggal sebagai tahanan rumah, pembelaan atas Galileo terus tumbuh. Pembelaan terakhir adalah buku Dava Sobel -buku yang dalam satu hal bisa juga disebut sebagai sebuah dialog: dialog antara dua anak haram. Anak haram yang pertama adalah sains modern yang lahir dari pemikiran religius akan keberadaan pencipta dan aspek linier ruang dan waktu, yang oleh Galileo dikawinkan dengan eksperimen dan observasi, khususnya observasi benda-benda langit yang bercahaya. Anak haram ini dipersonifikasikan dengan baik pada diri Galileo.===Dikutip dan diadaptasi dari : Pengantar Edisi Indonesia Buku Dava Sobel, "Galileo’s Daughter". a new book published in October 1999 by Walker & Co. Dava Sobel is an award-winning writer and former New York Times science reporter who has contributed articles to Audubon, Discover, Life and The New Yorker. She has also been a contributing editor to Harvard Magazine, writing about scientific research and the history of science.quoted from: http://silmykaffah.blogspot.com

Kamis, 17 Juli 2008

:: Etika Diskusi ::

Aku sering mengeluh kecewa saat membaca email-email yang penuh kemarahan, kata-kata kurang sopan bahkan judge atau tuduhan.

email2 itu sering ku temukan di milist2 diskusi yang padahal banyak di huni oleh kaum intelek. paling tidak bergelar Sarjana atau Master. tetapi diskusi sering kali berujung dengan debat kusir, atau tak jarang saling mencela, bahkan kadang keluar kata2 yang sebenernya tidak pantas di katakan oleh seorang intelek. yang lebih miris lagi milist itu berlabel Islami, bahkan milik mahasiswa yang notabene sedang mengejar ilmu ukhrawi.

kekecewaan ini terkadang aku lontarkan dengan mengirim email counter sebagai usaha kecil menetralisir, tetapi buram budaya diskusi tak cerdas itu sudah mengakar tampaknya, hingga ketika selesai satu topic akan muncul topic baru yang menggoda tuk di debat kusirkan.

perdebatan sering di akibatkan oleh dua idealisme yang berbeda, dua pemahaman yang bersebrangan, atau bahkan dua ideology yang berlainan, yang sering kali di anggap sulit di perbincangkan dengan damai. masih bagus seandainya diskusi itu membuahkan hasil yang bisa di petik, sebagai suatu ilmu baru, atau paling tidak rasa legowo menerima pendapat masing-masing, atau perbedaan yang ada. tapi justru sering kali diskusi2 itu sering berujung dengan ketidak jelasan, berakhir dengan kedongkolan, kemarahan, bahkan pertengkaran.

ironisnya lagi tataran teori dan praktek sering kali tak seimbang, tentunya di berbagai dimensi, praktek seharusnya di sejajarkan sebagai buah dari teori, apa yang di debatkan terkadang justru sering jauh dari dimendi teori yang di realisasikan. ini bisa terlihat dari etika diskusi itu sendiri. Masalah etika, akhlaq adalah hal yang paling mendasar yang di ajarkan apalagi untuk para santri sebelum mengamalkan yang lainnya, tetapi justru sering kali hal ini tanpa di sadari sering tak di indahkan. padahal akhlaq adalah cermin dari kualitas agama seseorang.

bukan beretorika jika aku lebih sering mengatakan bahwa Ilmu tidak cukup membuat orang jadi shalih, karena Ilmu masih dalam tataran teori. sedang untuk menjadi baik/shalih perlu aplikasi teori dalam prakteknya. Ilmu agama sering di samakan seperti ilmu matematika, fisika atau kimia, yang sering di pelajari sebagai tambahan wawasan, atau dalam tataran menyelesaikan perhitungan rumus tanpa aplikasi rumus itu agar menghasilkan suatu temuan. begitu juga dengan Ilmu agama, realita yang banyak terjadi sekarang ini banyak para santri yang belajar Ilmu agama hanya untuk sebuah kebanggaan, mencari pekerjaan, untuk di perdebatkan, bahkan ada yang mencerca atau mempertentangkannya. ada juga yang beranggapan bahwa ini akar dari munculnya modernisasi dalam Islam, pembaharuan yang di tandai dengan kebebasan berfikir, berij’tihad dsb sebagai jalan keluar dari buramnya wajah Islam saat ini.

di lain pihak sering aku melihat kyai2 kampung, guru ngaji di mushola di pelosok desa yang notabene tak sekaliber mereka2 yang intelek ini, tetapi punya perangai yang jauh lebih santun, senyum yang selalu tersungging. jarang sekali terlihat garang, juga lebih arif ketika menyikapi permasalahan dan perbedaan.

ini memperkuat opini sederhana dalam pemikiranku, bahwa penguasaan ilmu agama bukanlah standar mati bagi ‘keislaman’ seseorang. namun ilmu yang di manifestaikan dalam amalan konkrit yang akan menentukan standard keislaman seseorang yang sangat menentukan kualitas hubungan kita dengan-Nya. dan kualitas hubungan kita dengan Allah sangat menentukan hubungan kita dengan manusia (mu’amalah), termasuk perangai kita, tingkah laku kita juga kedewasaan menghadapi suatu persoalan.

amalan2 yang bebasis niat ikhlas dan ilmu yang benarlah yang menjadi parameter baik tidaknya hubungan tersebut yang secara langsung menentukan kualitas ‘keislaman’ seseorang dimana ahklaq sebagai salah satu output nya.


Wallahu’alam bi shawab

*semoga ke depan akan lahir lebih banyak generasi yang kafaah pemahaman Islamnya dan sebanding dengan ‘keshalihannya’*

~ Ups and Downs ~

sudah hampir sebulan ini aku merasa semangat ibadahku menurun, bukan berarti selama ini aku sudah termasuk orang yang ‘taat’ tapi hanya menegasikan bahwa kondisi ibadah lebih buruk dari sebelumnya. jujur saja, ibadah terutama sholat lail menjadi sangat ‘romantis’ ketika sedang ada masalah. mungkin itu sebabnya ibadahku akhir2 ini terasa agak hambar mungkin karena aku sedang di landa kebahagiaan. (Astagfirullah..padahal seharusnya hal ini membuatku kian giat karena rasa syukurku).

ini suatu pembenaran akan pandangan yang sering salah ttg eksistensi ibadah. banyak dari kita (kita??? Loe kalee..!!! hehe) yang beribadah karena motivasi ‘Self Fulfilling, bukan motivasi Cinta. motivasi pemenuhan keinginan pribadi (self fulfilling) ini seperti, ingin keluar dari masalah, ingin terkabul keinginan, sampai ingin di puji. motivasi ini biasanya cepat luntur karena setelah keinginan (motivasi self fulfilling) ini terpenuhi, biasanya ibadah jadi mengendur,di samping sering tak bermakna.

sering kali ini menjadi premis bahwa salah satu hikmah masalah adalah mendekatkan diri pada sang Khalik, memang benar. tetapi haruskah kita dekat hanya karena kita bermasalah? trus kemudian kembali jauh setelah tidak bermasalah. bisa jadi Masalah adalah Preliminary Training yang di berikan Allah kepada kita, agar kita membiasakan diri dekat dengannya, agar kita membiasakan diri merasa tak bisa apa2. tetapi apakah selamanya kita akan di kelas training ini? dan artinya kita tidak naik kelas lebih ‘mandiri’ dalam artian tanpa di training pun kita dah bisa dekat dengan-Nya.

atau mungkin sebagian menganggap ibadah (red: ibadah maqdah) adalah rentetan ritualisme yang memang harus di jalani dengan ritme dan nuansa tak beda, sehingga sering tak berbekas di hati karena tak di makna’i, tak di hayati. asumsiku ini juga yang bisa menjadi jawaban atas pernyataan yang sering di lontarkan “udah sholat koq kelakuannya ga bener juga ya” yah karena ibadah ga di makna’i esensinya jadi ga berbekas dalam akhlaq. waduh..jangan2 ini juga terjadi padaku??

tingkat niat dalam ibadah yang tertinggi adalah karena cinta. sedangkan tingkat terendah adalah karena takut dosa yang akan berbuntut ke eksistensi syurga dan neraka. ‘manusia2 syurga’ tidak lagi beribadah karena takut neraka atau takut dosa tetapi karena cinta kepada Sang pencipta, cinta yang awalnya terlahir karena rasa syukur atau sebagai ucapan terima kasih atas semua nikmat terutama nikmat yang mendasar yaitu nikmat kehidupan. sehingga mereka tetap menikmati ibadah di berbagai situasi baik sedih, ataupun senang bahkan di balik penderitaan. dan menurut Ibnu Qayyim Pokok dari ibadah, adalah Cinta kepada Allah, bahkan mengkhususkan hanya Cinta kepada Allah semata. dengan landasan cinta kita memang akan melakukan apa saja dengan rela bahkan tanpa mengharap balas apapun.

ingat kisahnya sahabat Urwah Bin Az Zubair yang hanya semalam di masa hidupnya (setelah remaja) meninggalkan sholat lail. itu jg karena beliau pingsan setelah kakinya selesai di amputasi. bahkan ketika kakinya di amputasipun beliau tidak mau di bius tetapi menikmatinya dengan dzikir dan munajat kepada Allah. dan setelah musibah beruntun itu datang - yaitu kehilangan kedua kaki setelah kehilangan anak lelakinya - beliau masih bisa berkata:

Jangan kalian merasa ngeri terhadap apa yang kalian lihat. Allah ‘Azza wa Jalla telahmenganugerahuiku empat orang anak, lalu mengambil satu di antara mereka dan masih menyisakan tiga orang lagi. Segala puji hanya untuk-Nya. Dan Dia memberiku empat anggota badan, kemudian Dia mengambil satu darinya dan menyisakan tiga untukku, maka segala puji bagi-Nya. Dia juga telah memberiku empat buah yang memiliki ujung (kedua tangan dan kedua kaki-red.,), lalu Dia mengambilnya satu dan menyisakan tiga buah lagi untukku. Dan demi Allah, Jika pun Dia telah mengambil sedikit dariku namun telah menyisakan banyak untukku. Dan jika pun Dia mengujiku satu kali namun Dia telah mengaruniaiku kesehatan berkali-kali.”

**Subhanallah**

tulisan ini sebagai bahan renungan dan intropeksi diri bagi penulis pribadi J

Rabu, 16 Juli 2008

“Mimpi yang Tertunda “

Mengeja Hari sungguh melelahkan apalagi menghitung hari (hehe sama aja ya??) bikin Be-te abizz. begitu juga yang ku alamai akhir2 ini. sehari-dua hari berpisah dengan suami waktu terasa berjalan sangat lambat, jenuh, bosan karena hati di balut berbagai keresahan. namun memang selalu saja ada hikmah di balik suatu kejadian, itulah yang kutemukan saat2 ini. terasa ada letupan semangat di setiap rindu yang mengalir, bahwa komitmen adalah suatu janji yang tidak selayaknya di cederai. begitu juga cita-cita kami yang begitu tinggi mengangkasa, bahkan mungkin mengundang gelak tawa bagi yang membacanya jika melihat sosok ‘ringkih’ kami. tapi optimisme itulah salah satu modal kami, optimistis yang tidak menyingkirkan realistis.

realistis bagi ku bukan hanya di lihat dari kemampuan saat ini tetapi juga dari usaha yang bisa di lakukan untuk meraihnya. realistis juga bukan hanya melibatkan sesuatu yang make sense dalam ukuran manusia tapi ada faith, yaitu keyakinan ada ‘tangan’ lain yang tak mampu kita lihat, yang membuat ketidak mungkinan menjadi mungkin. aku tidak mengajarkan sebuah hayalan dimana kita bisa memilih menjadi apa saja tanpa suatu usaha atau tindakan yang nyata. tapi aku ingin bertutur tentang manapaki ‘mimpi kehidupan’, yang akan kita wujudkan ketika kita bangun di pagi hari.

lima abad lalu tidak ada yang bisa mengira bahwa ada manusia yang bisa melakukan perjalanan secepat burung terbang sampai Wright bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) untuk pertama kali menemukan Flyer sebagai pesawat terbang pertama rancangan mereka, sebuah penemuan yang berawal dari sebuah inspirasi ketika melihat burung yang sedang terbang.

kisah Wright hanya salah satu contoh dari sekian banyak hal yang dianggap tidak mungkin bisa menjadi mungkin, diatas kegigihan usaha dan tentunya atas izin-Nya. layaknya di dunia ilmiah sebuah keberhasilan atau penemuan berawal dari sebuah pemikiran yang melahirkan hipotesa, kemudian di uji dengan eksperimen baru kemudian di hasilkan sebuah kesimpulan. begitu juga dengan dunia ‘mimpi kehidupan’ (cita-cita, red) kita. cita-cita tidak datang begitu saja, semua bisa berawal dari sebuah inspirasi yang di hasilkan oleh ma’rifah (knowledge) yang ada dalam diri kita, bisa jadi itu adalah hasil sintesis pemikiran (akal), petunjuk (ilham) atau ekperience (pengalaman). sehingga bagiku cita-cita tidak bisa di katakana suatu hal yang kebetulan, inborn, atau taken for granted.

seperti halnya sebuah pemikiran yang ditindak lanjuti dengan hipotesa, maka cita-cita tindak lanjutnya adalah strategy, yang melibatkan kerja keras dan usaha. seperti halnya ekperimen, untuk meraih cita-citapun harus mengalami trial dan error, jatuh-bangun sebelum sampai pada titik puncak tercapainya. tentu tak asing dengan kisahnya Thomas Elva Edison yang harus ribuan kali gagal sebelum tercapai cita-citanya menciptakan sebuah bolam lampu listrik.

***
Upsst…!!!, kembali ke hikmah yang aku sebut di atas, ternyata perpisahan ini memberikan aku banyak waktu luang yang bisa aku manfaatkan untuk berbagai hal, terutama memperkaya khasanah ilmu melalui forum2 kajian dan buku bacaan. akhir2 ini minat bacaku meningkat cukup drastis, sepertinya ada kekuatan yang membuatku sangat ingin mengetahui banyak hal, tentunya ini berkorelasi juga dengan mimpi kami yang melambung tinggi.( Ya..Robb smoga Istiqomah J )

aku seperti menemukan titik keinsyafan bahwa aku terlalu kerdil dalam hal pengetahuan dan khasanah ilmu, terlalu sedikit hal yang aku tahu, terlalu sedikti ilmu yang aku kuasai bahkan semakin aku sadar bahwa aku tak tahu apa-apa. dan keinsyafan itu membuat aku ingin melebarkan hasrat membacaku untuk berbagai literature, aku pingin tahu..pingin tahu dan pingin tahu banyak hal.

Impressively, ternyata di rumah banyak buku2 yang belum aku manfaatkan dengan sempurna, terutama buku2 kuliahku. dan ntah kenapa aku jadi tertarik membaca buku tentang fisafat, mata pelajaran yang sangat aku benci waktu kuliah dulu. aku tergelitik dengan sebuh premis “bagaimana kita bisa berperang kalau kita tidak tahu medan?” . mungkin ini berlebihan tapi setidaknya bisa jadi stimulant J

aku baru sadar ternyata banyak literature klasik yang aku foto copy semasa kuliah dulu, seperti bukunya Bertrand Russell tentang sejarah pemikiran dari jamannya Plato sampai Emanuel kant, juga buku2 tokoh filsafat seperti Decrates, Marx, juga beberapa buku sastra dari Shakespeare, George Orwell, John Steinbeck, dsb. memang sebagian besar buku itu hanyalah foto copy tetapi esensinya tidak berkurang.

O ya..aku dan suami juga punya cita-cita suatu saat bisa punya perpustakaan atau taman bacaan sendiri, jadi bagi bloggers yang ingin menyumbangkan bukunya, akan di terima dengan senang hati..hehehe (Ngareep ;) )

Senin, 14 Juli 2008

Life – at War

Beberapa hari yang lalu, aku sangat exciting ketika menemukan sebuah buku menarik di Perpustakaan kantorku judulnya “Life - at War” di situ adalah kumpulan potret perang dunia ke-2. gambar2 itu asli di ambil oleh wartawan perang dunia ke-2 seperti Larry Burrows, Robert Capa, David Douglas Duncan, dan W. Eugene Smith.

ntah kenapa aku seneng dengan atribut atau sessuatu yang berhubungan dengan War. ini aneh, karena aku ini sangat takut dan tidak suka dengan yang namanya kekerasan tetapi begitu antusias untuk tahu dengan hal2 yang berbau perang. bahkan waktu invasi Amerika ke libanon aku sempet telp ke ACT menanyakan klo ada relawan wanita yang di kirim maka aku akan daftar (hehe). mungkin secara psikologi hal ini ada hubungannya dengan cita2ku yang pernah ingin jadi tentara atau ntahlah, yang pasti kadang aku pingin bisa terjun ke medan perang dengan segala atribut, senjata, ransel, dsb.

karena alasan itulah aku cari2 lagi artikel tentang sejarah perang yang ingin ku posting di blog ku J

aku mulai dari World War I, walau mungkin ini ga terlalu objective karena hanya satu prespective, tapi intinya aku hanya ingin menceritakan hal ihwal tentang perang tersebut historically..


Perang Dunia Pertama’
Di Eropa abad ke-19, penjajahan tersebar luas. Kekuatan bangsa Eropa seperti Inggris dan Prancis telah membangun kekuasaan penjajahan di keempat penjuru dunia. Jerman, yang telah membangun kesatuan politiknya lebih lama daripada negara-negara lain, bekerja keras untuk menjadi pelopor dalam perlombaan ini.
Pada awal abad ke-20, hubungan yang didasarkan pada kepentingan telah membagi Eropa menjadi dua kutub yang berlawanan. Inggris, Prancis, dan Rusia berada di satu pihak, dan Jerman beserta Kekaisaran Austria-Hungaria yang diperintah oleh keluarga Hapsburg asal Jerman berada di pihak lainnya.
Ketegangan antara kedua kelompok ini semakin hari semakin meningkat, hingga akhirnya suatu pembunuhan pada tahun 1914 menjadi pemicu perang. Pangeran Franz Ferdinand, pewaris tahta Kekaisaran Austria-Hungaria, dibunuh oleh kaum nasionalis Serbia yang berusaha menekan pengaruh kekaisaran tersebut di daerah Balkan.
Dalam kurun waktu yang amat singkat, hasutan setelah peristiwa ini menyeret seluruh benua Eropa ke dalam kancah peperangan. Pertama, Austria-Hungaria menyatakan perang kepada Serbia. Rusia, sekutu abadi bangsa Serbia kemudian menyatakan perang terhadap Austria-Hungaria.Lalu satu demi satu, Jerman, Inggris, dan Prancis, memasuki peperangan. Sumbu sudah dinyalakan.Bahkan sebelum perang dimulai, Dewan Jenderal Jerman telah membuat rencana dan memutuskan untuk menguasai Prancis melalui serangan mendadak. Untuk mencapai tujuan ini, orang-orang Jerman memasuki Belgia dan kemudian melintasi perbatasan memasuki Prancis. Menanggapi dengan cepat, pasukan Prancis menghentikan pasukan Jerman di tepi Sungai Marne dan memulai suatu serangan balik.
Walaupun kedua pasukan menderita kerugian parah, tidak ada kemajuan di garis depan pertempuran. Baik serdadu Prancis maupun Jerman bersembunyi di parit untuk melindungi diri. Akibat serangkaian serangan yang berlarut-larut hingga beberapa bulan, sekitar 400.000 serdadu Prancis terbunuh. Korban meninggal dari serdadu Jerman mencapai 350.000.Perang parit menjadi strategi utama Perang Dunia Pertama. Selama beberapa tahun berikutnya, bisa dikatakan para serdadu hidup dalam parit-parit ini. Kehidupan di sana benar-benar sulit. Para prajurit hidup dalam ancaman terus-menerus dibom, dan mereka tak henti-hentinya menghadapi ketakutan dan ketegangan yang luar biasa. Mayat mereka yang telah tewas terpaksa dibiarkan di tempat-tempat ini, dan para serdadu harus tidur di samping mayat-mayat tersebut. Bila turun hujan, parit-parit itu dibanjiri lumpur.
Lebih dari 20 juta serdadu yang bertempur di Perang Dunia I mengalami keadaan yang mengerikan di dalam parit-parit ini, dan sebagian besar meninggal di sana.
Dalam beberapa minggu setelah dimulai oleh serangan Jerman pada tahun 1914, garis barat perang ini sebenarnya terpaku di jalan buntu.
Para serdadu yang bersembunyi di parit-parit ini terjebak dalam jarak yang hanya beberapa ratus meter jauhnya satu sama lain. Setiap serangan yang dilancarkan sebagai upaya mengakhiri kebuntuan ini malah menelan korban jiwa yang lebih banyak.Di awal tahun 1916, Jerman mengembangkan rencana baru untuk mendobrak garis barat. Rencana mereka adalah secara mendadak menyerang kota Verdun, yang dianggap sebagai kebanggaan orang Prancis. Tujuan penyerangan ini bukanlah memenangkan perang, melainkan menimbulkan kerugian yang besar di pihak Tentara Prancis sehingga melemahkan perlawanan mereka. Kepala staf Jerman Falkenhayn memperkirakan bahwa setiap satu serdadu Jerman saja dapat membunuh tiga orang serdadu Prancis.
Serangan dimulai pada tanggal 21 Febuari. Para pemimpin Jerman memerintahkan serdadunya untuk “keluar dari parit mereka,” namun tiap serdadu yang melakukannya justru telah tewas atau sekarat dalam sekitar tiga menit. Meskipun penyerangan berlangsung tanpa henti selama berbulan-bulan, Jerman gagal menduduki Verdun.
Secara keseluruhan, kedua pihak kehilangan sekitar satu juta serdadu. Dan dengan pengorbanan itu, garis depan hanya berhasil maju sekitar 12 kilometer. Satu juta orang mati demi selusin kilometer.
Inggris membalas serangan Jerman di Verdun dengan Pertempuran Somme. Pabrik-pabrik di Inggris membuat ratusan ribu selongsong meriam.
Rencana Jendral Douglas Haig mendorong Pasukan Inggris untuk menghujani dengan pengeboman terus-menerus selama seminggu penuh, yang diikuti dengan serangan infanteri. Dia yakin mereka akan maju sejauh 14 kilometer di hari pertama saja dan kemudian menghancurkan semua garis pertahanan Jerman dalam satu minggu.Serangan dimulai pada tanggal 1 Juni. Pasukan meriam Inggris menggempur pertahanan Jerman selama seminggu tanpa henti. Di akhir minggu tersebut, para perwira Inggris memerintahkan serdadunya memanjat keluar dari parit. Namun, selama pengeboman tersebut para serdadu Jerman berlindung dengan rapat di kedalaman parit persembunyian mereka sehingga tidak terlumpuhkan dan menggagalkan rencana Inggris. Begitu serdadu Inggris bergerak melintasi garis depan, serdadu Jerman muncul menyerang mereka dengan senapan mesinnya. Sejumlah total 20.000 serdadu Inggris tewas dalam beberapa jam pertama perang tersebut. Di dalam kegelapan malam itu, daerah di antara dua garis pertempuran penuh dengan puluhan ribu mayat dan juga serdadu yang terluka, yang mencoba merangkak mundur.
Pertempuran Somme tidak berlangsung dua minggu seperti yang direncanakan Jendral Haig, melainkan lima bulan. Bulan-bulan ini tidak lebih daripada pembantaian. Para jendral bertubi-tubi mengirimkan gelombang demi gelombang serdadu mereka menuju kematian yang telah pasti. Di akhir pertempuran, kedua belah pihak secara keseluruhan telah kehilangan 900.000 prajuritnya. Dan untuk ini, garis depan bergeser hanya 11 kilometer. Para serdadu ini dikorbankan demi 11 kilometer saja.
Kedua belah pihak melakukan lebih banyak serangan lagi selama Perang Dunia I, dan setiap serangan ini menjadi pembantaian diri sendiri. Di kota Ipres di Belgia saja, berlangsung tiga pertempuran. Setengah juta serdadu tewas di pertempuran ketiga saja.
Setiap serangan berakibat sama: Ribuan nyawa melayang hanya untuk maju beberapa kilometer.
Peperangan yang mengerikan ini, yang tidak punya alasan kuat, menelan nyawa orang tak bersalah yang tak terhitung banyaknya. Banyak orang kehilangan saudaranya atau harus meninggalkan rumahnya.

(Harun Yahya)

:: Speechless ::

Beberapa hari yang lalu aku mendapat sms dari seorang ustadzah yang sering ngisi kajian di kantorku. Isi sms tersebut sempat mencengangkang bahkan sempet membuatku membaca berulang2 kalau2 ustz itu salah tuli. Berikut isi sms tersebut:

“Mohon doa restu, ashar ini InsyaAllah adek angkat ana (yang sering ngarntar ana ke metropolitan) akan menikah dengan suami ana…do’akan biar acara lancar dan berkah..”

Sesaat aku tertegun membaca sms tersebut. Heran, sedih, haru dan salut bercampur jadi satu.

Ustz ini memang sering datang mengisi kajian fiqh di kantorku dan sering diantar oleh seorang akhwat yang aku tahu memang adek angkatnya. Meraka kelihatan sangat akrab laiknya adek-kakak. Sama sekali tidak menyangka kalau mereka akan sama menjadi istri dari satu suami :)

Salut..karena ketegaran ustz tadi. Dan lebih salut ketika aku ketemu lansung dengan beliau dan beliau menceritakan semuanya. Bahwa beliaulah yang menghendaki pernikahan adek angkatnya dan suaminya. Alasannya adalah kekhawatiran beliau dengan keamanan adek angkatnya, yang belum mempunyai pendamping dan sering mendapat gangguang dari lelaki iseng. sudah lama beliau berusaha mencarikan pasangan buat adeknya ini tetapi memang mungkin Allah berkehendak lain sehingga ketika umur adek angkatnya ini hampir mencapai 35 kekhawatiran Ustz ini semakin memuncak. dan beliau membicarakan hal ini sama suaminya juga adek angkatnya sudah 2 tahun yang lalu dan saat itu kedua-duaya menolak. Tetapi karena desakan dan alasan kekhawatiran beliau juga setelah ketiganya istikharah, akhirnya meraka memutuskan tuk menikah.

Subhanallah...suatu sikap yang luar biasa. aku bener2 angkat tangan dengan sikap ini, suatu contoh seorang muslim yang sudah mampu berbuat ‘Itsar” untuk saudaranya. Dan mengorbankan perasaannya, suatu hal yang sangat sensitive bagi seorang wanita.

Beliau juga jujur mengatakan bahwa rasa cemburu itu ada apalagi kalau menjelang magrib, rasa sensitive mulai muncul tapi keduanya bisa menyikapi dengan baik, sehingga hubungan mereka tetap dekat seperti sebelumnya.

Dulu waktu aku belum merasakan menjadi istri ga terlalu terkesan dengan sikap ustz ini, tapi sekarang ketika aku sudah merasakan punya suami..Ya Allah sungguh berat sekali untuk bisa bersikap seperti ini. Mungkin aku tak akan sanggup :)

***
Suatu malam di perjalanan ke makasar sama suami dan keluarga, kami naik kapal Pelni. Aku tidak bisa tidur karena panas. Akhirnya masih tengah malam aku naik ke mushola dan sholat di sana. Suasana saat itu sangat mendukung, sunyi, di tengah laut, dan di atas goncangan ombak..sungguh saat yang romantis untuk berdua’an dengan-Nya aku merasa begitu dekat dengan-Nya tapi sekaligus merasa bahwa hati ini telah ‘mendua’. Ntah kenapa selesai sholat aku langsung bilang sama suami “Kak ternyata godaan pertama bagi orang menikah adalah rasa memiliki yang berlebihan” suamiku hanya tersenyum karena tahu kemana arah pembicaraanku. Aku hanya memandangi laut. Dalam hatiku berbisik..Robb aku memang mencintaiMu tetapi ternyata aku belum bisa memberikan sepenuhnya cintaku padaMu...”

Tetapi aku juga yakin bahwa Allah tidak pernah berbuat dzalim kepada hambaNya, dia menetapkan hukum sesuai kemampuan hambaNya…

Ada contoh kasus seorang shohabiyah yang bernama Asma yang menikah dengan sahabat Rosul SAW, mereka baru bertemu pada hari pernikahan. Dan setelah menikah Asma ini baru menyadari kekurangan fisik suaminya yang membuatnya tidak bisa mencintainya. Kemudian dia mengadu hal ini pada rosulullah. Asma mengatakan bahwa dia menyukai akhlak suaminya tersebut tetapi takut akan jadi kufur kepada Allah karena tidak bisa menerima kekurangan fisik suaminya, dan tidak bisa mencintainya. Akhirnya Rosulullah mengijinkan mereka bercerai.

Ini suatu bukti bahwa Islam agama yang sangat adil tidak memaksakan sesuatu diluar batas kemapuan kita, Allah memberikan banyak jalan juga menjanjikan balasan berdasarlan kadar kemampuan amal kita terserah kita memilih yang mana J. seperti halnya Allah menjanjikan syurga bagi wanita yang sanggup di madu (karena Allah) tetapi Allah tidak serta merta mengancam neraka bagi yang tidak sanggup.

Anyway, Two thumbs up untuk Ustz “...Subhanallah...”

~ MISSING ~

ku menatap pagi…
hening penuh sepi
tertegun aku..

Ach…sunyi menggeleparkan aku
dalam ruang penuh tanya
dan sejuta rasa

kala senja menjelang..
bayangmu tak pernah hilang
ingat ku mesra...

ku ingin kecup tanganmu
selepas sujudku..

tapi..Waktu..terlalu lama menjelang
merangkak mengiris perih
manepi dalam kesendirian

tapi…
ku nanti kau datang
dengan peluh dan airmata

Sungguh...
aku..rindu…


Dedicated for My hubby :)

:: Defisit Pasokan Listrik ::

setelah meredup reaksi beragam atas kenaikan harga BBM beberapa saat yang lalu, saat ini kita di kejutan lagi oleh kebijakan baru pemerintah yang bisa di bilang konyol. kebijakan ini menyikapi adanya defisit pasokan listrik di negeri ini , hingga berakibat pemadaman listrik secara bergantian. untuk menghadapi masalah ini pemerintah mengeluarkan SKB yang melibatkan 5 Kementerian/Lembaga, yaitu Departemen Perindustrian, Departemen Tenaga Kerja dan Industri, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, Departemen Dalam Negeri, dan Kementerian Negara BUMN tentang pemindahan jam kerja industri. kebijakan ini di ikuti oleh ancaman kepada pihak industri yang tidak mentaati akan mendapatkan sangsi dari pemerintah. kebijakan ini tidak hanya radical dalam merusak citra indonesia di mata para investor, juga radikal dalam merepress para employer industri di negeri ini.

sangat Ironi, Indonesia negara yang sangat kaya akan sumber daya alam sebagai sumber energy ini harus mengalami krisis listrik. cadangan batu bara sebagai salah satu sumber energy di indonesia sangat melimpah bahkan mencapai puluhan miliar ton dan berada di urutan ke 16 pada daftar cadangan batubara dunia dan termasuk negera pengekspor batu bara ke 9 terbesar di dunia, cadangan batu bara itu sebenarya cukup untuk memasok energy listrik di Indonesia sampai ratusan tahun kedepan. memang tidak mungkin membakar semua batu bara ini melalui PLTU karena selain tidak efisien bisa mengakibatkan polusi lingkungan tetapi ada cara lain yaitu dengan mengkonversi batu bara menjadi migas sintetis (
www.wikipedia.org). artinya batu bara tetaplah bisa di andalkan sebagai sumber energy di negeri ini

selain itu air sebagai sumber energy listrik juga melimpah di berbagai daerah di negeri ini, belum lagi beberapa enegy alternative non BBM yang banyak di temukan anak bangsa seperti PLTB (pusat listrik tenaga Bayu) yang di kelola dengan teknologi belanda yang di kembangkan di bali (Antara, 10/5/08) dan tenaga listrik hasil daur ulang sampah, gelombang laut, atau pengembangan bioteknologi. banyak sekali sumber yang bisa di manfaakan, tetapi kenapa bisa terjadi krisis listrik?? jawabanya jelas negara kita memang masih miskin Manajemen, dan sering bertindak non-future oriented.

selanjutnya masalah minimnya pasokan listrik yang di hadapi sekarang ini yang berakibat pemadaman listrik bergiliran (oglangan) ini menimbulkan reaksi yang tidak populer dari pemerintah yaitu kebijakan memindahkan jam industri dari hari libur (sabtu /minggu) ke hari kerja melalui pemberlakuan SKB. program ini konon akan berlangsung sambil menunggu proyek listrik 10 ribu MW yang di pekirakan akan selesai tahun 2010. pangalihan jam industri ini mempunyai basis argumen bahwa sektor industri adalah sektor yang paing besar menyerap listrik, sehingga konsumsi listrik untuk sektor industri mencapai 7000 MW perhari kerja,sedangkan Daya yang tidak terpakai pada Sabtu mencapai 1.000 MW dan Minggu 2.000 MW. namun seperti kebijakan yang lain kebijakan inipun tampaknya bukan saja solusi tak cerdas tetapi juga akan menimbulkan masslah2 yang lain. alasan2 tidak populernya kebijakan ini diantaranya:

Alasan pertama, sebuah industri tentu mempunyai chain atau mata rantai yang berhubungan satu sama lain, dan chain itu tidak hanya tidak hanya di area nasional tetapi juga internasional. Tentu sangat tidak praktis ketika industri local bekerja di saat industri luar negeri sedang libur. Segala macam kepetingan yang harus di jalin dari dua chain di dua negara berbeda saat itu bisa saja terhambat.

Alasan kedua, kerugian bagi para employer karena mempekerjakan karyawan di hari libur, harus membutuhkan gaji/imbalan yang lebih besar dari hari biasa karena masuk hitungan jam lembur karyawan. berkenaan dengan hal ini sebagian employer meminta pemerintah melalui departemen tenaga kerja mengeluarkan regulasi ulang mengenai definisi jam lembur yaitu dengan tidak memasukkannya hari sabtu dan minggu sebagai jam lebur bagi karyawan yang jam industrinya di pindahkan, hal ini bisa saja menjadi solusi bagi employers tetapi tidak bagi employees.

Alasan ketiga, perampasan hak karyawan, hari libur adalah hari keluarga bagi karyawan di hari liburlah biasa karyawan bisa meluangkan waktu bersama anak istri atau keluarga dekat lainnya, memang libur karyawan bisa diganti dengan hari yang lain, tetapi apakah liburan sekolah anak-anaknya juga bisa di sesuaikan dengan hari libur karyawan tersebut. ini kebutuhan basis bagi semua orang termasuk karyawan.

Bisa di maklumi jika banyak investor yang enggan datang kenegeri ini , bahkan berniat hengkang ke Negara lain. Alasannya bukanlah terorisme yang sering jadi kambing hitam tetapi ketidak mampuan pemerintah kita “melayani” investor tersebut dengan baik. Terutama dalam hal infrastruktur, yang menjadi kebutuhan mendasar setiap perusahaan. jadi jangan hanya mengandalkan isu “terorisme” dengan ketidak hadiran investor di negeri ini, tapi perhatikan lebih detail infrastruktur terlebih dulu yang menjadi alasan basis para investor untuk menanamkan modalnya.

Kamis, 10 Juli 2008

~ Ivy Leaf ~

Awan tebal masih bergelayut tepat di atas Gunung Loro, indah lekuk tubuh gunung yang sudah tidak lagi menyemburkan larva itu kian bersolek dengan nuansa hijau pepohonan nya.. empat tahun sudah aku tak pernah berkunjung ke sini, Ngargoyoso, sebuah desa di pinggiran sebelah timur kabupaten karang anyar, terletak dekat kaki gunung lawu. Di sinilah aku di lahirkan 28 tahun yang lalu. Suasana kampung ini tak jauh berubah sejak 4 tahun yang lalu sebelum terakhir kali aku pulang ke kampung ini.

Tidak seperti biasanya kepulanganku kali ini karena di telpon oleh kakakku juga karena permintaan ibu, untuk mendiskusikan sesusatu, ah..sesuatu yang sering membuat pusing kepalaku, ntah kenapa mereka tak pernah mau berhenti membujukku untuk ini.

Aku masih terpaku menatap gumpalan awan di jauh sana, bergeming oleh terpaan sang bayu yang menyapa wajahku. Ku nikmati dingin titik-titik embun yang menembus kulitku yang terbalut sweater. Walau sudah memakai jaket tebal, shall, namun masih terasa menggigit dingin di pagi ini. Tatapan ku masih kosong menatap sebongkah batu yang kokoh di seberang bukit sana.

Segerombolan burung tampak ceria menari-nari, menukik dan bercanda, bealih dari ranting ke ranting sambil bernyanyi ceria, seakan menertawakan aku yang terpaku dalam sejuta gundah, ukiran awan itu seakan ingin mengingat kan aku akan gelayut hitam di kalbu ini.

“Anyelir…bagaimana keputusanmu? Suara itu mengagetkan ku.. bergemingpun aku bisa mengenalinya, itu suara mbak atik yang mungkin sejak tadi mengamatiku..
Nyelir..apalagi sih yang kamu pikirkan, kamu sudah mapan, sudah sangat cukup umur, kenapa kamu masih ragu dengan keputusanmu?”

Dengan langkah perlahan Mbak Atik menghampiriku..tangan nya yang lembut memeluk pundakku, ku rasakan hangat kasih sayang kakak keduaku ini, namun aku tetap bergeming, ntah apa yang terpikir namun hati ini terasa ada yang menusuk, pedih yang tak kunjung sirna. Dingin dan beku, seolah menjulang angkuh sekokoh hamparan Es di puncak Everest.

Untuk kesekian kali aku harus menghadapi situasi sulit ini, aku tak tahu bagaimana harus menjelaskan pada mereka tentang hati ini. Yang selalu bergeming sulit tuk di kata dan di jelaskan, dan hanya tak ingin membuat orang kecewa karena bodohnya rasa ini.

Ku coba menatap sejenak wajah kakak ku, ku lihat tatapannya yang penuh harap, penuh kasih sayang.. namun kembali tak sanggup ku berkata-kata, tatapanku kembali terpaku pada segumpal awan itu..

***
imam adalah teman dari SMP ku dan ketika SMA kebetulan kami satu kelas, waktu SMP dia adalah pasangan ku mewakili kelas bila ada lomba cerdas cermat karena kami satu kelas. Sampai SMA kami mengambil jurusan yang sama. Dia teman yang baik, pintar, dan bagus ahlaqnya. Ketika lulus SMA dia meneruskan kuliah di fakultas MIPA di Jogja dan kini menjadi PNS di Jambi, sedang aku mencari kerja, dan akhirnya melanjutkan kuliah di jakarta. Tak ada yang istimewa, bahkan semenjak lulus SMA kami sama sekali tidak pernah berkomunikasi, hanya kabar dia juga teman2 yang lain sering aku denger dari pakde yang kebetulan sama-sama aktif di partai.

Dan beberapa bulan yang lalu kami mengadakan reuni SMA di situlah aku bertemu dengannya, namun satu hal yang tak di duga bahwa dia menyampaikan niat ini kepada mbak atik…

“maaf mbak…aku ga bisa..” jawaban ini seperti meluluhkan semua harapan mbak atik dan ibu, namun mereka hanya terkulai lesu dengan jawaban ini, tanpa alasan yang jelas dariku, dan aku pun tak berniat mengatakan alasanku yang sesungguhnya, aku berhak mengambil keputusan ini, karena ini adalah masa depanku.

Aku kembali ke Jakarta setelah ku anggap semua selesai, episode yang sangat tidak aku sukai dan menegangkan, ku coba meregangkan saraf-saraf di otakku dengan kembali sibuk dengan pekerjaan kantor dan beberapa les privat. Aku cukup bahagia dengan apa yang ku jalani saat ini, sibuk dengan anak-anak didik yang lucu, yang selalu menghiburku..

Beberapa minggu kemudian aku menerima email dengan subjek UNDANGAN, ketika ku buka ,,Degg..!!, Imam telah menjatuhkan pilihannya, aku hanya menatap biru dan bersyukur dia menemukan tambatan hatinya. Dan tak kuhiraukan kicauan mbak atik yang sangat marah dengan kejadian ini, dan mengatakan bahwa aku telah menyakiti Imam..Hh..semua ini tak sedikitpun menggoyahkan keangkuhan di hati ini, terserah mau bilang apa …hanya itu jawabku.

***
“Anyelir…, tadi ada telp dari kak Muti, “, teriak Anggi mengagetkan aku yang sibuk melepas kaos kaki, dah jam 10 malam aku baru sampai di kost, tadi pulang kantor aku langsung ke rumah Via, mengurus beberapa administrasi kursus privat yang kami kelola bersama. “ ada pesan Nggi?” “ iya, besok kamu suruh ke Sekre ada yang penting katanya” Oh..ok deh, thanks yah.”.jawabku singkat sambil melangkah masuk ke surga kecilku, sebuah kamar mungil yang sudah ku sewa lebih dari 5 tahun yang lalu. Entah kenapa aku merasa tempat ini banyak menemaniku, saat sedih, tertawa,hingga seakan mengukir makna tersendiri.

Ku hempaskan tubuhku di atas kasur tua ku, tiba-tiba pandanganku menelusuri setiap sisi dinding kamarku, banyak ku pajang tulisan-tulisan karyaku, walau tak indah setidaknya ini expresi jiwaku, dan potret-potretku, Hmm..aku selalu bangga ketika menatap potret-potret itu, seakan terbayang ketangguhanku saat itu, saat di puncak lawu, saat mengarungi sungai citarik, saat tak ada kerapuhan..

Tiba-tiba ku teringat pesan kak Muti untuk menemui nya di sekre besok,..dada ini kembali bergemuruh, teringat pertemuan beberapa hari yang lalu, dan proses itu ..Duh..mengapa aku selalu di sudutkan dengan situasi seperti ini.? Mengapa tak ada satupun yang mau mengerti aku?..”Nyelir hari Sabtu besok adalah pertemuan terakhir proses ini sekaligus keputusanmu” aku masih ingat kata-kata kak Muti seminggu yang lalu.

***
gimana ending nya?” Tanya Anggi yang sedari tadi tak mau beranjak dari kamarku. ”ending apaan? Mang Film gitu ada ending nya?” jawabku ketus. “Your Decision Honey..”
“Oh..itu..Hmm..I will reject it” jawabku cuex. “What?” Anggi terbelalak tak percaya. “Kamu ga salah?” aku hanya menggelengkan kepala sebagai jawaban.
“nyelir kamu tuh egois ya..kamu hanya memikirkan perasaanmu sendiri, kamu ga pernah berfikir bagaimana keluargamu, dan perasaan orang-orang yang harus menerima keputusanmu seperti ini, !“, aku hanya diam bergeming, namun hati ini kembali bergemuruh tak menentu.
“aku tahu perasaanmu Nyelir, aku mengenalmu sudah lebih dari lima tahun, aku tahu apa yang kamu rasa, tapi aku ga pernah tahu kenapa kamu tak pernah bisa bersikap lebih bijak..” dalam hati aku membenarkan kata-kata Anggi ini, mungkin aku memang egois.
“sampai kapan kamu akan tetap seperti ini?, sampai kapan kamu akan tetap bermimpi? sampai kapan Nyelir..??”
“aku berhak membuat keputusan atas hidupku sendiri” jawabku dingin
“Ok, I know that…, tapi pernah ga kamu berfikir kalau keputusanmu sering melukai banyak orang yang tak bersalah, kamu tuh.. egois Nyelir..!!” sampai kapan kamu bisa melupakan luka itu?, kamu harus realistis Nyelir..kamu ga bisa selamanya bermimpi, suatu saat kamu akan menyesal…” kata-kata Anggi begitu menikam tepat di ulu hati ini, meresap hingga merambah ke saraf-saraf otakku yang memerintahkan mataku kembali memberikan riak anak sungai di setiap sudutnya, menerobos hingga kristal-kristal bening itu mengalir di pipiku, semakin deras, seperti tiga tahun yang lalu saat aku merasakan kepedihan yang jauh lebih menyakitkan dari ini.
“tak semua getir bisa di ungkapkan, tak semua rasa bisa di katakan, tak semua kepedihan bisa di hapus begitu saja” jawabku menahan isak. “, tak kuasa ku rasakan nyeri yang menusuk-nusuk di dada ini, airmata ku pun semakin deras membasahi pipiku.
“maafkan aku Nyelir..aku tak bermaksud melukai mu…aku hanya ingin melihatmu bahagia, kembali ceria, tersenyum…kamu harus melupakan semuanya Nyelir..percayalah kamu bisa..kamu harus mencoba membuka hatimu untuk yang lain…kamu bisa melupakannya..”
Akhirnya Anggi menyadari kalau kata-katanya telah membuatku menangis hingga dia memeluku dan meminta maaf.
“aku hanya ingin melihatmu kembali tegar seperti dulu, jangan engkau bohongi dirimu sendiri..kamu ga pernah bahagia dengan apa yang kamu jalani saat ini…kamu ga bisa selamanya begini…”
“maafkan aku Nggi saat ini aku belum bisa membuat keputusan itu, aku tak ingin kelak aku lebih melukai nya” jawabku lemah, dan akhirnya Anggi pun mengerti.

***
Kak muti terkejut mendengar keputusan terakhirku tentang proses itu, aku sudah menduga sebelumnya, keputusan ini pasti sangat mengejutkan..
“Nyelir kamu ga salah dengan keputusan itu?” Tanya kak muti lembut. “mudah-mudahan tidak Kak”..jawabku pelan tak sanggup menatap kedua mata kak muti. “kalau boleh tahu apa alasan Anyelir menolaknya..?”
aku hanya terdiam tak sanggup berkata-kata, ku biarkan anganku mengembara, tak tahu apa yang akupikirkan.
“apa anyelir sudah Istikharah?” aku hanya menggeleng, “ ga kak karena dari awal hati ku sudah merasa ga sreg jadi aku pikir ga perlu lagi istikharah” jawabku dengan dingin.
“kenapa ga kamu bilang dari awal, lagian apa sih yang kamu cari, kak Indra itu kan senior kita, dan sudah ketahuan reputasinya..kita pun sudah lama mengenalnya.., apa yang membuatmu tak bisa menerimanya?”
aku hanya terdiam tak sanggup ku menjawab,aku sendiri tak tahu apa yang ku cari, ah..betapa sulit mengerti hati ini…

Aku tinggalkan kak Muti yang masih terpaku, tak mengerti dengan sikapku seperti tak mengertinya aku akan hatiku, aku tahu..mungkin aku telah melukai banyak orang, namun luka itu ga seberapa di banding luka yang mungkin akan ada jika aku menerima nya.
Aku melangkah gontai menyusuri jalan setapak di pelataran Masjid Al Bina, rasanya malas langsung pulang ke rumah, di tempat ini aku biasa melepas kesepian dan kesendirianku.
Di ujung sana tak jauh dari pelataran masjid ini, sebuah stadiun sepak bola yang selalu di kelilingi para remaja ketika sore hari, mereka menghabiskan waktu dengan berlari mengelilingi stadiun itu, sambil bercanda mesra, dan banyak anak-anak kecil yang bermain bola, juga remaja-remaja yang ingin menikmati indah sore hari. Terkadang aku tertawa melihat tingkah lucu mereka. Sesaat hati terhibur.
Namun sore ini rasanya tak ingin ku nikmati pemandangan ini, aku hanya terdiam terpaku melihat daun-daun yang berguguran di halaman masjid ini, ku ingin temukan sebuah jawaban tentang apa yang akan di lakukan daun itu ketika telah jatuh ke tanah, tak bisa lagi naik ke pohon, dan akhirnya dia layu, di injak dan membusuk menyatu dengan tanah.
Sisi hati ini menjerit menyaksikan awan mendung di atas sana bergelayut manja menawarkan hujan…
Ya Robb..kapan kah hujan kan datang?...tolonglah aku tuk bisa membuka hati yang telah tertutup ini..”

***

Bagai kapas putih yang terurai
Kini ku melayang…

Alzrie..
The end of the Year 2006

:: You Make Me Smile ::

Hujan gerimis kembali mengguyur jakarta pagi itu, seperti biasa aku melangkahkan kaki ku menuju kantor, Hhh…aku mendesah malas, pagi itu rasanya malas banget tuk berangkat kerja, udah bangun kesiangan di tambah hujan, Hmm..coba kalau libur, bisa ga keluar deh dari kamar (dasar pemalas..!!)

Baru saja aku turun dari metromoni dan Dengan malas ku langkahkan kaki ku di depan Pakubuwono Residence, hujan gerimis seakan begitu mengerti kemalasanku pagi ini, di balik blazer coklat tebalku aku berlindung dari rintik hujan yang masih setia menemani langkahku.

Beberapa saat kemudian bis yang ku tunggu pun datang menghampiriku, bersyukur masih ada kursi yang belum terisi, segera ku ayunkan kakiku menuju bangku itu, bus pun melaju perlahan, tak ku hiraukan pemandangan di kanan kiriku, aku sedang asyik menikmati rintik hujan yang menyirami dedaunan, seakan tersenyum dan menari mengajakku tertawa menyambut pagi.

Tiba2 sudut mataku menangkap satu sosok kecil meraih pinggiran pintu bus yang sedang melaju. Ku alihkan pandanganku ke arah pintu bus yang aku tumpangi, ku melihat sosok kecil berdiri terhuyung mengikuti laju bus kota ini. Sesaat ku menatap wajah mungil itu, dengan kaos oblong dan celana kolor putih dengan gambar dora emon di depannya, plus sepatu kets belel, lengkap dengan gitar kecil di tangannya. Wajah itu nampak tersenyum ceria, tak peduli laju bus yang sering menghentakkan tubuh mungilnya, sosok kecil itu mulai bernyanyi membawakan lagu Pecinta wanita-nya Irwansyah yang sedang hit itu. Dengan gaya Pe-de nya sosok kecil itu seakan merasa menjadi sang penyanyi yang sedang menghibur para penggemarnya. Bahkan dia pun tak terganggu dengan penumpang yang turun naik, dia begitu menghayati lagu yang di nyanyikannya. Tak sadar aku tersenyum-senyum melihat gayanya yang lucu.

Aku memang pecinta wanita tapi ku bukan buaya, yang setia pada selibu gadis ku hanya mencintai dia
Aku memang pecinta wanita yang lembut seperti dia

Lagu itu mengalir dengan mulus dari mulut mungil itu, bukan syair lagu itu yang aku suka tapi wajah polos seakan tanpa dosa, dan tanpa beban sedikitpun, ku lihat wajah itu begitu ceria, dalam hati ku berharap dia menyanyikan satu lagu lagi, tapi harapku berakhir saat dia melangkah menghampiri para penumpang dengan kantong plastik butut di tangannya, ingin sekali ku bisa bercerita dengan sosok itu, tapi dia cepat berlalu dan aku hanya bisa menatap langkah kaki mungilnya meninggalkan bus kota yang aku tumpangi.

Seiring langkah kaki kecil yang menghilang di ujung jalan, aku merenung mengapa aku harus sejutek ini pagi ini, mengapa aku harus bermalas2an, bahkan aku enggan tersenyum dengan sahabat2ku di kost saat mau berangkat tadi. Bocah kecil itu seakan menyadarkan aku betapa berartinya semangat dalam hidup ini. Benar bahwa bocah itu tak tahu banyak tentang mimpi, tak tahu banyak tentang masalah, tapi aku yakin bocah itu tahu banyak tentang pahit nya hidup di jalanan, bocah itu juga banyak belajar tentang kerasnya hidup sebagai penyanyi jalanan, bocah itu pun juga harus mengesampingkan egonya tuk bisa bermain bersama teman2nya, tuk menikmati indah masa sekolah, tuk bisa duduk manis di depan TV bersama orang tuanya, tuk bisa bercanda ria dengan kakak2 nya. Tapi dia begitu tegar, bahkan tak terlihat sedikitpun kesedihan di wajahnya, bukan karena dia tak punya keinginan, bukan karena dia tak punya mimpi tapi karena dia sanggup mengahadapi kenyataan hidupnya, dia sanggup menjalani hari ini penuh dengan senyuman, bahkan sanggup membuatku tersenyum bahagia. Ya Robb betapa bodohnya aku…apa yang bisa ku lakukan dengan kemalasanku?, apa yang bisa ku lakukan dengan kerapuhanku? Apa yang bisa kulakukan dengan penyesalanku?, aku telah menjadi seorang pecundang, yang takut menghadapi kenyataanku, aku telah menjadi seorang pengecut yang ingin berlari dari masalahku. Apa yang bisa ku lakukan dengan menjadi seorang pengecut seperti ini? Sementara, di depan sana banyak gelombang yang harus ku arungi, banyak jurang yang harus ku lalui ataupun banyak gunung yang harus ku daki, akankah aku berlari menyembunyikan diri, menghindari kenyataan hidupku, bersembunyi di balik topeng ketegaranku, padahal jiwa ini rapuh, lemah dan luruh.

Bocah itu telah mengajarkan aku, betapa dia yang begitu polos mampu membahagiakan orang lain, betapa dia yang masih begitu muda sanggup menahan kesedihan dirinya, lalu apa yang telah aku lakukan?? Manfaat apa yang telah aku tebarkan? Kebaikan apa yang telah aku lakukan? Nothing...!!, ternyata aku hanya sosok yang rapuh dan cengeng, aku hanya sosok yang egois yang tak peduli dengan lingkunganku, aku hanya sosok pengecut yang ingin berlari dari kenyataan hidupku.

Ya Robb..terima kasih kau pertemukan aku dengan sosok kecil itu yang sanggup mengukir senyum bahagia di wajahku pagi itu, aku tahu kesedihan yang di simpannya, aku tahu keras kehidupan yang di lalui bersama puluhan anak jalanan lainnya, jika kelak aku tak sanggup membuat mereka tersenyum maka jangan biarkan aku tertawa diatas kesedihan mereka. Jika aku tak sanggup mengulurkan tanganku tuk meraih mereka, jangan biarkan aku membuat luka di hati mereka. Robb..maafkan aku yang bodoh, sayangi mereka yang tak sanggup ku rengkuh, lindungi mereka yang tak bisa ku raih. Maafkan diri ini yang banyak melukai hamba-hamba Mu, yang tak sanggup memeluk mereka saat mereka terluka, yang tak sanggup membuat mereka tersenyum saat mereka menangis. Maafkan hamba yang tak berguna yang hanya sibuk memikirkan diri ini.

Alzrie

:: Cinta O..Cinta ::


Jingga..aku lagi sedih neh, kenapa yah hatiku resah gini?
Aku mengalihkan sejenak pandanganku dari layar computer ku, ku lihat Cinta sedang terpekur di tempat tidurku, dengan dua tangan menyangga dagunya.
“Ada apa seh Cin, perasaan sedih mulu, hidup tuh tuk di nikmati, gitu aja koq repot” jawabku cuex sambil meneruskan ketikan data base organisasi yang jadi PR ku untuk besok. “Yee..gitu amat seh, ga usah muna deh pasti kamu juga pernah ngerasain khan? Huh..sok banget seh.” Jawabnya manyun sampai mirip Omas tuh bibir hikhik
“Ya iyalah (sambil menirukan gaya Indi Barend hehe) yang ga ngerasain resah, sedih tuh hanya orang mati, ya namanya hidup tuh penuh warna, ya senang, ya sedih, ya susah, That’s life girl, so Enjoy aja lage..”
“masalahnya bukan gitu Jingga? Masalah ku tambah akut neh”
“Gubragg, mang penyakit getu akut??? Wah harus cepet di obati tuh Cin, ntar aku ga bisa ketemu kamu lagi deh, jangan Cin...Duuh...aku kan masih pingin ketemu sama kamu hehehe” ledekku membuat muka cinta kian bersungut-sungut
’Plizz deh Ngga, aku serius neh..Curhat Dunk”
”Ehm..siap Boss..silakan di mulai pengakuan dosanya... hahaha”
”pernah ga seh kamu suka sama seseorang, Ngga??”
Upsst..serta merta ku alihkan pandanganku ke arah Cinta, wah Gaswat, jangan2 neh anak bener2 dah kena tuh penyakit akut yang namanya Jatuh Cinta, Duh..bakal berabe neh urusan ”masih kasus yang sama ya?”
” ya gitu deh..” jawabnya lirih.
Seiring selesai tugas ketikanku aku pun mendekat ke arah Cinta, ntah sudah berapa lama sahabatku ini terpuruk dalam masalahnya itu, bahkan sudah hampir di titik jenuh aku menasehatinya tapi Nihil, semua hanya comes and goes by gitu aja. Tapi sebenarnya masalah perasaan bukan masalah yang sepele karena ini bisa berimbas ke mana-mana, liat aja penampilan dia tiap hari dah kayak ayam potong, kusem tak bersemangat, maunya bengong melulu. Uhh..separah inikah virus akut yg bernama “love” itu kalau sudah berjangkit hinggá mengalahkan segala nalar logika, Uhh..kalau aku boleh memilih seh, aku ga mau deh terjangkit selama-lamanya..hihii.

***
“Ngga..aku menyukai seseorang..”
“ o ya? Ehm..kayaknya baru ini neh aku dengar tuan puteri jatuh hati, siapakah gerangan pangeran pujaan? Apa susahnya..ya ungkapkan aja ama MR, trus proses trus klo cocok…”
“dengerin dulu..!! jerit Cinta setengah berteriak melihat aku yang nyerocos
”itulah Ngga, aku juga ga ngerti, aku jadi bodoh begini, nalarku seakan ga jalan, logikaku kandas”
“maksud Loe?”
“dia dah punya Istri Ngaa?”
“Hahhh???? Apa Cin?? Aku ga salah denger ya? kamu Ngigau ya Cin?? Tanyaku mlongo seperti sapi ompong, ntah bagai sambaran petir, atau seperti dongeng cinderella (ga nyambung ya?? Biarin Hwekk) yg jelas ini hal yang surprise banget. Bayangin Guys..Cinta tu temen baikku, dia tuh Akhwat and bisa di bilang aktivis, koq bisa-bisanya kejerat sama seorang yang sudah beristri, hinggá aku berimaginasi seistimewa apakah laki-laki itu? Seperti Brad pitt, Keanu Reaves, Tom Cruise atau seperti Sammy Yusuf, atau malah kayak Tukul Arwana Hwekekekeek

“ ceritanya panjang Ngga, awalnya aku hanya berteman di dunia maya, dan aku ga tahu klo dia sudah beristri karena dia memang tidak pernah cerita”
“Yah Cinta…you are too young in this Wild World’’
“iya…aku tau aku salah, bahkan dari awal aku menjalin hubungan teman aja sudah salah, tapi ini bener2 cobaan banget Ngga, dia tuh sahabat yang baik,enak di ajak ngomongnya dan selalu nyambung makanya aku seneng berteman sama dia”
“so you just ignore that it’s not recommended to have such relationship?”
“yup…even aku ga menyadari kalau dia telah bohong sama aku, dan aku juga tak bisa marah ketika dia berterus terang akhirnya“
“then?he knows your feeling?”
“Iya, bahkan berniat tuk taaruf beneran dan menikah”

Sejak itu aku sering memperhatikan Cinta, memang ada hal-hal yang berubah, seperti lagu kesayangannya yang dulu Nasyid, terkadang harus di ganti dengan lagu-lagu Mellonya Melly, malam2 yang biasanya kami lalui dengan tawa kadang harus hilang karena Cinta lebih suka mengunci pintu kamar. Tapi ada juga hal yang positive, aku jadi sering denger cinta menangis tengah malam. Aku dengar ketika dia merintih, memohon kepada Sang Pemilik hati agar di hindarkan dari segala rasanya. Cinta tetap aktiv di berbagai kegiatannya, dan aku cukup salut dalam situasi hati yang ”broken Heart” Cinta selalu mengisi harinya dengan hal yang bermanfaat. Tapi ternyata cobaan itu tak begitu saja berlalu, Cinta adalah type yang idealist, dari awal perkenalanku baru kali ini dia bercerita ketertarikannya pada seorang Ihwan, dan baru kali ini pula aku mendengar dia ingin mengakhiri masa sendirinya itu dengan ihwan pilihan. Tapi benarkah ini yang harus jadi pilihannya??, di balik proses yang tidak murni lagi Cinta mungkin akan melukai banyak orang, Keluarga Ihwan itu juga keluarganya, dan haruskah keputusan itu diambil diatas derita banyak orang demi mempertahankan egoisme pribadi? Di samping kemurnian niat pun telah ternodai. Mungkin bukan lagi karena mencari teman perjuangan seperti yang dia impikan tapi lebih pada mencari penanggung jawab dari perasaan yang dia miliki. O Cinta..dimana kau letakkan Dia dalam keputusanmu?? Mengapa semua begitu mudah meluluhkan ketegaranmu??

***
”Ngga.., apakah aku punya pilihan lain?”
“ tidak Cin, kamu hanya punya dua pilihan..Menikah dengan nya atau lupakan dia”
“bagaimana seandainya aku memutuskan untuk menikah dengannya?,”
“being the second-one?”
“yup, kenapa? toh ga di larang kan?, dalam hal materi dia cukup mapan untuk itu, dan dia juga punya background agama yang baik”
”dan kamu yakin dia bisa adil gitu??? Cinta, kamu ga bisa begitu mudah menggunakan hukum tuk melegalkan keinginanmu, banyak hal yang harus kamu pertimbangkan, sekarang bayangkan kalau kamu dalam posisi istri pertamanya, tiba-tiba suami kamu tertarik sama wanita lain dan ingin menikahinya, apa yang kamu rasakan? Pastinya sakit Cin, ga mudah untuk menerima itu semua, apalagi dengan dalil yang hanya karena suka, Huhh..suatu hal yang tidak adil.”
”tapi ini juga ga adil buatku Ngga?, kamu tau ga Ngga, aku tersiksa dengan semua ini, aku hanya menyimpan perasaanku sendiri, dan aku juga tidak menginginkan perasaan ini ada di hatiku, dia begitu saja hadir hinggá membuatku seperti kehilangan arah, Ngga..ini yang pertama buatku, aku ga mau terus2an zina hati dengan selalu mengingatnya..”
Ku belai rambut Cinta dengan penuh kasih aku mengerti kesedihan yang di rasakannya. ”kamu masih punya banyak pilihan Cin, tapi tidak dengan Istrinya, kamu masih punya banyak waktu untuk menemukan sosok lain yang mungkin jauh lebih baik dari dia, tapi Istrinya hanya punya dua pilihan, menerima dengan rela atau dengan derita.”
”cinta itu tidak egois Cin, dia memahami, dia mengerti, dan dia rela berkorban, itulah cinta sesungguhnya. Yang kamu rasakan mungkin juga cinta tapi yang di balut oleh nafsu dan emosi ingin memiliki” ku saksikan mata air itu mulai memancar dari telaga bening milik Cinta, ku memeluknya erat, tak kubayangkan godaan ini akan menimpa sahabatku yang baik dan selalu aktif di kegiatan social keagamaan ini. Mungkin benar seseorang akan di uji sesuai dengan kadar keimanannya.
”trus, apa yang harus aku lakukan Ngga?, aku benar-benar menyukainya..”
”Cintaku, sayangku negeriku, love-loveku...kamu tuh masih muda, kamu cerdas, kamu cantik, kamu ingin selalu bisa bermanfaat bagi yang lain, jangan biarkan perasaan itu menghancurkan mimpimu, cita-citamu, aku sangat yakin banyak ihwan yang ingin menyandingmu di luar sana, banyak orang yang menanti kepedulianmu. So..open your eyes girl, banyak yang bisa kita cintai di luar sana, mereka yang papa, mereka yang lemah. Bukankah itu yang selalu kau cita-citakan?.” cinta mengangguk perlahan. ”jangan bosan tuk selalu memohon padaNya, agar di hindarkan dari cinta semu, cinta karena keelokan rupa, cinta karena harta dunia, dan cinta yang membuat kita jauh dari-Nya, aku yakin kamu bisa menghadapi semua ini, hanya butuh waktu”
”jadi aku harus menghindrinya Ngga??, aku harus melupakannya?” tanya Cinta dengan wajah bodoh danmemelas
”kecuali kamu mau jadi istri keduanya, dan menancapkan duri di hati istrinya” jawabku lugas
”tapi gimana kalau Istrinya mengijinkan kami menikah?”
”huuh..bandel amat seh neh anak” tak pelak ku cubit pipi Cinta gemas ”mana kamu bisa menembus hatinya yang begitu dalam? Bagaimana kalau ternyata kamu menyebabkan dia sangat menderita? Apa kamu ga akan menyesal nantinya? Kamu pasti ga tega khan Cin, membiarkan orang lain terluka karena kamu?”
”tau ga kenapa, aku sangat ingin kamu mundur?? Karena proses kamu dari awal itu dah ga syar’i, alasanmu pun ga Syar’i, tujuan menikah itu untuk ibadah, mengabdi bukan melampiaskan keinginan semata apalagi dengan memaksakan keadaan seperti itu”

***
Pagi ini ku lihat Cinta tertawa ceria bersama adek-adek di yayasan Latansa. Seperti biasa dia mengajar dan bercanda bersama adek-adek yayasan ini. Itulah Cinta, dia Sangat mencintai anak-anak, dan bercita-cita mempunyai panti asuhan sendiri kelak. Pagi ini ku lihat dia lebih ceria, dan Kabut di matanya perlan-lahan sirna.
“Cin dah pantes tuh jadi Ibu?” Candaku ketika melihatnya sedang bercerita dengan Dinda, adek asuh di yayasan Ibu Ita.
“yee..pantes seh pantes, yang mau di ajak mantesin Belum ada” jawabnya sambil mengedipkan sébelah matanya.
“Hmm…masih mau jadi second wife..?? godaku
“ ga ah…aku banyak merenung akhir2 ini, kamu benar Ngga banyak hal yang bisa ku lakukan dari pada memikirkan perasaan ini, aku begitu bahagia bersama mereka, aku masih punya banyak kebahagiaan selain memilikinya..”
“Hm..bener neh?? klo Istrinya ngijinin gimana? Hahahahah
“Jinggaaaaaaa!!!! Teriak CInta sambil mencubitku.
“ye beneran neh??” tanyaku mendesak
“iya, aku dan dia sudah membuat keputusan tidak bisa meneruskan langkah itu, dan kami juga memutuskan tuk saling menjauh tuk sama-sama melupakan perasaan yang ada dan memperbaiki diri, aku ingin kembali seperti dulu Ngga, kembali ke niat awalku..doakan aku ya..aku benar2 harus berjaung untuk perasaan ini”
“Alhamdulillah, ..Insyaallah aku akan selalau berdoa tuk kebaikan mu because you are my best”
“ eh Cin..coba bayangin deh kalau mereka-merka ini anak-anak mu, tentu kamu akan bahagia banget khan, apalagi kalau suamimu setia dan sayang sama kamu’
“yee..koq aku mulu seh, kamu khan juga Ngga..”
“Stt..dengerin dulu..tapi tiba-tiba suamimu mau menikah lagi …gimana? Hahahhaha. Godaku sambil berlari menghindari dari Bogem Cinta.
“Ngga…udah deh Bantu aku tuk melupakan kisah sedih ini ya..I wanna Back to be I was”
“ok..ok, sorry ya aku hanya ingin kamu bahagia tanpa melukai kebahagiaan orang lain. Ok”
“ok..Thanks ya Ngga, Back me up Plizz”
Ya Robb..perjaungan ini begitu berat, perjuangan tuk menjaga hati dan diri kami, bimbing langkah kami dan hadirlah selalu dalam hati kami hingga kami tidak lagi terlena dalam cinta duniawi semata.

Alzrie

:: Di Jalan-Mu ku Ingin Menikah ::


Arum baru saja menyelesaikan sholat witir ketika Adzan Subuh Berkumandang, namun tiba2 dia hentikan sejenak sebelum sholat qobla Subuh karena HP nya berdering, sekilas melongok ke Handpone di mejanya sekejap rasa bahagia menyelimuti hatinya..”ibu..” , tapi tiba-tiba sambungan terputus, Arum memutuskan untuk menelpon Balik
:Assalmu’alaikum”
Wa’alaikumsalam”
“gimana keadaan ibu? Ibu sehatkah? “
“ibu sehat Rum , Cuma batuk Ibu aja ini belum sembuh-sembuh, Ibu kangen banget sama kamu, Arum sendiri bagaimana di Jakarta?”
“Arum Sehat Bu, Alhamdulillah baik-baik saja, Arum juga Kangen banget sama Ibu tapi Arum belum bisa pulang, Ibu sudah ke dokter?”
“sudah…ibu ga papa koq Nduk, kamu Nda usah kuatir”
“Bu..maaf ya Arum belum bisa kirim apa-apa lagi”
“Arum..Ibu ngerti, yang penting kamu sehat saja Ibu sudah senang, Nda usah mikir macam-macam pikir dirimu aja sendiri dulu”
“O ya Rum bagaimana dengan permintaan Ibu?”
Sesaat Arum tersentak, permintaan?? Perasaan Ibu ga pernah minta apa-apa, Cuma kemarin minta ganti Hp karena HP yang lama rusak dan sudah Arum belikan dan dititip sama Yanto sepupunya yang pulang kemarin”
“permintaan apa ya Bu?” Arum mencoba mengingat-ingat kalau-kalau dia lupa amanat Ibunya
“soal Jodoh kamu Rum”
Degg..Kata-kata Ibu membuat dada Arum berdebar Hebat, ntah kenapa setiap kali ibu tanya tentang hal ini, Arum selalu merasa dadanya bergemuruh tak tahu apa yang akan di sampaikan pada ibunya.
“O..Itu…Mohon do’a Ibu aja ya..mudah2an Arum di pertemukan Allah dengan jodoh Arum secepatnya”
“Arum..Ibu ini sudah tua, Ibu akan tenang kalau melihat kamu sudah mapan, punya suami”
“Arum tau Bu..Arum juga ingin bisa membahagiakan Ibu, jangan bosan do’a untuk Arum ya Bu..”
“iya..Ibu selalu berdoa buat kamu Nduk…tapi tolong ingat kata-kata Ibu ya..Jangan terlalu melilih yang penting dia baik”
“iya Bu…” Arum tak lagi bisa berkata seakan ada duri melintang yang menghalangi nya tuk bersuara, tak terhitung betapa sering Ibu mengingatkannya tentang satu hal ini, tak cukup Ibu, Mba Asih Kakaknya Yang di Sumatera tak pernah berhenti menjadi Wedding Alarm bagi dia.
Percakapan pagi itu berakhir dengan gundah di hati Arum…Kegundhaan akan kerinduan pada Ibunya juga, juga Amanah yang Belum jua dia tunaikan

“Ya Robbi…Pagi ini sekali lagi Ibu hamba mengingatkan hamba tentang amanah yang belum mampu hamba tunaikan. Ntah karena hamba Belum menemukannya atau karena keangkuhan di hati hamba..

Robbi…Seandainya Engkau menyiapkan jodoh Hamba Di dunia Ini, hamba hanya Ingin dia adalah seorang yang akan mengajak hamba berjuang di jalanMu
Hamba Hanya Ingin dia seorang yang hatinya di penuhi kecintaan kepadaMu, hingga dia ajarkan hanba untuk mencintaiMu, maka pertemukanlah kami….

Robbi…Hamba Sangat ingin membahagiakan ibu, berikan hamba kesempatan Ya Robb..Andai masih ada waktu berikan hamba kesempatan untuk membahagiakan hatinya, dengan memenuhi harapannya…
Robbi..berikan hamba keikhlasan dan keridhoan atas apapun yang Kau takdirkan untuk hamba..Amiin

Setitik airmata di sholat subuh Arum kali ini, membuatnya sedikit lega, seakan sesak di dada perlan-lahan berkurang setiap kali dia mengadu padaNya.

***
Rum gimana kabar Taaruf mu? Dah ada kemajuan? Tanya Lenda yang sedang sibuk membereskan laptop sehabis presentasi pertanggung jawaban program sore itu
”Aku mundur Len” jawab arum lesu
”kenapa lagi seh Rum? Kayaknya kamu tuh terlalu banyak kriteria makanya ga jadi jadi ”
”Len apa aku salah kalau aku menginginkan pasangan tebaik untuk dunia akheratku, mencari ayah yang baik untuk anak-anakku kelak??”
”tentu saja tidak salah Arum, tapi sudut pandang ”terbaik” mu itu mungkin yang perlu di tinjau lagi”
”maksudmu?”
”yah.. terbaik itukan proporsiaonal ga harus yang kasat mata memenuhi kriteriamu, tapi bisa jadi ada kekurangan dia yang bisa membuatmu lebih baik dan harus kamu terima, selama ini kamu banyak menolak bahkan untuk taaruf, untuk orang yang kamu anggap bukan kriteria ”Ihwan”, padahal siapa tahu itu ladang amal buat kamu, setiap kita khan da’i dan daiyah yang bisa saling mendakwahi dan mengingatkan, tak terkecuali jika kita punya kemampuan yang lebih baik dari suami, khan ga ada salahnya”
”Len aku belum cukup berani untuk mengambil resiko itu, suami adalah imam Len, aku ini masih labil, aku ingin seorang suami yang bisa membimbing aku lebih baik, Ilmu ku masih sangat terbatas wajar dong kalau aku ingin suami ku lebih bagus ilmunya dari aku”
”ya wajar seh Non, tapi tetep aja kurangi Kriteria, Hmm....memang yang kemarin itu kenapa?”
”Len coba bayangin aja deh, mang ada gitu ”Ihwan” yang hobinya main bilyard,??”
” hah?? Memangnya?”
”aku ga mau nyalahin moderator seh len, juga ga berpandangan klo itu hal yang sangat buruk tapi jauh banget gitu loh dari Misi aku..”
”membangun panti asuhan?? sekolah alam tuk anak Jalanan?”
”yup tuh dia.. aku butuh orang yang bisa mendukungku untuk semua itu”
”yaaaah...semua khan berproses Rum”
”memang Len, tapi tidak hanya Proses, sebelum ada proses harus ada awal khan?, setidaknya aku ingin menemukan bibit itu ada dalam diri calon suamiku, hingga aku bisa menyirami nya kelak tuk tumbuh subur bersamaku, menurutku menikah adalah mencari teman seperjuangan Len, jadi setidaknya harus menyamakan visi”
”Aaah kamu tuh terlalu diplomatis tau ga??”
”yee..Biarin...!!”

***
”Gimana kabarmu adekku?” suara kakaku yang khas terdengar lantang di sebrang sana
”baik Mba’ Alhamdulillah, gimana keluarga di sana, semua sehat kah?”
”Alhamdulillah semua baik2 aja Rum, o Ya Rum Akad nikahnya Deri dah di laksanakan kemarin, dan semua berjalan lancar”
”syukurlah, sebenernya sedih juga seh mba’, Arum ga bisa dateng”
”iya seh, dan kemarin waktu akad nikah nya Deri, Mba Inge dan Bulek Nie Nangis inget kamu Rum”
”Loh, koq..? mang kenapa mba’?”
”iya..waktu di rias si Deri sepupumu itu mirip sekali sama kamu, jadi semua pada inget sama kamu”
”Ooo...Gitu, masak seh, tapi tetep masih cantikan aku dikit khan mba’... hahaha,” candaku membuat mbak Asih sewot
”huh..Ge-er aja, cakepan kamu dikit, banyakan dia”
”Nah itu maksud Arum Mba’ hehehe”
”tapi ngomong-ngomong kapan kamu Rum?
Yah Mba’...itu lagi, itu lagi...nanti deh kalau Arum dah siap calonnya pasti Mba orang yang pertama Arum kabari setelah Ibu, Mba’ banyak-banyak doa aja buat Arum ya, mudah2an Arum di karuniai suami yang soleh mba’”
”Nah berarti kamu belum ketemu-ketemu juga toh sama si Soleh itu?”
”yah si Emba’, Si soleh anaknya pak Marjan seh tiap hari ketemu, maksud Arum suami yang soleh mba’ ku..”
”ah..terserah kamu ajalah yang penting jangan lama-lama Rum, umur kamu tuh udah lebih dari matang tuk berumah tangga”
”iya..iya..Arum tau koq, udah deh ganti topik ya?” bujuk arum dengan nada putus asa..

***
”Kakak..! kakak jangan banyak kriteria deh, yang penting agamanya baik udah, ga usah pertimbangan lagi, jaman sekarang nyari yang bener aja susah loh Kak...” kata Aisyah di sela-sela perjalanan ketika mengantar Arum pulang dengan motor Supra kesayangannya, hampir setiap minggu Arum ke rumah Aisyah tuk sekedar berbagi ilmu dengan adek-adek di rumah Aisyah, karena orang tua Aisyah ini mempunyai yayasan pendidikan untuk anak yatim dan keluarga pemulung. Arum sangat senang bisa bertemu dengan keluarga Aisyah yang sangat baik hingga dia bisa belajar banyak hal terutama untuk mewujudkan cita-citanya kelak. Tapi kadang jenuh juga dengan berbagai peringatan dari sahabatnya yang sudah di anggap seperti adek nya sendiri itu, Aisyah.
Ya..Mba’ Arum..malah kalau Okti ga punya kriteria, yang penting dia hanif walaupun ilmu agamanya kurang khan bisa belajar mba’ , asal ada kemauan aja untuk belajar, buktinya Okti ga banyak pertimbangan lagi ketika kak Dedi melamar Okti.” sambung Okti yang ga mau ketinggalan
”ya..iyalaaah..Kak Dedi khan agamanya bagus, rasa sosialnya tinggi, kerjaan mapan, tampang keren, mau cari apalagi kalau kamu nolak?’ sela Aisyah sewot.
”tapi bukan itu point nya loh..”
“ Ah..Teori.., dulu juga sering nolak ta’aruf khan? jawab Aisyah sambil nyengir.
Arum hanya terdiam melihat ulah sahabatnya itu, dia sama sekali tak marah atau tersinggung ketika mereka bilang, kakak tuh idealist, kakak tuh banyak milih, Mba’ tuh kebanyakan kriteria atau bahkan ketika ada yang bilang, Inget Rum kamu juga khan ga sempurna, dan memang no body is perfect, jadi jangan terlalu perfectionist lah..”
Berbagai ungkapan itu Arum terima dan di simpan lekat dalam memori otaknya sebagai tanda kasih sayang dan perhatian meraka padanya.
”Yah..bisa jadi mereka benar mungkin aku memang idealist, aku sok milih atau aku perfectionist..apapun yang mereka katakan tak salah dan mereka mang berhak mengatakan itu, karena memang kenyataannya sampai detik ini aku belum menemukan pasangan yang cocok tuk menemani sisa hidupku, tapi betapapun dekatnya mereka denganku, betapapun sayang mereka padaku, mereka tak akan bisa mengambil tanggung jawabku, aku yang akan bertanggung jawab atas apapun pilihanku ” bisik arum dalam hati, dengan langkah gontai ia menyusuri gang kecil menuju rumah kostnya...”Ah..sudah tak pantaskah aku hidup sendiri?” Tanyanya dalam hati sendiri, setitik airmata tak kuasa ia tahan lagi.

***
Malam ini jarum jam dah bertengger di angka 12.00, tapi Arum belum juga bisa memejamkan mata, libur seharian ini di isi dengan berkhidmat di Pelatihan leadership dari Rohis, dan tugasnya sebagai Class Leader pun sukses, juga tak ketinggalan canda tawa dengan sahabat-sahabatnya yang selalu mengisi hari-harinya dan seakan selalu meneguhkan langkahnya. Namun malam ini terasa begitu sunyi bagi Arum, gelisah itu merayap si kisi hatinya, mungkinkah semua itu kerena kabar dari beberapa sahabatnya yang dia terima tadi siang, Okti sudah jelas bulan depan akan menikah dengan kak Dedi, Lenda minggu depan mau Khitbah, Indah juga minggu depan khitbah, Nadya, Umi, Reni, semua sedang proses taaruf. Ach..bukankah itu seharusnya kabar gembira bagi Arum, tapi kenapa justru dia merasa sedih. Apa karena rasa kehilangan, atau merasa tak lagi ada teman yang sendiri? Arum sadar betul bahwa waktu tak akan pernah kompromi meranggas habis usianya, bahkan mungkin keremajaannya, di usianya yang sudah menginjak seperempat abad tentu saja kegelisahan tentang itu ada, hanya saja masalah jodoh bukan hal yang sepele bagi Arum, tak bisa asal tembak atau asal pilih, mungkin karena itu pula cap”idealist” itu kini di sandangnya.

Makalah tentang ”future projectnya” tak bisa dia teruskan tiba-tiba saja semua hilang dari otaknya, ntah tulisan apa yang akan di tuangkan lagi dalam makalah itu, sementara dia masih berkutat di depan laptopnya, tak sadar jari-jari itu menari di atas key board dan menuliskan sebuah puisi yang sebagian dia sadur dari isi cerpen di majalah Annida yang kemarin di bacanya, mungkin karena isi puisi itu bisa merepresentasikan apa yang dia rasa hingga dia hafal setiap kata dan menuliskan dalam buku harian di laptopnya....
Kepada Calon Suamiku….
Usiaku hari ini bertambah setahun lagi.
Seperempat abad sudah. Alhamdulillah. Kuharap, tahun-tahun yang berlalu, meski memudarkan keremajaanku, namun tidak akan pernah memudarkan ghirah Islamiah yang ada. Mudah-mudahan aku bisa tetap istiqamah di jalan-Nya.
Gelar sarjana telah aku raih setahun yang lalu, kini aku sedang banyak belajar mulai dari beorganisasi, kepemimpinan sampai memasak dan, cara bergaul dengan anak, untuk menambah khasanah ilmuku hingga kelak aku bisa mendampingi dirimu sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dan bisa menjadi Istri tempat mu berbagi segala hal .
Alhamdulillah, sekarang aku lebih bisa berkonsentrasi untuk memperbanyak ilmu agamaku, sedikit-sedikit aku belajar menghafal ayat-ayat cintaNya, juga aku mulai belajar bahasa syurga, bahasa yang dulu ku anggap tak lebih penting dari bahasa inggrisku, kini aku berusaha keras untuk menguasainya. Aku juga sedang mengkoleksi banyak makalah dan belajar berbicara di depan umum, semoga suatu saat terwujud cita-citaku tuk bisa ikut terjun berdakwah bersamamu.
Calon suamiku….
Aku maklum, bila sampai detik ini kau belum juga hadir. Permasalahan yang menimpa kaum muslimin begitu banyak. Kesemuanya membentuk satu daftar panjang dalam agenda kita. Aku yakin ketidakhadiranmu semata-mata karena kesibukan dakwah yang ada. Satu kerja mulia, yang hanya sedikit orang terpanggil untuk ikut merasa bertanggung jawab. Insya Allah, hal itu akan membuat penantian ini seakan tidak pernah ada.
Calon suamiku….
Namun jika engkau memang disediakan untukku di dunia ini, bila kau sudah siap untuk menambah satu amanah lagi dalam kehidupan ini, yang akan menjadi nilai plus di hadapan Allah (semoga), maka datanglah. Tak usah kau cemaskan soal kuliah yang belum selesai, atau pekerjaan yang masih sambilan. Insya Allah, iman akan menjawab segalanya. Percayakan semuanya pada Allah. Jika Dia senantiasa memberikan rizki, padahal kita tidak dalam keadaan jihad di jalan-Nya, lalu bagaimana mungkin Allah akan menelantarkan kita, sedangkan kita senantiasa berjihad di sabil-Nya?!
Banyaklah berdoa, Calon Suamiku, di manapun engkau berada. Insya Allah, doaku selalu menyertai usahamu.
Wassalam,

Adinda
NB: Ngomong-ngomong, nama kamu siapa, sih?

Seiring kalimat terakhir puisi itu Arum tak bisa lagi menahan kantuknya hingga dia tertidur di meja belajarnya.

***
“namanya Fauzi kak..”
“Fauzi, siapa dia dek? Tanya Arum pada Aisyah
“ yah..ihwan yang mau taaruf sama kakak itu anak nya temen ayah namanya Fauzi, kali ini kakak ga bisa nolak deh”
“tapi dek..kakak khan…”
“udah yang penting taaruf aja dulu, Insyaallah Ihwan banget deh kk, mudah2an cocok sama selera kakak hehehe”
“yeee…sok teu loh dek ..” jawab arum sambil mencubit pipi aisyah, yah Arum akan mencoba, Arum tak akan putus asa tuk selalu mencoba sampai dia menemukan pangerannya. Who knows Fauzi adalah pangeran yang Allah persiapkan untuknya??


Jakarta, 310507
Zrie

:: Antara Dua Hati ::


Antara Dua Hati

Sudut Bus Malam
Sejak sore kemarin aku berada dalam bus Ac ini, sendiri berada dalam bus memang hal yang membosankan, tidak ada teman bicara hanya menambah kesunyian hati. aku lemparkan pandangan ke luar, ku perhatikan pepohonan yang hijau yang seolah mengerti kegundahanku, ku lihat juga fatamorgana yang ada di depan, seolah bisa di jangkau, tapi jauh ketika hendak di sapa. Aku larut dalam lamunan dan sejuta hayalan di masa lalu, aku berandai-andai sendiri penuh penyesalan, luka, pedih. Sesekali juga bahagia, jika teringat episode lucunya. Sekali lagi kata-kataku terhenti ketika mengingat kalau hal itu akan sulit untuk ku lanjutkan, baik bagi diriku pribadi ataupun bagi dirinya, O mengapa semua ini harus ada? terlintas sesosok bayangan maya yang akhir-akhir ini mengisi ruang hatiku, menikam erat di dinding kalbu, kalau saja dia tidak pernah hadir dalam duniaku, mungkin aku tidak seberat ini untuk menerima tawaran orang tuaku, mungkin aku dengan gampangnya mengatakan iya kepada mereka, aku tidak tahu pasti apa jawabanku nanti ketika bertemu dengan mereka.
Perlahan siang mulai menyapa malam, ku perhatikan dari jendela bus, matahari perlahan-lahan meninggalkanku dalam gelap, seperti gelapnya hatiku saat ini. “Ah… Robb, aku tidak punya tempat untuk mengadu selain kepada-Mu, aku juga tidak punya tempat untuk mengeluarkan semua isi hati selain kepada-Mu, dan aku yakin semua ini adalah takdir yang telah Kau tetapkan untukku, aku yakin cahaya itu akan datang menemuiku” itu bagian lirih doa hatiku. Bus terus melaju sementara penumpang yang lainnya hanyut dalam mimpi indah.

Sudut Rumah Tua
Sepuluh tahun yang lalu aku di sini, terakhir ketika aku masih SD, tanpa terasa kini usiaku jauh menginjak remaja, bahkan bisa di katakan dewasa, ada rasa malu kalau-kalau ketemu teman lama yang sudah berkeluarga, atau sudah punya buah hati. “Fen…, kapan sampai dari Jakarta? Wah sudah jadi orang penting ya di sana, ajak-ajak dong”, “tadi pagi Rin…”, aku merasakan suasana akrab padahal sudah 10 tahun tidak bertemu dengan Rini, temanku waktu di SD dulu. Aku sedikit kaget melihat Rini menggendong anak kecil, dan satu laginya memegang tangan kanan Rini. “Sudah berapa anakmu Rin?”, tanyaku polos, “baru dua Fen, ini yang paling besar 2 tahun, Ali namanya, ini yang kecil baru 7 bulan, Aisyah” papar Rini dengan wajah sumringah seakan memaparkan kebahagiaan yang dia miliki bersama keluarganya. ”Wah nama yang bagus, nanti main kerumah ya”. Aku terus berjalan menuju rumah tua itu, tempat aku di besarkan. Sekali lagi aku dikejutkan dengan sapaan seseorang, “Fen…, kapan sampai? Ruri juga teman SD ku. “Wah udah jadi orang kota ya sekarang, tidak seperti kami, masih di sini saja, anak desa, mm..suami mu mana Fen?? Deggh…, aku kaget setengah mati, sedikit gagap ku jawab sembari menutupi gundah di hati “Masih di Ujung Rur...Di ujung Doa hehe, jawabku berusaha mencairkan suasana hatiku , do’akan aja ya”.
Memang sangat berbeda kehidupan kota dengan di desa, di sini gadis seusiaku sudah terbilang langka, bahkan adek kelas ku yang lima tahun lebih muda saja sudah duluan menikah, mungkin itulah alasan mengapa mereka selalu menjadi Wedding Alarm untuk gadis-gadis seusiaku.
Rasa senang terselip di hati walau bercampur gundah gulana.10 tahun bukan waktu sebentar, tapi seolah baru kemarin saja aku meninggalkan mereka, dan kini aku masih menerima suasana kampung ku yang akrab seperti ini. Aku memang sangat jarang pulang ke kampung ini, karena semenjak SMP aku meneruskan sekolah di Padang dan kemudian Kuliah di Jakarta. Setahun yang lalu Ibu masih tinggal bersamaku di Jakarta, waktu itu ibu masih bersikeras tuk mendampingiku yang masih kuliah sambil berjualan di warung kecil yang kami sewa, dan akhirnya ibu pulang ke kampung atas permintaanku. Sungguh aku tak ingin Ibuku menuai hari tua di kota yang penuh dengan perjuangan itu. Aku ingin ibu benar-benar bisa istirahat di kampung halamanku ini, walau kami jadi jarang ketemu tapi aku berjanji akan sering mengunjunginya, dan tak jarang ibu yang datang ke tempat kost ku di Jakarta.

Sudut Dua Mata
“Assalamu’alaikum….. assalamu’alaikum…..”, belum terdengar sahutan, pintu rumah tidak di kunci, aku langsung saja masuk menuju dapur, ternyata ibu sedang memasak, “Assalamu’alaikum ibu”, “Feni…,? Kok gak kasih kabar dulu, kan bisa di jemput”, Tanya ibu kaget dan langsung memelukku, dengan penuh cinta ku cium tangan Ibu. Tak terasa bulir bening mengalir di pipiku, ketika menatap wajah lembut dan penuh kasih itu, rasanya sangat tak tega mengecewakan apalagi menyakitinya, wajah tulus yang selalu kurindukan, bahkan sangat ingin hati ini membahagiakannya “Sengaja bu, biar ibu tidak repot-repot”. Jawabku sambil menurunkan tas ransel ku, dan mengeluarkan oleh-oleh kesukaan Ibu“o ya Gimana Fen tentang tawaran dari ibu, udah di pikirkan matang-matang belum? ibu dah ga sabar pingin denger jawaban Feni“ , “duh ibu…. Feni kan baru sampai, nantilah ceritanya”. Balasku pelan seraya menuju kamar mungil yang udah lama ku tinggalkan. “Kemarin ibunya Fahmi datang lagi Fen, menanyakan jawaban Feni, ya ibu jawab saja, kalau Feni sekarang masih sibuk dengan pekerjaannya jadi belum bisa membuat keputusan, dan ibunya Fahmi berharap besar dengan Feni, kalau ibu seh terserah Feni saja, bagi ibu yang penting Feni bahagia, itu sudah cukup bagi ibu”. Suara Ibu yang biasanya meneduhkan hati ku itu sesaat terasa seperti genderang yang memekakkan telingaku, bahkan kepalaku mulai berdenyut, aliran darahku seakan bergerak semakin cepat, O Ibu seandainya engkau tahu kebimbanganku “Iya bu… tapi nantilah kita lanjutkan ceritanya ya…, Feni kan masih capek bu,Feni Istirahat dulu ya Bu“. “Iya, maafkan Ibu..Ibu terlalu Gembira melihat kamu pulang“ Ibu membelai lembut pipiku, aku hampir saja tak kuasa menahan Airmata yang membendung di sudut mataku, Aku memahami kata-kata ibu barusan, ibu sebenarnya bukan hanya ingin aku cepat menikah, tapi juga ingin dengan orang yang sekampung denganku, karena dengan demikian, aku akan bisa menghabiskan hari-hari di kampung bersama ibu, usia ibu sudah 55 tahun, kapan lagi aku akan berbakti pada ibu, Spontan aku teringat kembali dengan sosok itu, aku tidak tahu kenapa aku harus berharap padanya. Dia sahabatku, dia bahkan telah menjadi seorang kakak untuku, dan betapa berat ketika aku harus menerima kenyataan dia menjatuhkan pilihan nya lebih dulu dariku, hatiku benar-benar pedih aku merasa sangat kehilangan. Mengapa baru saat ini aku sadari, saat aku tak mungkin mengungkapkan semua. “Fen, Alhamdulillah kakak sudah menemukan pilihan hati kakak, Insyaallah Bulan depan kakak akan menikah, doakan ya..!“ kata-kata kak Fandi bagaikan petir di siang itu, hatiku terasa begitu sesak mendengarnya, Kak Fandi bahkan tak pernah cerita sedang taaruf, atau dekat dengan seseorang, dan tiba-tiba...
Kak Fandi adalah sahabat yang baik, bahkan ku anggap seperti kakak ku sendiri dia mengajarkan aku banyak hal dan sering membantuku dalam kesulitan tapi kebaikannya tak lebih dari kasih sayang seorang kakak kepada adiknya, aku pun tak menyangka kalau perasaan itu telah berubah dengan sendirinya di hatiku, dan aku baru menyadari ketika Kak Fandi menjatuhkan pilihannya, terasa perih sekali hati ini. Ya Robb apa yang ku rasakan? Harusnya aku bahagia di atas kebahagiaanya, harusnya aku senang karena dia telah menemukan teman perjuangannya. Harapanku telah pupus bersama pupusnya senyumku sore itu. “Kak afwan ya..aku ga bisa datang dipernikahan kakak nanti, karena ada tugas diluar kota yang ga bisa di tinggalkan untuk beberapa Minggu, semoga di beri keberkahan..“ itulah pesanku terakhir sebelum ku putuskan tuk tidak menemuinya lagi. Bahkan aku tak menghadiri hari yang sangat istimewa buatnya. Aku sungguh tak kuasa menahan pedihnya hatiku, aku tak mengerti kenapa aku sangat merasa kehilangan. Tak kuhiraukan kebingungan Kak Fandi dengan perubahan ku.

Sudut Kamar Mungil
Dalam kamar ini dulu aku tidur bersama kakakku, sekarang kakakku tinggal di Semarang, ikut suaminya, tapi sekalipun di Semarang kakak sering berkunjung ke kampung menjenguk ibu. Sejenak ku kenang masa kecilku, penuh liku suka duka bersama ayah dan ibu sewaktu ayahmasih ada. Banyak kenangan yang telah terukir, banyak nostalgia yang masih terngiang di kepala andai mereka semua tahu apa yang terjadi padaku saat ini. Ya Allah kenapa aku berada di antara dua hal yang sulit untuk ku putuskan, antara dua hati yang pernah memberiku nasehat tentang hidup, antara dua hati yang selalu saja membuatku berarti juga kadang kecewa. Antara dua hati yang mengajarkan aku semakin kenal baik dengan diri ini. Ya Allah, kali ini aku tidak ingin mengecewakan ibu, aku ingin berbakti pada orang tuaku, aku ingin melihat mereka dan keluargaku bahagia, aku tidak ingin mengikuti nafsu yang sedang bermain dalam hatiku. Tapi…. duh Robb, bagaimana…. Engkau yang tahu semuanya, sungguh sulit hati ini untuk memutuskan, akankah ku kecewakan ibu tuk kesekian kalinya, atau aku hentikan anganku dan berusaha menjadi istri yang terbaik bagi suamiku. Selang dua rakaat shalat istikharah, aku tertidur di atas sajadahku.
“Fen, bersabar itu baik,.… bersyukurlah dengan nikmat Allah ini, kenapa harus menunggu orang yang sudah tidak di takdirkan untukmu, kenapa Fen….,. Apakah Feni akan selamanya seperti ini, tenggelam dalam angan yang tak pasti, Ingat Fen waktu akan terus bergulir menggilas siapa saja yang tak siap dengan kenyataan, dan tak ada toleransi dengan penyesalan. Apa yang feni pikirkan adalah bisikan syetan semata, karena memikirkannya pun suatu dosa, dia bukan hak mu Fen, dia bukan siapa-siapa.
”tapi Vi..sulit sekali melupakan perasaan ini, aku juga ga tahu mengapa aku berharap dia yang menjadi calon suamiku, bukan pilihan ibu..”
”Feni sayang, apa yang kita anggap baik belum tentu baik buat kita, begitupun sebaliknya. Fandi bukan siapa-siapa, dia cuma manusia biasa fen, tak pantas untuk kau kagumi seperti itu, kagumilah Dia yang memberikan segala kelebihan padanya, dan Fandi sudah menentukan pilihannya dan itu bukan kamu. Masih kah kamu pertahankan perasaan yang kamu simpan itu?
”Vi, aku ngerti, Kak Fandi takkan pernah memilihku, tapi tidak dengan hati ini Vi, aku takut nanti mengecewakan suamiku karena tak bisa mencintainya dengan tulus, karena di hatiku masih ada orang lain.
”Allah akan menolong orang yang bersungguh-sungguh menolong agamanya, Niatkan semua karena Allah, niatkan mencintai karena Allah, yakinlah Dia akan memilihkan yang terbaik untukmu. Kekaguamanmu pada Fandi hanya kekaguman fisik yang kasat mata, sementara banyak hal yang tidak mampu kita lihat, jika Allah tidak menakdirkan dia untukmu mungkin dia bukan yang terbaik ...”
Feni yang baik percayalah… Feni pasti bisa”. Tiba-tiba aku tersentak dari tidur, ku lihat masih pukul 2.30... Astafgfirullah mimpi apa aku barusan, apakah ini jawaban dari shalat istikharahku, ya Allah… aku bermimpi bertemu Vivi sahabatku yang sedang kuliah di Sudan dan memberikan nasehat padaku, apakah mimpi barusan petunjuk untukku? Benarkah ya Robb? Benarkah sudah saatnya bagiku untuk maju dan tidak menoleh ke belakang lagi? Benarkah semua ini harus ku hadapi dengan perasaan yang masih bimbang? Benarkah aku bisa melupakannya begitu saja? Benarkah aku akan bisa diam dan membuang perasaan itu jauh-jauh dari hidupku? Benarkah aku akan bisa melakukannya? Duh Robb… ampuni hamba.

Sudut Dua Hati
“Fen.. udah bangun nak?? Ibu memanggilku dari luar kamar, udah jam 6”. “udah bu…” aku menyahut dari dalam sambil membuka pintu kamar. “Bu insyaallah bu…” “insyaallah apa?” Tanya ibunya penasaran. “ya… yang penting insyaallah lah…” canda ku yangmembuat Ibu semakin penasaran. “iya.. tapi insyaallah apanya?, mimpi apa kamu tadi malam, tumben wajahmu ceria begini?” “insyaallah lamaran Fahmi Feni terima”. “ibu gak mimpi kan Fen??” “tidak bu…”jawabku sambil mencubit tangan kiri ibu dan mencium keningnya. Wajah ibuku berseri-seri, tak sabar hati ibuku langsung mengabari kakakku yang berada di Semarang, juga keluarga Fahmi.
***
“Ya Robb, jika memang dia yang kau pilihkan untukku, bukakan jalanku tuk melangkah dalam naungan ridhoMu, mantapkan hati tuk memilihnya, mendampinginya..bantulah aku tuk mencitainya karenaMu, bantulah aku tuk mengapus rasa yang “tidak halal” untuk ku. Jika dia tidak sempurna jadikan aku penyempurna baginya, satukan kami dalam niat suci ingin mencintai karenaMu, ingin berjuang bersama di jalanMu. Jadikan aku kelak pelabuhan terindah untuk nya..seorang istri yang solehah”. Seiring akhir doaku malam ini, butiran bening semakin deras membasahi sajadahku. Ku terhanyut dalam sujud panjang menyadari semua kesalahan, khilaf, dosa diri, dan berharap cahaya terang dengan langkahku yang akan datang. Robbku…Hanya Engkaulah sebaik-baik penolong..