Rabu, 16 Juli 2008

“Mimpi yang Tertunda “

Mengeja Hari sungguh melelahkan apalagi menghitung hari (hehe sama aja ya??) bikin Be-te abizz. begitu juga yang ku alamai akhir2 ini. sehari-dua hari berpisah dengan suami waktu terasa berjalan sangat lambat, jenuh, bosan karena hati di balut berbagai keresahan. namun memang selalu saja ada hikmah di balik suatu kejadian, itulah yang kutemukan saat2 ini. terasa ada letupan semangat di setiap rindu yang mengalir, bahwa komitmen adalah suatu janji yang tidak selayaknya di cederai. begitu juga cita-cita kami yang begitu tinggi mengangkasa, bahkan mungkin mengundang gelak tawa bagi yang membacanya jika melihat sosok ‘ringkih’ kami. tapi optimisme itulah salah satu modal kami, optimistis yang tidak menyingkirkan realistis.

realistis bagi ku bukan hanya di lihat dari kemampuan saat ini tetapi juga dari usaha yang bisa di lakukan untuk meraihnya. realistis juga bukan hanya melibatkan sesuatu yang make sense dalam ukuran manusia tapi ada faith, yaitu keyakinan ada ‘tangan’ lain yang tak mampu kita lihat, yang membuat ketidak mungkinan menjadi mungkin. aku tidak mengajarkan sebuah hayalan dimana kita bisa memilih menjadi apa saja tanpa suatu usaha atau tindakan yang nyata. tapi aku ingin bertutur tentang manapaki ‘mimpi kehidupan’, yang akan kita wujudkan ketika kita bangun di pagi hari.

lima abad lalu tidak ada yang bisa mengira bahwa ada manusia yang bisa melakukan perjalanan secepat burung terbang sampai Wright bersaudara (Orville Wright dan Wilbur Wright) untuk pertama kali menemukan Flyer sebagai pesawat terbang pertama rancangan mereka, sebuah penemuan yang berawal dari sebuah inspirasi ketika melihat burung yang sedang terbang.

kisah Wright hanya salah satu contoh dari sekian banyak hal yang dianggap tidak mungkin bisa menjadi mungkin, diatas kegigihan usaha dan tentunya atas izin-Nya. layaknya di dunia ilmiah sebuah keberhasilan atau penemuan berawal dari sebuah pemikiran yang melahirkan hipotesa, kemudian di uji dengan eksperimen baru kemudian di hasilkan sebuah kesimpulan. begitu juga dengan dunia ‘mimpi kehidupan’ (cita-cita, red) kita. cita-cita tidak datang begitu saja, semua bisa berawal dari sebuah inspirasi yang di hasilkan oleh ma’rifah (knowledge) yang ada dalam diri kita, bisa jadi itu adalah hasil sintesis pemikiran (akal), petunjuk (ilham) atau ekperience (pengalaman). sehingga bagiku cita-cita tidak bisa di katakana suatu hal yang kebetulan, inborn, atau taken for granted.

seperti halnya sebuah pemikiran yang ditindak lanjuti dengan hipotesa, maka cita-cita tindak lanjutnya adalah strategy, yang melibatkan kerja keras dan usaha. seperti halnya ekperimen, untuk meraih cita-citapun harus mengalami trial dan error, jatuh-bangun sebelum sampai pada titik puncak tercapainya. tentu tak asing dengan kisahnya Thomas Elva Edison yang harus ribuan kali gagal sebelum tercapai cita-citanya menciptakan sebuah bolam lampu listrik.

***
Upsst…!!!, kembali ke hikmah yang aku sebut di atas, ternyata perpisahan ini memberikan aku banyak waktu luang yang bisa aku manfaatkan untuk berbagai hal, terutama memperkaya khasanah ilmu melalui forum2 kajian dan buku bacaan. akhir2 ini minat bacaku meningkat cukup drastis, sepertinya ada kekuatan yang membuatku sangat ingin mengetahui banyak hal, tentunya ini berkorelasi juga dengan mimpi kami yang melambung tinggi.( Ya..Robb smoga Istiqomah J )

aku seperti menemukan titik keinsyafan bahwa aku terlalu kerdil dalam hal pengetahuan dan khasanah ilmu, terlalu sedikit hal yang aku tahu, terlalu sedikti ilmu yang aku kuasai bahkan semakin aku sadar bahwa aku tak tahu apa-apa. dan keinsyafan itu membuat aku ingin melebarkan hasrat membacaku untuk berbagai literature, aku pingin tahu..pingin tahu dan pingin tahu banyak hal.

Impressively, ternyata di rumah banyak buku2 yang belum aku manfaatkan dengan sempurna, terutama buku2 kuliahku. dan ntah kenapa aku jadi tertarik membaca buku tentang fisafat, mata pelajaran yang sangat aku benci waktu kuliah dulu. aku tergelitik dengan sebuh premis “bagaimana kita bisa berperang kalau kita tidak tahu medan?” . mungkin ini berlebihan tapi setidaknya bisa jadi stimulant J

aku baru sadar ternyata banyak literature klasik yang aku foto copy semasa kuliah dulu, seperti bukunya Bertrand Russell tentang sejarah pemikiran dari jamannya Plato sampai Emanuel kant, juga buku2 tokoh filsafat seperti Decrates, Marx, juga beberapa buku sastra dari Shakespeare, George Orwell, John Steinbeck, dsb. memang sebagian besar buku itu hanyalah foto copy tetapi esensinya tidak berkurang.

O ya..aku dan suami juga punya cita-cita suatu saat bisa punya perpustakaan atau taman bacaan sendiri, jadi bagi bloggers yang ingin menyumbangkan bukunya, akan di terima dengan senang hati..hehehe (Ngareep ;) )

Tidak ada komentar: