Rabu, 23 Juli 2008

~ First Wedding Period ~

Diary,

Siang kemarin tiba2 kepalaku mendadak sakit badan panas dingin dan perut mual. sampai pingin izin pulang, tetapi setelah aku tidur sebentar pas istirahat nyeri di kepala ku berkurang tapi sampai di rumah rasa mual semakin menjadi. sampai di rumah langsung sholat magrib dan pesen sama teh Umi, “aku mau tidur sebentar ya teh”. satu jam tidur sedikit membaik langsung makan dan sholat Isya. anehnya nafsu makanku bagus banget padahal dulu kalau lagi mual gini berarti asam lambung ku lagi naik dan makan ga selera. tapi mungkin karena teh Umi buatin sambal terasi kale ya..hehe

selesai sholat mau langsung tidur lagi tapi susah banget mejemin mata, akhirnya ikutan teh Umi nonton TV di depan, di TV one lagi bahas tentang psychopath dan pembunuhan mutilasi. selesai acara ga bisa juga mejemin mata sambil baca digital fortess ku ku coba tuk tidur karena menahan mual, masih ga bisa tidur juga. mungkin emang belum ngantuk (Hweeek..) akhirnya puter radio dakta, tapi tiba2 air mata ingin mengalir begitu saja..aku ngerasa sepi ...aku sms suami tapi mungkin karena lagi sibuk jadi lama ga di bales..makin deras airmata mengalir, akhirnya aku kembali sms dan matikan hp..sampai tertidur dengan sendirinya..

***
akhir2 ini aku merasa rasa sensitive ku jadi sedikit berlebihan, hingga kadang membuat suami agak kesel. tapi untungnya dia baik hati dan mengerti aku..;). Cuma aku jadi berfikir juga mengapa aku jadi sensitive begini, apa ini syndrome after married. karena aku bener2 baru merasakan perasaan seperti ini ya sekarang2 ini setelah menikah…

dari banyak buku yang aku baca awal-awal pernikahan akan di warnai dengan konflik2 kecil baik konflik intern (dalam diri sendiri) maupun ekstern (dengan pasangan) karena masa2 awal adalah masa transisi dan masa adaptasi. transisi karena perubahan status dan tanggung jawab dan adaptasi dengan ‘rekan’ baru yang akan menjadi patner setiap saat, setiap waktu dan seumur hidup (InsyaAllah). sehingga banyak kejutan2 akan muncul yang sering menimbulkan percik2 bahagia juga kadang harus menumbuhkan pemakluman. karena banyak hal yang tidak kita ketahui dari pasangan kita yang tadinya orang lain. apalagi bagi yang menikah without dating, pengenalan ini bisa dari nol. dari itulah perlu banyak pemakluman dan yang terpenting saling pengertian.

aku juga punya opini baru (ini pandangan subyektive), bahwa ketika seorang wanita baru menikah ada istilah psychological burden (beban psikologi) – istilah ku sendiri neh hehe, beban psikologi ini sepertinya terjadi di alam bawah sadar kita, dan di sebabkan karena perubahan status juga rasa ‘kehilangan’ sesuatu yang dulu sangat di banggakannya. bukan berarti ketika menikah seorang wanita akan menyesal kehilangan ‘hal’ itu tetapi ini terjadi di alam bawah sadarnya. dalam alam sadar dia tetap bahagia, bangga karena ada yang melindungi dan menyayangi dsb. beban psikologi bawah sadar ini baru muncul kalau ada hal2 yang sensitive tentang hubungan barunya dan hal ini menimbulkan possessive dan kecemasan yang berlebihan seperti rasa takut kehilangan, dsb. tapi sepertinya ini hanya melanda pengantin baru deh (hehe) dan setelah itu akan kembali normal (sok teu aja dah…!!)

usia pernikahan ku masih premature untuk bertutur banyak tentang pernikahan karena itulah aku kutip neh dari blog temen2 bloggers saat surfing tadi, sebagai pelajaran bagi aku dan suami khususnya..meski telah bebrapa buku kami baca tetapi mendengar petuah dari yang sudah berpengalaman tentu banyak hikmahnya..:). kutipan2 ini aku ambil dari blogers2 yang sudah lama melewati biduk rumah tangganya…


Cinta akan menjadi dasar segalanya. Mungkin anggapan ini ada benarnya, tapiii ga cuman cinta doang yang dibutuhin dalam membina rumah tangga, ada yang namanya pengertian, kesabaran, saling menghormati dan kompromi. Semua aspek itu dicampur aduk dan kalau memang bisa terima, mudah-mudahan bisa saling bertahan. Kadang cinta bisa pudar, yang ada hanya tinggal tanggung jawab dan komitmen. Layaknya iman seseorang, pernikahan itu naik turun, ada kalanya kita bisa menikmati, ada kalanya pengen lari ga kembali. Ujung-ujungnya yang membuat bertahan adalah kasih sayang dan tanggung jawab atas komitmen awal.
Pada dasarnya yang dibutuhkan dalam sebuah pernikahan adalah kerjasama, kejujuran, saling menghormati, banyak berkorban (bukan banyak menuntut), banyak kompromi dan tentu saja IKHLAS. Kata mamaku, menikah itu seperti membeli kucing dalam karung, tidak tahu kedepannya bagaimana tapi kalau bisa ikhlas, Insya Allah semua masalah jadi enteng.

Pernikahan adalah bentuk kehidupan dan hubungan yang sangat kompleks. Masalah-masalah dalam rumah tangga sering kali tak pernah terbayangkan pada masa sebelum pernikahan. Untuk menghadapi masalah-masalah rumah tangga yang sering kali terasa rumit, berbekal rasa sayang dan cinta saja tidak cukup. Hal itu harus ditunjang dengan rasa saling pengertian dan memaafkan. Tak akan ada kata menyerah saat berhadapan dengan berbagai masalah rumah tangga bila Anda bisa memosisikan diri dan pasangan sebagai "rekan kerja" yang sejajar.

Ingat pula, pasangan adalah teman untuk mempelajari kehidupan dan merasakan kenyataan dalam hidup. Ketika ini bisa terjadi, Anda dan pasangan akan saling menguatkan dan sama-sama belajar. Di saat yang sama, Anda akan merasakan hadirnya cinta baru, sebuah kekaguman lebih pada pasangan. Jika diingat, rasanya akan sama seperti Anda jatuh cinta lagi, Anda pun serasa jatuh cinta berkali-kali dengan orang yang sama. Inilah yang akan mengantarkan Anda pada motivasi besar untuk menyelesaikan setiap masalah yang bermunculan.


Note for My Hubby:
terima kasih atas pengertiannya ya..Luv U.;)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

aq salut dgn pngrtianmu say, maafkan ats sgl ktrbtsn nd kekurangan kk selama ini. emang menikah bukan sekedar ingin... nd bukan skdr bermodalkan cinta, tp ia membutuhkan pengertian, kejujuran, perjuangan, perhatian, penderitaan memendam rindu, dsb. makasih ats semuanya.. semoga qta bs bljr banyak ttg arti cinta nd kehidupan. always miss u... muaacchh 3x
your hubby... daeng nyonri