Kamis, 10 Juli 2008

Reyna (terinspirasi dari sebuh cerpen yg ku baca)


Reyna

Sudah tiga hari ini aku melihat Reyna tampak murung, bahkan seperti enggan keluar dari kamarnya, tidak seperti biasanya dia masih sering ngobrol denganku menjelang tidur. Ntah apa yang sedang ada dalam pikirannya tapi seperti banyak sekali beban yang sedang di tanggung nya.

Reyna adalah teman kost ku, baru sekitar setahun ini aku mengenalnya, seorang yang cukup ceria, selalu sopan dalam bertutur dan sangat jarang marah atau berkata kasar, tapi Reyna termasuk gadis yang tertutup, dia jarang bercerita tentang pribadinya, sehingga sedikit sekali yang ku tahu tentang nya, yang ku tahu dia seorang karyawan di sebuah kantor yang bergerak di bidang furniture, dan kadang dia suka keluar kalau malam minggu, tapi aku pun tak tahu kemana dia pergi dan sama sekali bukan urusanku. Hati ini tergelitik tuk tahu banyak tentang gadis itu tapi aku urungkan niatku untuk bertanya hal-hal yang bersifat pribadi karena dia tampak tak mau membuka diri.

Tapi perubahan sikapnya membuatku gundah, dan seakan sangat ingin tahu apa yang sedang terjadi padanya, aku seperti tak tahan melihat wajahnya yang selalu murung akhir-akhir ini, dan matanya tampak berembun menyimpan kesedihan, Oh Reyna..andai kau ijinkan aku membantumu, atau hanya sekedar menjadi teman untuk menceritakan bebanmu. Aku tak rela jika kau akanmerasakan apa yang pernah terjadi padaku

Sedikit nekad ku coba menegur nya dan mengajaknya main ke kamarku yang hanya beberapa meter dari kamarnya, rasa penasaranku kian menjadi setelah seminggu tak ku temui keceriaan di wajah nya. Dan sungguh di luar dugaan dia masihmau masuk ke kamarku. Seperti biasa aku sedang asyik dengan kompurterku, akhir minggu ini tinggal satu bab lagi dari Novelku yang harus aku selesaikan. Tak ku sangka hal yang menyedihkan membuatku lebih kreative. Tapi bukan itu masalahnya, cerita itu seperti tak pernah habis bahkan tek pernah lepas satu detik pun dari otakku. Hingga semua karyaku bernuansa yang sama.

“sudah makan? “ tanyaku sambil terus mengamati hasil ketikanku. ”gi males mbak..Reyna ga ada selera makan..” ku palingkan wajahku sesaat tuk menatapnya, ku lihat dia hanya menunduk menatap ujung2 bajunya. ”patah hati ya? ” tanyaku hanya menebak aku seperti terbiasa dengan kasus seperti ini di setiap ceritaku. Dan Reyna mengangguk, namun tetap tak berkata. ”kenapa? dah taaruf ga jadi?, ortu ga setuju? Atau...” aku menggantungkan kata-kataku karena takut Reyna tersinggung dengan pilihan terakhir, karena cerita ini sangat akrab sekaligus memilukan ”bukan..tapi salah langkah” jawab Reyna sedikit serak. ”Oh...sudah ada yang punya..” jawabku seolah dah tergambar jelas alur cerita Reyna dalam bayangan ceritaku. ”Iya...dan aku mencintainya..” hatiku seperti tersentak tapi seakan tergambar jelas peristiwa yang memilukan itu. ”kenapa mencintainya kalau tahu dia sudah beristri” tanyaku seakan ingin mendapat jawaban dari pertanyaanku yang sama. ”aku ga tahu mbak benar-benar ga tahu bagaimana awalnya, tapi aku sungguh mencintanya bahkan aku menolak beberapa lamaran yang datang padaku”. Aku menghela nafas, dua tahun yang lalu peristiwa itu masih segar dalam ingatanku, Reyna andai kau tahu hal ini pernah ku alami, suatu hal yang sangat bodoh ketika kau mengagungkan perasaan, kau akan hancur seperti aku. Bisikku dalam hati. ”dan dia juga mencintaiku mbak” lanjutnya ”tapi sebagai wanita baik seharusnya kau tak menerima tawarannya karena dia sudah punya Istri apapun alasannya” kataku seperti berdiri di balik topeng, dan menirukan kata-kata seorang wanita yang datang padaku saat itu. ”semua memang kesalahan mbak, tapi kini aku ingin sangat membencinya..” lanjut Reyna setengah terisak ” kenapa? kau sudah jenuh karena tak ada ujung yang pasti kan?” ”bukan hanya itu mbak, dia bahkan menghilang setelah peristiwa menyakitkan ku alami” Reyna kian larut dalm kesedihannya, ku lihat mata bening itu kembali berembun. ” istrinya mendatangiku, mencaci, memaki, dan...aku seperti tak berdaya mbak, dan...ketika aku terpuruk seperti ini, dia pun ikut menghilang..”
Ku ulurkan tanganku tuk membelai rambut Reyna,” begitulah laki-laki, To much love will kill you..pepatah ini memang benar, terkadang memang begitu berat saat harus meninggalkan cinta, tapi lebih berat jika harus di paksa meninggalkan cinta” Reyna semakin terisak, dan sudut hatiku pun mulai terkoyak, luka merah di hati inipun belum jua kering, aku juga ingin melupakannya..ya aku harus melupakannya bukankah dia pun tak jauh beda walau tak menghilang tak sepengecut pacar Reyna, tapi apa bedanya jika membiarkan aku seperti ini, bukankah semua berawal dari ketidak pengetahuanku..ah tapi aku yang bodoh.

***
Peristiwa dua tahun yang lalu, awal dari hancurnya kepingan hati yang rapuh ini, saat seseorang yang begitu asing menemuiku di kantor, dan mengajakku makan siang. Sosok yang anggun, berwibawa, dan tanpak cerdas, secerdas kata-katanya yang sanggup melemparkan aku ke dalam kesadaran sekaligus kehancuran. ”kenalkan namaku Indah istrinya mas Bayu , adek yang bernama Rindu kan? ” aku hanya mengangguk melihat sosok cantik di depanku seindah namanya dan kata-katanya. ”aku sudah tahu hubungan adek sama Mas Bayu”.aku tersentak tapi tetap tak berkata-kata. ”Aku tahu adek wanita yang baik, tapi sebagai wanita baik seharusnya adek tidak mendekati mas bayu, apapun alasannya” kata-kata ini begitu apik di susunnya bahkan sangat berusaha sesantun mungkin tapi terasa bagai sembilu yang menikam tepat di lubuk hatiku. Kata ”baik” yang sangat tak pantas dan hanya sebagai pengganti kata ”perusak” yang terkesan dari kata-katanya yang tertahan. ”awalnya saya tidak tahu, kalau mas bayu..” aku tak meneruskan kata-kataku, ketika ku lihat wanita itu tertawa ringan. ”tak tahu kalau sudah beristri?, tapi kenapa adek teruskan setelah tahu?” kata-katanya masih dengan wibawa dan di tekan selembut mungkin, namun ku rasakan kian dalam menikam di jantungku. Aku tak bisa berkata-kata seakan semua pembelaan hanya sia-sia karena memang aku salah. ”dek Rindu mencintai Mas Bayu?” aku terhenyak dengan pertanyaan ini, tapi tak pelak aku pun mengangguk. Dan ku lihat dia tersenyum, entah apa arti senyum itu. ”kata orang cinta itu rela berkorban apapun kan?, dan begitu juga cinta dek sama mas bayu?” kata-kata nya seakan tak membiarkan aku sedikitpun tuk bernafas.
”dek..mas Bayu itu orang yang terhormat, banyak di idolakan, di sanjung di masyarakat kami, meraka sungguh tak siap kalau harus menyaksikan fakta bahwa mas Bayu mencintai adek yang bukan istrinya, dan Mas Bayu tak mungkin menikahi adek, karena itu maukah adek berkorban tuk mas Bayu?” aku tak bisa menjawab pertanyaan itu, yang lebih ku anggap permintaan dari pada pertanyaan, aku hanya menunduk seakan seorang pesakitan yang sedang di adili. ”tolong dek..tinggalkan Mas Bayu, kami semua sangat mencintainya..aku tak ingin keluargaku dan kelurga Masa bayu tahu tentang semua ini, adek juga ga ingin karir mas Bayu hancur kan?, adek juga pasti masih punya rasa kasihan pada Fahmi anak kami yang akan sangat terpukul kalau tahu semua ini” aku tak tahan mendengar kata-kata wanita cantik di hadapanku ini, ingin rasanya aku berlari jauh tak ingin lagi mendengar semua yang di katakannya. ”sekali lagi aku minta tolong dek..tolong jangan pernah hubungi Mas Bayu lagi..dan mungkin mulai saat ini Mas Bayu pun tak akan menemui adek lagi, semua akan kembali baik, dan terselesaikan kalau adek mau menyadari kesalahan ini” kata-kata itu begitu tegas, lugas dan membabat habis harga diriku. Aku bak seorang narapidana yang sedang menghadapi hukuman pancung, terasa kepala ini lepas dari badanku. Bagaimanapun aku tak ingin menyalahkan wanita ini, karena memang dia tak salah, bahkan sudah terlalu baik dengan sikap lembutnya, bukankah dia tak mencaciku, tidak marah padaku apalagi menghardikku? Bukankah dia juga terlalu baik masih menyelamatkan namaku, dengan tak membiarkan teman-teman kantorku tahu tentang semua ini? Bahkan dia menjabat tanganku, mencium ku sebelum dia pergi dan kembali berbisik..”aku benar-benar minta tolong sama adek, aku yakin adek wanita yang baik”.

Aku hanya diam mematung menyaksikan wanita itu pergi, kulihat langkah nya yang pasti dan penuh percaya diri, yah dia memang wanita yang baik, sopan dan yang pasti tidak jahat seperti ku. Darahku seakan berhenti mengalir, tulangku terasa remuk tak mampu ku berdiri hanya airmata yang kian deras mengalir di pipiku. Dan kurasa sesak nafasku, perih yang teramat sangat menikam di hati ini, seakan hati ini terbelah menjadi dua dan di siram dengan air cuka. Aku tak tahu apa yang harus ku perbuat tapi satu hal yang harus ku lakukan, pergi sejauh mungkin dari Mas bayu.

Dengan sisa tenaga akhirnya aku sampai di tempat kostku, segera ku kemasi baju-bajuku, aku tak tahu harus pergi kemana hanya aku harus meninggalkan kota ini sejauh-jauhnya. Ku tinggalkan pekerjaanku, teman-temanku tanpa alasan ku ungkapkan pada mereka. Dan sejak saat itu ku tak mau menginjakkan kakiku di kota itu, dan semua memang berakhir, dan ku mulai sesuatu yang baru di kota ini. Sejak saat itulah ku mulai kesendirian ini, ku tak ingin lagi berfikir tentang hati ini, tak ingin lagi berfikir tentang cinta, aku harus menebus kesalahan ku dengan perih yang bertahun-tahun ini. Dan sejak saat itu komputer adalah teman kesepianku, aku mengabiskan hari-hariku dengan menulis. Dan lambat laun aku bisa menemukan pekerjaan baru, namun aku tak pernah meninggalkan hobbyku menulis karena hanya ini caraku menghibur hati ini. aku merasa bebas dan lepas dengan segala ekpresi tulisanku.

***
Ku peluk Reyna yang terisak di pelukanku, ntah karena kesedihannya atau karena kepedihanku sendiri akupun tak kuasa menahan bulir bening yang menetes sampai ke sudut hatiku. Ku coba menghibur Reyna, ku tahu dia telah berlaku bodoh sebodoh diriku saat itu. ”Reyna, hidup ini adalah pilihan kemana kita akan melangkah dan kemana kita kan menuju kitalah sang nakoda biduk kehidupan ini. Cinta memang sangat berarti tapi cinta bukan segalanya. Adakalanya kita harus merasakan sakit, pedih, dan ada kalanya pula kita akan merasa senang dan bahagia. Sangat di damba jika kita bisa bersama orang yang kita sayangi, tapi sangat tak bijak jika semua itu kita lakukan di atas derita orang lain. Percayalah masih ada mentari di ufuk sana, tinggalkan semua cerita itu. Reyna tak bisa mengingkari kenyataan bahwa dia bukan untuk Reyna. Ada saatnya kita harus berkorban, ada saatnya pula kita harus di korbankan. Semua akan berlalu jika Reyna yakin bahwa Reyna bisa atasi semua, mulailah dengan harimu yang baru, semangat baru, dan kehidupanmu yang baru, buang jauh-jauh harapanmu. Kelak Reyna akan menemukan jawaban bahwa ada yang jauh lebih baik dari pada dia yang telah Dia persiapkan untukmu. Sadarilah bahwa ini kesalahan.

Aku seakan sedang berbicara pada diriku sendiri, menggurui diriku sendiri dan meresapi kisahku sendiri. Seiring tangis Reyna yang mereda, ku usap sisa airmata di pipinya, aku bisa merasakan kesediahan yang kini dia rasakan. Tapi ku melihat sekilas senyum di wajah manis itu. ”life must go on no matter what..so be strong ok?”bisikku memberi semangat. “terima kasih mbak, Reyna akan jalani semua ini dengan ketegaran, setegar mbak Rindu” aku hanya tersenyum tipis mendengar kata-katanya yang lebih tepat menyindir itu. “kita harus menjadi wanita tangguh, jangan pernah menyerah”. Kembali ku belai lembut rambut Reyna yang ku anggap seperti adek ku sendiri ini, dan ntah merasa senasip atau memang aku mulai tegar, akupun merasa bebanku sedikit berkurang. Yah aku harus tegar..aku wanita tangguh. Hiburku dalam hati..

Zrie

Tidak ada komentar: