Selasa, 09 Desember 2008

~~ My beloved one ~

Kawan, mungkin kau setuju bahwa salah satu hal yang membuatmu sedih adalah berpisah atau ditinggal orang yang engkau cintai. ;). kesunyian, kesendirian, kenangan kerinduan bercampur menjadi satu dalam menapakai hari-hari perpisahan itu. namun di balik semua itu ada nuansa indah di sana, nuansa indah sebuah kerinduan, sebuah harapan, sebuah kenangan akan kebersamaan dengan orang terkasih meski kadang harus di warnai dengan percik airmata.

dulu masih sulit aku mendefinisikan makna kata cinta, apakah ketika aku begitu mengagumi seseorang karena kelebihan-kelebihannya, ataukah ketika aku begitu rapuh ketika tak mampu ‘memiliki’ orang yang aku kagumi?. aku tidak tahu, apakah itu satu ‘bagian’ dari makna cinta?. dan setelah aku menikah aku merasakan hal yang berbeda dengan perasaan yang dulu mungkin pernah datang dan pergi. dan perasaan ini jauh lebih tulus.

dan betapa besar syukurku karena perasaan itu aku miliki kepada orang yang kini menjadi pendamping hidupku - suamiku. mungkin ini suatu hal yang naïf, atau sangat naïf malah, yang mungkin dialami banyak istri, hanya saja aku menerjemahkan ini suatu hal yang sangat istimewa. kau tahu kawan, sehari sebelum akad nikah masih ada keraguan di hatiku untuk memilih dia menjadi suamiku, mungkin karena proses menuju pernikahan kami tidak diawali dengan perasaan saling cinta? ;). Alhamdulillah kami menikah tanpa proses Dating ;)

cinta menurut filsuf yunani terbagi menjadi 3, yaitu Eros, Phelia dan agape. Eros adalah cinta yang lebih di dominasi erotica, dan nafsu. sedangkan Phelia cinta yang dimana derajat nafsu mulai terkikis sedangkan Agape adalah puncak keindahan cinta yang lebih di sebabkan keinginan untuk melakukan take and give

di step pacaran, kebanyakan orang masih di kubangan cinta Eros ini, dan di pernikahan orang mulai menginjak tahap cinta phelia karena hubungan yang tidak hanya berdasarkan ‘kesenangan’ semata tetapi lebih jauh kepada tanggung jawab. sedangkan tahap agape mampu di wujudkan oleh seorang yang tulus ikhlas mencintai tanpa menuntut seperti cintanya Khadijah kepada Rosulullah SAW. mugkin kah suatu saat aku bisa menggapai tingkatan cinta ini? Hopefully, Amiin ya Robb


aku mengaminkan bukunya Salim A Fillah “nikmatnya pacaran setelah pernikahan (NPSP)” karena aku merasakannya. indah kawan, sungguh indah pacaran setelah menikah. aku yakin sangat berbeda dengan pacaran pra-nikah yang sering di warnai dengan nafsu dan perasaan menggebu. pacaran pasca menikah lebih bertanggung jawab, tulus, apa adanya dan yang terpenting pastinya Halal, halal untuk melakukan apa saja (hehe)

dan pernikahan telah menyatukan kami – dua insan yang berbeda - baik dalam latar belakang budaya, pendidikan, ataupun karakter. suamiku berasal dari makasar yang terkenal dengan karakter kerasnya, sedang aku dari suku Jawa yang tekenal dengan karakter lembut dan agak mudah tersinggung, sekilas tampak sangat kontras, sehingga pada hari-hari awal pernikahan sering diwarnai dengan pertengkaran-pertengkaran kecil, dan penyebabnya hanya karena belum saling mengerti karakter masing-masing. tetapi hal-hal yang terjadi itu justeru seakan menjadi kenangan indah tersendiri dalam hatiku yang membuatku sering merindukannya. dan dari sini aku tahu bahwa menikah berarti proses mengenal, mengenal untuk bisa memahami.

dari sini juga aku menemukan ‘premis’ bahwa pernikahan bukanlah mempertemukan kecocokan dari dua orang yang berbeda tetapi justru menyatukan perbedaan dari dua insan yang memang berbeda. dan kebahagiaan pernikahan tidak hanya dalam wujud canda tawa dan kemesraaan, bahkan kemarahan, kecemburuan adalah bagian dari kebahagiaan itu sendiri (dalam ukuran proporsional tentunya).

sungguh indah Islam mengatur makna hubungan lawan jenis dalam lembaga yang di namakan pernikahan. Islam mentransformasikan sesuatu yang profan menjadi transenden atau malah menggabungkannya. keindahan, kemesraan, sesaat terlihat sebagai sesuatu yang profan an sich, tetapi tidak jika di lakukan dalam ikatan pernikahan - menjadi suatu ibadah yang bermakna transenden.

selain itu ikatan dalam pernikahan sejatinya menjadi pengikat cinta itu sendiri. karena ‘cinta’ (dalam dimendi profan) bukan suatu hal yang kebal dengan benturan ruang dan waktu. tetapi cinta yang terikat oleh ikatan (dalam hal ini syariat) tidak mudah terkikis arus ruang dan waktu karena sumber dari cinta yang di manifestasikan di sini adalah cinta Sang Pemilik Cinta itu sendiri yang kekal abadi.
.

aku ingat kata-kata Ridwan dalam diskusi BZ - when you like something/someone you accept it unconditionally, you accept -and most importantly understand- the good and the bad of the one – aku menerjemahkan kata like di sini bukan sekedar suka tetapi ‘cinta’ meski dimensinya berbeda tetapi kata ‘cinta’ lebih cocok untuk kontek kalimat di atas.

So cinta bukan berarti kita buta dengan segala kekurangan, kelemahan dan kesalahan orang atau sesuatu yang kita cintai. tetapi cinta berarti mengerti baik dan buruknya, kelemahan dan kelebihannya untuk kemudian menerimanya. sehingga cinta bukan berarti melihat sesuatu yang salah menjadi benar seperti banyak orang assumsikan dalam frase Love is Blind. tetapi cinta bahkan perlu kritik atas kesalahan pasangan kita, tetapi kritik yang membangun yang akan membawa kebaikan.

***
sampai saat ini tak terasa kami sudah 5 bulan berpisah. hanya tiga minggu setelah menikah suamiku harus kembai ke Mesir karena masih ada hal-hal menyangkut pendidikannya yang harus di selesaikan. perpisahan ini sungguh tidak mudah, bahkan tak sanggup kami untuk tidak menitikkan airmata saat kami harus berpisah. seorang yang tampak begitu tegas dan keras itupun menatapku dengan iba, seakan tak sanggup untuk beranjak pergi. namun bagaimanapun ini adalah komitmen kami. komitmen yang telah kami sepakati sebelum menikah, harus berpisah selama 7 bulan.

Namun betapapun berat perpisahan kami, kami tetap ‘bersama’ meski tidak secara fisik. dan dalam kebersamaan inilah kami selalu berdialog. sharing, canda-tawa, kemesraan, cerita, cemburu, kesal bahkan marah kuartikan sebagai dialog jiwa dalam proses saling mengenal diantara kami. dan dialog ini tidak akan berakhir bahkan akan terus berjalan sepanjang kebersamaan kami. dalam dialog itulah kami menemukan benang merah dari perbedaan, baik itu perbedaan karakter, pandangan, pemikiran, kelebihan dan kekurangan. dan dari dialog itulah timbul rasa saling mengerti, memahami, dan menerima dan itulah CINTA.


semoga cinta kami abadi sampai ke syurga nanti. Amiin. ;)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Honey...

aq suka tulisanmu, aq baca perparagraf, kuselami setiap kata dan kalimat yang kau tuliskan, apa yang kau rasakan juga kurasakan disini sayang. Walaupun berat perpisahan ini tapi aq optimis bahwa semua ini ada hikmahnya, dan hikmah demi hikmah dari perpisahan ini dah kita rasakan bersama, berat tapi indah, sulit tapi penuh kenangan, iyakan cinta?

Dan kita banyak belajar dari perpisahan ini, bahkan aq banyak mengenalmu sejak berpisah (jangan marah ya!)

Untukmu sayang, i love u so much.. cinta dan rinduku selalu untukmu.. miss u forever...

Semoga kebersamaan kita abadi selamanya, dunia sampai akhirat.. amin

Your hubby