Jumat, 12 Desember 2008

Patric Suskind’s ‘Perfume’

minggu lalu aku baru selesai membaca novel ‘perfume’ novel yang aku pinjam dari Tari teman kuliahku dua minggu sebelumnya. Novel ini sebenernya terjemahan dari German ke English tetapi masih banyak vocab yang cukup ‘berat’ (masih lebih enak bahasa Shakespeare menurutku) selain bukunya tebal aku lupa berapa halaman tetapi tidak kurang dari 300 halaman

‘perfume’, di tulis oleh penulis German Patrick Suskind pertama kali di terbitkan dalam bahasa German Das Parfum tahun 1985 dan kemudian di terjemahkan ke dalam bahasa Inggris. novel ini cukup unik karena berusaha mengexplorasi ‘the Sense of Scent’. novel ini juga berbicara tentang masalah psikologi yang berujung pada masalah morality. tahun 2006 novel ini di angkat dalam cerita film yang di sutradai oleh Tom Twyker. Novel ini mengambil setting di Prancis di paruh pertama abad ke delapan belas.

Ringkasan Cerita Perfume.

Grenoullie, sang protaginist dalam novel ini lahir tak di inginkan oleh ibunya. ibu Grenoullie adalah seorang pembunuh 4 anak nya karena beban ekonomi dan psikologis (sebelum grenoullie). dan Grenoullie adalah anak ke-5 yang sudah lama direncanakan untuk dibunuh saat lahir. namun niat nya keburu terbongkar sebelum berhasil membunuh Grenoullie. al-hasil ibu Grenoullie di tangkap dan di hukum pancung.

hidup sejak lahir menjadi yatim piatu adalah awal derita panjang bagi Grenoullie. dia diambil oleh pihak gereja untuk kemudian di serahkan kepada wet nurse (ibu susu). namun malang nasip Grenoullie karena tak ada satu ibu susu pun yang mau mengurus Grenoullie lebih dari dua hari, dengan alasan karena Grenoullie tidak mempunyai aroma/bau (odor) “he doesn’t smell at all” seperti bayi kebanyakan, selain itu Grenoullie juga menyusu dua kali lebih banyak dari bayi normal lainnya “suck twice as much as two babies”. keadaan ini membuat Grenoullie mendapat gelar sebagai ‘possessed by devil’ (keturunan setan)

dari wet nurse akhirnya dia di kembalikan kepada Father Terrier, pengurus gereja namun Father terrier pun tidak mau mengurus Grenoullie karena merasakan keanehan dalam diri Grenoullie seperti yang di katakana oleh wet nurses sebelumnya dan menyerahkannya kepada Madame Gaillard penjaga asrama. Madame Gaillard menerima Grenoullie bukan karena kasihan atau rasa sayang, namun karena itu bagian dari tanggung jawabnya sebagai kepala asrama yang menerima gaji sehingga dia tidak peduli dengan Grenoullie juga keanehan-keanehannya. pada usia 8 tahun Grenoullie di jual oleh Gaillard kepada Grimmal (Seorang Tanner - penyamak kulit). Grenoullie di jual karena Madam Gaillard mulai takut melihat kelebihan atau lebih tepatnya keanehan Grenoullie yang saat itu bisa melihat benda yang tersembunyi hanya melalui indera penciumannya. bersama Grimmal di the rue de la Mortellerie, Grenoullie hidup seperti budak, bekerja sebagai penyamak kulit – tanner – siang dan malam. namun Grenoullie tidak pernah mengeluh atau menolak pekerjaan apapun dan dia merasa senang karena terkadang mempunyai kesempatan untuk bisa keluar mengelilingi kota untuk mengekplore berbagai scent. hingga suatu hari dia menemukan scent - yang menurut dia sebagai divine scent – dari seorang gadis yang membuatnya sangat tergoda untuk memiliki ‘scent’ itu. gadis inilah korban pertamanya yang di bunuh hanya untuk mencium harum tubuhnya atau mendapatkan ‘scent’ nya.

suatu hari Grenoullie berhasil meyakinkan Baldini – salah satu customer Grimal. seorang ahli parfum di perancis bahwa dia bisa membuat Perfume yang lebih bagus dan membuktikannya, hingga akhirnya Baldini membelinya dari Grimal dan mempekerjakannya sebagai apprentice di toko parfumenya. bersama Baldini Grounillie pun hanya di eksploitasi, karena bakat nya membuat perfume yang bahkan tanpa membutuhkan formula telah melambungkan nama Baldini sebagai the best perfumer di paris. namun Grenoullie tidak merasa di rugikan dengan ‘hak intelektual’ nya yang dibajak oleh Baldini. dia cukup senang karena di sanalah dia belajar berbagai cara meramu berbagai perfume melalui bahan-bahan yang tersedia di laboratorium Baldini. disana juga dia tahu bagaimana cara mengawetkan (preserve) ‘scent’ yang nantinya menjadi proyek terbesar dalam hidupnya.

namun setelah Baldini sukses diapun menyuruh Grenoullie pergi dengan menyerahkan semacam surat pengalaman kerja, dengan alasan untuk masa depan Grenoullie. pergi dari Baldini Grenoullie semakin penasaran dengan pencariannya dan ambisinya untuk menjadi ‘the best perfumer in the world” sehingga dia pergi ke kota Grasse untuk observasi lebih lanjut. namun di Grasse, Grenoullie tiba-tiba merasa sangat jijik dengan humans’ scent (bau manusia) hingga diapun pergi mengasingkan diri di sebuah gua di puncak Massif Central. ia bertahan sampai 7 tahun – di temani fantasinya sebagai raja yang di temani invisible assistants. suatu hari dia baru menyadari bahwa dia – yang bisa mencium bahkan benda yang tidak terlihat atau berjarak puluhan mil – tidak bisa mencium aroma/bau tubuhnya sendiri. dia memutuskan untuk meninggalkan gua menuju ke kota.

kemudian Grenoullie bertemu dengan the Marquis de La Taillade-Espinasse, seorang ilmuan amatir yang kemudian memanfaatkannya untuk mendukung thesis nya tentang ‘Fluidal Letale”. di sini Grenoullie mulai mengembangkan bakat membuat perfume dengan formulanya sendiri dengan bahan-bahan yang di temukan di labnya the Marquise, seperti, “cat shit," "cheese," dan"vinegar”, dengan parfume itu dia merasa diterima oleh orang-orang di sekitarnya. tetapi dia mempunyai ambisi yang jauh lebih tinggi yaitu membuat semua orang mengaguminya dengan parfume yang kelak di ciptakannya. hingga suatu hari dia kembali menemukan ‘magical scent’ yang ternyata datang dari seorang gadis bangsawan yang cantik – Laure. dari itu grenoullie berencana untuk membunuhnya dua tahun kemudian untuk menciptakan ‘the greatest parfume’ yang akan di rancang dari scent-nya Laure.

dari sinilah awal yang nyata bagi karirnya sebagai pembunuh. dia berhasil membunuh 24 wanita yang semuanya masih Virgin dan cantik. tujuan pembunuhannya adalah hanya untuk mendapatkan aroma tubuh/scent dari korban-korbannya dengan cara mengambil pakaian dan rambutnya dan mengambil scent yang melekat pada tubuh mereka untuk menjadi bahan dasar greatest parfume yang akan dia ciptakan dari scent-nya Laure.

Grenoullie pun akhirnya tertangkap beberapa minggu setelah berhasil membunuh Laure dan divonis hukuman mati dengan disalib. tetapi suatu hal yang luar biasa terjadi disaat hari eksekusinya. semua orang yag tadinya sangat ingin melihat dia di hukum menjadi sangat iba, dan mengagguminya karena parfume yang telah berhasil dia ciptakan dari aroma tubuh / scent 25 orang gadis cantik termasuk Laure. akhirnya dia di ampuni dan di bebaskan.

Grenoullie merasa sangat bangga karena dia merasa berhasil memanipulasi ’humans’ yang sebenarnya sangat dibencinya. dia memutuskan untuk kembali ke Paris setelah di bebaskan. di paris dia berusaha bergabung dengan kemunitas low-life (para pencuri, pembunuh, pelacur). ternyata merekapun terpancing hasratnya karena parfume yang di ciptakan Grenoullie. hingga untuk melampiaskannya mereka mencabik-cabik tubuh Grenullie. hingga Grenoullie pun mati mengenaskan sebagai korban kanibalisme dari para ‘penggemar’ nya itu.

Teori Freud dalam novel Perfume

Repression.
Grenoullie adalah sosok yang haus kasih sayang, lahir sebagai seorang ‘yang tak di inginkan’ dan besar dalam asuhan orang-orang yang tak pernah menyayanginya. Grenoullie sangat pendiam, tidak pernah punya teman, dan tidak pernah mengekspresikan perasaannya. Grenoullie kecil juga tidak pernah merasakan apa itu kasih sayang dan cinta, karena orang di sekitarnya tidak pernah mengajarkan tentang itu. inilah awal dari kepribadian grenoullie yang ’bizzare’ – tertutup, excusive dan isolated. Grenoullie hanya bisa menerima apa yang di berikan tanpa bisa menuntut, Grenoullie bahkan tidak pernah di libatkan dalam dialog apalagi diskusi oleh orang-orang yang mengasuhnya karena terpaksa. disinilah dalam prespective Freud bahwa Grenoullie sebenarnya mengalami tekanan-tekanan akan keadaannya. dan menggunakan repression sebagai mechanism of defense. Repression adalah usaha untuk melupakan atau membuang pengalaman buruk atau suatu hal yang tidak di sukai untuk mengatasi Anxiety (kecemasan). sebagai contoh seseorang yang pernah mengalami pelecehan seksual misalnya berusaha melupakan atau membuang pengalaman buruk itu. namun sejatinya ingatan atau memory yang di repress itu tetap ada dan tersimpan dalam unconsious mind (alam bawah sadar). efek negatif dari repression adalah suatu saat bisa meledak dengan emosional bawah sadar yang berbahaya.

Repressing: The person pushes painful or threatening memories, thoughts or emotions out of their mind. This is more than just refusing to think about something - the person can blank them out and forget they ever existed. For example, a person who endured an incident of sexual abuse as a child may literally not remember anything about it ... the memory has been totally repressed (although the memory continues to exist, of course, in the unconscious mind). [Peter Lace www.peterlance.com.au]

dalam novel Perfume, Grenoulllie mengalami masa yang penuh dengan pengalaman dan perlakuan buruk sejak lahir sampai dewasa dari orang di sekitarnya. saat itu dia memang tidak memberontak dan merepressnya. hingga suatu saat rasa itu muncul ketika terjadi perdebatan ego (counsious self) dan id (unconsious self) nya yang kemudian di menangkan oleh id nya – hingga dia menjadi pembunuh.

di novel juga di ceritakan bahwa Grenoullie sangat membenci semua orang ’humans’ bahkan ada cita-cita untuk balas dendam dengan membuat perfume yang akan membuat semua orang mengaguminya sedang dia membenci mereka.

Sexual Perversion
Perversion, conversely, are sexual acts which either: 1) extend, anatomically, beyond regions of the body are designed for sexual union [Freud: Three Essays on Sexuality and Other Writings]

suatu hal yang ganjil adalah Grenoullie membunuh 25 orang yang semuanya harus virgin dan cantik bukan untuk mendapatkan kevirginan mereka, namun hanya untuk mendapatkan aroma tubuh /scent mereka. scent mereka bagi Grenoullie adalah suatu yang bisa melampiaskan kesepiannya, sesuatu yang bisa membuatnya bahagia hingga dia ingin mengawetkannya dan menjadikannya perfume pribadinya, karena menurutnya dia sendiri tidak punya scent.

dalam teori psichoanalysis, apa yang di lakukan Grenoullie sesungguhnya adalah pelampiasan hasrat sexual namun di sebut sebagai sexual pervession (penyimpangan seksual) bagian dari sexual inversion. menurut Freud sexual prevession adalah aktivitas sexual (sexual ativities) untuk melampiaskan hasrat sexual tanpa menggunakan dan mengarah pada genital .

The energy of sexuality is far from exclusively genital; it can also be anal or oral,” Freud noted, and “it can also be displaced onto fetish objects or substitutes that replace early desired objects.( Freud. Introductory Lectures on Psychoanalysis.)

Dalam novel di lukiskan betapa Grenoullie sangat menikmati setiap scent dari korbannya.
“He smelled that this was a human being, smelled the sweat of her armpits, the oil in her hair, the fishy odor of her genitals, and smelled it all with the greatest pleasure.”

aktivitas ‘mencium bau’ korban ini di artikan dalam teori Freud sebagai aktivitas sexsual, namun sexual yang menyimpang atau sexual perversion.

the abandonment of the reproductive function is the common feature of all perversions. We actually describe a sexual activity as perverse if it has given up the aim of reproduction and pursues the attainment of pleasure as an aim independent of it.[Freud. Introductory Lectures on Psychoanalysis]

Dalam novel tidak pernah diekpos dialog Grenoullie dengan orang lain kecuali dengan Baldini. Grenoullie memang tidak pernah mengenal orang lain selain orang yang mengasuhnya ‘tanpa cinta’ sehingga keterasingan ini bisa menyebabkan dia merasa asing dengan genital sexuality, dan menemukan penyimpangan ‘scent’ yang sejak lahir menemaninya yang menjadi displacement bagi hasrat sexualnya [Grennoulie di lahirkan di kawasan kumuh yang akrab dengan berbagai smell atau scent, dan dia mempunyai sense of scent yang luar biasa]

Freud tidak menyebutkan (atau aku belum menemukan) sebab Inversion secara spesifik, namun menurut Freud Inversion bisa bersifat Innate (bawaan) atau degenerate. dalam prespective ini Freud berpendapat bahwa Inversion hanya menjangkit orang-orang yang menderita nervous disorder

Freud speculates as to the nature of inversion based upon two suppositions, which are as follows: 1) inversion is innate, and 2) it is also degenerate. From this perspective, inversion can only be perceived of in association to persons who are suffering or appear to be suffering from nervous disorders.

juga menurut Freud Inversion adalah fenomena yang sering di alami oleh orang-orang yang punya ‘antiquity’ atau banyak di derita oleh ras-ras primitive.

inversion was a frequent phenomena among peoples of antiquity, and b) inversion is remarkably widespread among many `savage` [sic] and primitive races, whereas the concept of degeneracy is usually restricted to the states of `higher civilization.` [Freud: Three Essays on Sexuality and Other Writings]

Narcissistic Personality disorders.
Dalam analisa Psychology, Grenoullie juga bisa di kategorikan sebagai seorang yang menderita Narcissistic Personality Disorder atau Egocentrism dimana seorang tidak perduli dengan orang lain tetapi hanya perduli kepada diri sendiri, bangga atau bahkan mengagumi diri sendiri. keadaan psikologis ini juga menyebabkan seseorang ingin di puja oleh orang lain tetapi kurang empati kepada orang atau lingkungan di sekitarnya.

Narcissistic Personality Disorder (NPD) is a
personality disorder, as "a pervasive pattern of grandiosity, need for admiration, and a lack of empathy (www.wikipedia.com)

Grenoullie – karena tidak pernah mengenal cinta dari orang lain – hanya mencintai dirinya sendiri, di samping kebencian terpendamnya kepada manusia. cita-citanya yang ingin menciptakan ‘the best perfume in the world’ untuk membuat semua orang mengaguminya. dia dengan bangga merasa sebagai Grenoullie The Great menjelang akhir hayatnya.

Dan hampir sama na’asnya dengan kisah Narcissus yang akhirnya mengakhiri hidupnya dengan bunuh diri setelah merasa tidak tampan lagi, Grenoullie pun akhirnya mati di tangan para pengagumnya sebagai korban kanibalisme.

Kesimpulan:
Novel ini cukup unik dan menarik, terutama dalam menghadirkan data fictional yang menyatu dengan plotnya. Patrick Suskind tampaknya sangat hati-hati dalam research nya tentang dunia Perfume,sehingga berusaha menghadirkan efek emosional yang bisa di sebabkan oleh Parfume, sayang sulit untuk mencari teori yang berelasi dengan ini, kecuali melalui research ;). juga research nya tentang setting of Place di novelnya – Prancis abad ke 18, cukup meyakinkan.

Selain itu ada pesan mendalam dari novel ini yaitu kepribadian, karakter seseorang sangat tergantung dari lingkungan yang membentuknya. So be Careful with the environment where your Kids growing

Tidak ada komentar: