Selasa, 16 September 2008

~ Edensor ~


Aku baru saja menyelesaikan buku Edensornya Andrea Hirata, buku ketiga dari tetralogi laskar pelangi, setelah membaca Laskar pelangi dan sang pemimpi beberapa bulan sebelumnya. dan..jujur saja aku katakan lagi bahwa aku fall in love dengan karya2 Bang Andrea.

Edensor adalah mimpi dimasa kecil sang tokoh utama-ikal-dalam novel ini. Ikal mendapat informasi desa Edensor dari sebuah buku yang di berikan seorang yang menjadi cinta pertamanya A Ling. sejak itu dia bermimpi suatu saat akan menemukan Edensor di alam nyata. dan mimpi itu menjadi kenyataan ketika dengan kegigihannya Ikal berhasil mendapat biasiswa Uni Eropa ke Universitas Sorborne Prancis, Universitas yang konon pernah membesarkan nama Montesquieu dan Derida itu. Selain Edensor, Prancis adalah mimpi yang di percikan oleh guru sastranya – pak Balian – ketika dia duduk di bangku SMP. menjelang berakhirnya masa kuliah di Sorborne, Profesor pembimbing tesisnya harus pindah ke Inggris, sehingga dia di rekomendasikan pindah ke universitas di Sheffield Inggris, dari sanalah dia menemukan Desa Edensor persis seperti yang di ceritakan dalam bukunya.

memang plot dan isi ceritanya sederhana saja, tak serumit novelnya Samuel Beckett di Waiting for Godot atau Doomsday Book nya Connie Willis yang harus di baca 3 bahkan 4 kali agar mengerti isinya. novel Bang Andrea ini cukup sederhana, renyah, jenaka, dan cukup ‘nakal’. novel ini realis dan banyak mengandung metaphor2 di dalamnya, Bang Andrea berhasil mengemas setiap kisah manjadi sejuk dan renyah dengan polesan gaya bahasa nya yang lugas.

dan di balik cerita yang sederhana itu terdapat pesan dan hikmah yang dalam. kelebihan Bang Andrea yang menonjol adalah melihat segala kejadian dari angelnya sendiri, sehingga dia tidak pernah kekeringan ide juga sangat piawai menyampaikan hikmah tersebut sehingga tidak terkesan menggurui pembacanya. Bisa di bilang dia adalah sintesis dari sastrawan– saintis masa kini, novelnya mengandung nilai sastra sekaligus pengetahuan-pengetahuan sains. dakwah-dakwah ringan pun di selipkannya dengan cermat juga ‘petuah’ untuk petinggi negeri yang cukup tegas tetapi masih terkesan santun.

setiap halaman yang ku baca selalu meledakkan dentuman semangat, dan percikan inspirasi di benakku, aku seperti menemukan letupan energi baru untuk merealisasikan proyek masa depanku, bahkan setiap paragraf yang di tulis meninggalkan euphoria tersendiri.

I bet bahwa novel ini adalah novel pembangun jiwa yang sangat fenomenal, berlatar belakang true story dan improvisasai imaginasi dari pengarangnya yang akan membangkitkan ‘gairah’ pencarian cita-cita bagi setiap pembaca yang memiliki Ambition desire yang kuat.

selain itu menurutku kisah dalam novel2 karya Bang Andrea layak di jadikan acuan pemerintah dalam membuat kebijakan pendidikan, juga seharusnya menyadarkan pemerintah tentang mirisnya kondisi pendidikan di negeri ini terutama di daerah-daerah terpencil.

lebih dari semua itu adalah kekagumanku kepada pribadi penulis yang juga tercermin dari karya2nya yang lain, sebagai seorang anak pedalaman melayu yang telah berhasil menjelajah dunia bermodalkan semangat dan keuletannya tidak membuatnya menanggalkan identitas kediriannya. Dia tetap bangga diri sebagai seorang Indonesia, seorang melayu udik dan seorang Muslim. ini tentu unique jika kita melihat fenomena mahasiswa-mahasiswa negeri kita yang mendapat kesempatan kuliah di Barat tak jarang yang menjadi dis-orientasi, atau West follower sejati.

Tidak ada komentar: