Senin, 22 September 2008

~ Unpredictable ~

Sore itu aku masih asyik di depan komputerku, sedang browsing tiba2 ada telp masuk di hpku, setelah aku terima ternyata Bu Mila, teman ngajar di Latansa. mengabarkan hal yang sangat mengejutkan, “sri dah denger kabar blom? ayahnya Nanda meninggal” Inna Lillahi wa inna lillahi roji’un..aku masih bengong saat Bu Mila menutup sambungan telpnya.

aku terdiam sesaat, rasanya masih tak percaya dengan berita tadi, karena hari minggu dua hari lalu aku masih bertemu dengan ayah nanda (aku biasa memanggilnya ayah) waktu itu Ayah masih mengajar anak2 baca qur’an, juga jadi sopir sekaligus salah satu pendamping adek2 yayasan di acara Buka bersama di gedung ESQ. sama sekali tidak ada tanda2 kalau beliau sedang sakit.

sore itu aku janjian sama Eva, dan Kak dewi untuk sama2 ke rumah Nanda, dan di jalan ketemu T Rysky, dan bertemu beberapa teman di sana. aku menyaksikan jasad Ayah telah terbujur kaku. dan Ibu nanda (aku biasa memanggil Ibu ita) dengan mata sembab tak kuasa menahan duka, duduk di samping jasad almarhum, haru biru mewarnai seisi ruangan itu. setelah beberapa saat akhirnya terdengar cerita, bahwa Alm. sebelumnya tidak sakit, bahkan pagi tadi masih berangkat kerja dan ketika beliau meninggal, masih dalam keadaan puasa. waktu itu Almarhum sedang mengantar adek2 yayasan di acara santunan, tiba-tiba ketika sedang berjalan Alm. jatuh pingsan dan langsung meninggal.

subhanallah satu sisi aku pingin meninggal dengan begitu mudah seperti itu, dalam keadaan shaum, bahkan saat mengurusi anak-anak yatim, mudah2n Ayah Khusnul Khotimah..Amiin.

sejak pulang kantor dan sepanjang perjalanan ke rumah Nanda sore itu, aku terus termenung melihat di luar jendela bus metro yang aku tumpangi, bukan hanya ikut bersedih atau terkejut dengan berita itu, lebih dari itu ada pelajaran berharga sore itu- Immortality. segala hal yang terjadi di dunia ini sering kali unpredictable, tak bisa di prediksi terutama maut. aku berfikir bisa jadi besok atau lusa giliranku, hanya Allah yang tahu kapan habis masa kontrakku di bumi ini? sedang masih begitu banyak kesalahan yang harus aku ‘bayar’.

aku seakan kembali tersadar bahwa sama sekali aku tak memiliki sedikitpun hak atas nyawa dalam raga ini, dalam hitungan menit bahkan detik jika Allah berkehendak semua akan hilang sekejap. tak satu kekuatanpun bisa menolak, tak satu detikpun bisa di undur dan tak satu orangpun akan menemani kita. betapapun banyak orang yang mencintai kita di dunia ini, kita hanya akan pergi sendiri di temani amal perbuatan kita. itulah sebenernya ujung dari kehidupan ini - menuju kehidupan yang lain- yaitu kehiduan di alam Barzah. kehidupan yang tidak lagi mengenal usaha, ibadah, dan taubat. tapi hanya mengenal ‘pembalasan’ atas amal perbuatan kita di kehidupan sebelumnya.

aku ingat kata-kata Ust. Arifin Ilham, jangan pikirkan kapan dan di mana kita meninggal, tapi pikirkan bagaimana kita meninggal

Ya Allah ampunilah dosanya, sayangilah dia, maafkanlah dia, sehatkanlah dia, muliakanlah tempat tinggalnya, luaskanlah kuburannya, mandikanlah dia dengan air es dan air embun, bersihkanlah dari segala kesalahan sebagaimana kain putih bersih dari kotoran, gantikanlah untuknya tempat tinggal yang lebih baik dari tempat tinggalnya, keluarga yang lebih baik dari keluarganya, pasangan yang lebih baik dari pasangannya dan peliharalah dia dari siksa kubur dan siksa neraka.” (HR Muslim).

Ya robb…berkahilah Umur kami yang masih tersisa ini, dengan petunjukMu, ampunanMu, rahmatMu, dengan RidhaMu

kapanpun Engkau memanggil kami, wafatkanlah kami di jalanMu, wafatkan dengan Khusnul Khotimah ya Robb...Amiin

Tidak ada komentar: