Kamis, 07 Agustus 2008

~ My Great Mother ~

Jam di ruang tamu sudah menunjukkan jam 7, waktu yang mengharuskan aku pergi ke kantor setiap pagi, aku baru saja menyelesaikan sarapan pagi yang disediakan ibu. ”kamu tadi ga sahur, semalam juga makan sedikit, ga puasa sunah dulu saja, nanti kamu sakit” bujuknya ketika aku mendampinginya menonton acara berita pagi di depan TV sebelum berangkat. akhirnya tak rela aku biarkan wajah penuh kerut dan bersahaja itu melenguh kecewa, aku pun makan dengan di dampinginya.

selesai makan aku beranjak ke kantor aku temui ibu di dapur yang sedang sibuk membuat makanan untuk hari ini ”bu aku pergi dulu ya” kataku sambil ku kecup tangannya dengan lembut. namun ku urungkan langkah kaki yang hampir beranjak ketika ku melihat mendung menyelimuti wajah yang mulai senja itu ”ada apa bu?” tanyaku sedikit bingung. ”sebenernya ibu tidak tega melihat kamu seperti ini” ga tega kenapa Bu?” aku seperti bingung, karena aku merasa tidak ada masalah apapun yang sedang melandaku, meski sedang berpisah sementara dengan suami tapi toh itu bukan alasan untuk berduka cita, karena perpisahan ini adalah bukti awal perjuangan kami dan demi cita-cita kami.

aku masih menunggu kata-kata terucap dari ibuku ”setiap hari kamu harus pergi pagi pulang sore, sedang ibu tidak bisa berbuat apa-apa untuk membantumu” aku hanya tersenyum bahkan hampir tertawa dengan pernyataan ibuku, bagaimana tidak? pekerjaan bagi ku adalah kehidupanku, bukan karena alasan materi saja tetapi aku tidak akan bisa tinggal diam di rumah tanpa melakukan kegiatan berarti, aku memang terbiasa bekerja dari lulus SMA dulu juga terbiasa dengan banyak kegiatan, bahkan sering bosan jika harus sering menganggur. dan aku juga tak merasa terbebani dengan bekerja meski kini aku telah mejadi Ibu rumah tangga, dan hal ini telah lebih dulu aku minta dari suamiku sebelum kami menikah.

”Bu..kerjaku itu tidak berat, aku hanya duduk di depan komputer, ngetik, kirim email, yah pokoknya ga berat lah Bu, ibu ga usah khawatir, aku ga ngerasa capek koq” ”Iya nduk tapi ntah kenapa ibu kasihan ngelihat kamu, karena dari kuliah dulu kamu selalu berjuang seperti ini” ku lihat air mata mulai mengalir dari sudut mata yang tampak mulai keriput, aku peluk ibu-ku, dan sebisaku memintanya untuk tidak menangis.

***
aku berjalan menyusuri jalan raya pondok jaya untuk sampai ke jalan raya mampang menuju kantorku, sepanjang perjalanan terbayang wajah ibuku, aku ingat wajah yang selalu ingin melihatku tersenyum, wajah yang selalu mengkhawatirkan ku, wajah yang selalu cemas ketika aku sakit walau hanya sakit flu. ibu juga rela tidak makan asal aku kenyang, rela tidak tidur demi menunggui ku ketika aku sakit.

sepanjang perjalanan di kopajapun aku masih ingat ibu, terbentang semua kenangan masa kecilku, sebuah siluet indah bersama ibu dan keluargaku. aku masih ingat ketika setiap hari ibu harus bangun jam 2 pagi untuk menjajakan dagangannya ke pasar, aku masih ingat bagaimana ibu begitu senang mengajak kami anak-anaknya belanja ke pasar ketika ada sedikit saja uang berlebih, aku juga masih ingat ketika ibu harus mencari daun pisang di kebun kami untuk di jual demi mencari isi perut kami, aku juga masih ingat ketika menjelang lebaran kami belum punya baju baru, ibu dan bapakku harus bersusah payah memetik kelapa yang masih muda untuk di tukar baju baru kami. aku juga masih ingat bagaimana ibu menjemputku ke sekolah ketika hujan turun, dengan payung dan kain jarik ibu menggendongku pulang. belum lagi masa kecilku yang tak bisa ku ingat dan yang pasti sangat sering menyusahkannya dengan tangis kenakalanku.

rasa bersalah tiba-tiba menyeruak di dinding hatiku, selama ini aku justru sering merasa kekhawatiran ibu padaku berlebihan, hingga kadang menyimpan kesal di hati, aku sering mengaggap enteng kata-katanya, perhatiannya. aku juga sering tidak mendampinginya ketika beliau sakit di kampung karena harus berkutik dengan pekerjaanku di jakarta, bahkan mungkin sering tanpa aku sadari ada kata-kata yang melukainya. Ya Allah..betapa aku tidak tahu diri. betapa kasih sayangnya tak sanggup aku balas dengan apapun. maafkan aku ya Robb..

dengan perjuangan keras yang telah di laluinya untuk kami anak-anaknya ibu masih merasa tidak rela membiarkan aku sedikit saja ’susah’, ibu tidak rela membiarkan kami sedikit saja meneladani ’penderitaan’nya. ibu ingin semua penderitaan di tanggungnya, semua beban di pikulnya sehingga kami anak-anaknya bahagia, itu yang sering di ungkapkannya pada kami anak-anaknya. tak sedikitpun aku sanggup menolak ungkapan yang mengatakan bahwa kasih ibu sepanjang masa..sungguh...!!

Ibu....
terima kasih tak terhingga atas semua kasih sayangmu, sepanjang hidupku..
semoga kelak aku bisa menjadi anak yang salihah seperti harapanmu
semoga kelak Allah membalas jasamu dengan memuliakanmu di syurganya..Amiin

Ibu..I love You..
walau sulit sekali aku katakan padamu
walau sulit sekali aku buktikan dengan tindakanku
Maafkan aku Bu..
semoga Allah memberiku kesempatan
untuk bisa membalas jasamu meski sedikit..

Tidak ada komentar: