Kamis, 10 April 2008

Agamis Vs Sekularis...

Beberapa minggu yang lalu, sempet baca kabar di email tentang ”ceramah” taufik kemas di salah satu Universitas di Malaysia, mengenai misi sekularisnya, bahkan sempat menuduh salah satu partai Islam di Indonesia sebagai teroris.

Beberapa bulan yang lalu di adakan agenda pemilihan Gubernur di Jakarta, yang mengusung dua calon, satunya Foke dengan Jargon sekulernya “Jakarta untuk semua” yang satu lagi adang-dani dengan nuansa Islami dan dengan jargon “Benahi Jakarta” nya.

Tak ada yang begitu istimewa dari pemilihan itu, karena sudah menjadi rahasia umum kecurangan yang sering terjadi dalam berpolitik, seperti munculnya Ghost Vote, dan juga banyaknya warga yang tidak mendapatkan kartu pemilih, belum lagi black campaign yang kian marak mewarnai percaturan politik di wilayah yang di anggap paling elit di nusantara ini.

Tapi menurutku ada hal yang lebih menarik untuk di simak dalam pemilihan itu, yaitu tidak imbangnya dukungan partai politik kepada dua kubu yang bersaing. Konon Foke yang mengusung agenda sekuler itu mendapat dukungan lebih dari 23 partai. Dan yang mencengangkan di antara partai2 itu beberapa diantaranya adalah partai islam seperti PAN dan PKB. Agak samar untuk menerobos agenda di balik dukungan ini, bukankah PAN dan PKB Selama ini mengusung nilai agamis, kenapa justru bertolak belakang dan seakan bersekongkol menjatuhkan partai Islam yang seyogyanya mendapat dukungan mereka dan bergabung mewujudkan agenda sekuler. Masih terlalu gamang atau dini jika mengatakan hal ini adalah strategi politik, atau mencari kendaraan politik, mencari dukungan atau apalah namanya yang tidak lagi melihat mana lawan mana kawan, mana yang harus di dukung mana yang tidak. Jika PDI jelas dengan sense of nationalism yang di gembar-gemborkannya juga dengan blak-blakan mengakui akan melibat kan Amerika dalam mewujudkan Sekularismenya, lalu apakah partai Islam juga akan mempunyai jalur atau agenda yang sama..semuanya masih samar, tapi sungguh hal ini sangat rancu setidaknya untuk masyarakat awam sepertiku. Apakah benar bahwa politik bisa menggeser iman, ataukah politik juga bisa merubah pendirian karena hangatnya belaian kekuasaan?

Semuanya masih terkesan gelap, tapi satu hal yang bisa di lihat lebih cermat, yaitu perpecahan umat islam yang kian jelas di rasakan. Masuknya kaum agama kedalam percaturan politik di harapkan mampu membawahi umat ini dengan membawa misi dakwah dalam politik dengan harapan bisa membuat perubahan lebih baik bagi perbaikan moral dan kehidupan bangsa ini, tapi sepertinya justru sebaliknya umat semakin terkotak-kotak tidak saja dalam mazdab dan ormas tapi juga dalam partai. Bahkan jika di cermati lebih lanjut partai yang tadinya berhaluan agamis dan membawa misi dakwah (seharusnya) justru sering bersekongkol dengan yang menjatuhkan dakwahnya dan berbalik memusuhi sesama teman dakwahnya. Dan sudah lama tercium kabar tidak harmonisnya hubungan beberapa parta Islam di negeri ini, apakah ini masih di kategorikan bahwa mereka menghargai perbedaan sebagai Rahmat? Karena perbedaan di sini sudah mengacu pada perpecahan bahkan perebutan kekuasaan.

Bukan untuk mendramatisir atau membesarkan masalah, tetapi meredam hal besar dan di anggap masalah sepele bisa jadi bumerang yang berbahaya. Ini hanya salah satu cermin dari tidak idealnya ritual ibadah dengan kesolehan social. Semua umat Islam kalau di masjid pasti mengakui bahwa Allah itu satu, dan hanya hukum Allah yang benar, juga semua Muslim tidak ada yang menolak bahwa sesama muslim itu bersaudara, tapi di luar masjid beda urusan. Di masjid semua juga setuju kalau pornografi itu dosa tapi di luar masjid bahkan tokoh agamapun ada yang ngotot membela pornografi dan pornoaksi untuk di lestarikan..Hm..Fantastis bukan?. Mau tidak mau kita harus menyadari bahwa kita masih sering menjadi manusia bermuka dua. Mengaku islam tapi menolak hukum islam, mengaku Islam tapi mendukung sekularisme yang jelas2 bertentangan dengan nilai islam. Tak tau apa misinya apakah untuk sebuah kata Muslim moderat, atau untuk mendompleng agar dapat posisi “empuk” atau untuk bisa duduk nyaman dari hujatan "terorisme” nya Amerika? Wallahu’alam.

Jakarta 231007
Alzrie

Tidak ada komentar: