Kamis, 10 April 2008

Romantisme Masa Silam

Catatan sejarah telah membuktikan bahwa Islam sangat mewarnai terhadap perkembangan teknologi dan penemuan-penemuan modern di Barat (Eropa). Kegemilangan yang pernah dicapai oleh umat Islam dinilai sangat mempengaruhi terhadap munculnya kebangkitan (renaissance) ilmiah dan pemikiran modern di Eropa. Dengan kemunculan ilmuan-ilmuan dan sarjana-sarjana Muslim di Andalusia dan Baghdad telah memunculkan seorang pemikir seperti Leonardo da Vindi, John Napier, Martin Luther, Albert Einstein, Jhon Lock, Auguste Comte, dan ratusan ilmuan dan pemikir Barat lainnya.

Seorang ilmuan Barat, Joseph Hell mengatakan: “Trigonometri teori sinus, cosinus dan tangent merupakan karya orang Arab (Islam). Pada masa permulaan penemuan brilian dari Peurbach, Regiomontanus dan Copernicus tidak dapat diakui tanpa mengenalkan dasar hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli matematika dari Arab (Islam).

Sejarawan Inggris terke-muka, Arnold Toynbee (1889-1975) mencatat Khalid bin Yazid bin Muawiyah sebagai orang pertama kali yang mengembangkan ilmu kimia sebagai ilmu alam hingga disiplin ilmu tersebut mengalami perkembangan yang teramat pesat di Baghdad, lalu tersebar ke Spanyol dan Sisilia. Menurutnya, pada masa itu kaum Muslimin telah mengungguli semua bangsa dalam kemajuan sains dan peradaban.

Dan, bukanlah rahasia umum lagi memang, bahwa ketika Eropa masih berada dalam abad kegelapan, pada abad ke-8 Masehi, anak-anak Muslim Kordoba sudah pergi dan belajar di sekolah-sekolah.

Dari jumlah koleksi perpustakaan Kordoba saja yang jumlahnya sangat luar biasa sudah dapat dicatat bahwa peradaban Islam lebih awal mengalami kemajuan dibanding dengan peradaban Eropa. Belum lagi dengan munculnya para cendekiawan Muslim yang karya-karyanya sangat mewarnai terhadap perkembangan peradaban dan teknologi dunia.

Abbas ibn Firnas yang tinggal di Florence, Medici (w. 888 M.) adalah ilmuan Muslim Andalusia yang menekuni teknik penerbangan. Abbas adalah cendekiawan Muslim Andalusia yang melakukan uji coba penerbangan dengan merakit sepasang sayap yang terbuat dari bulu dengan kerangka kayu sekitar 600 tahun sebelum Leonardo da Vinci (1452-1519 M.), seorang ilmuan Italia, menciptakan pesawat terbang dari hasil penelitiannya terhadap burung.

Kolaborasi teori ilmu falak dengan teknisnya, telah menghasilkan sebuah rakitan jam air yang dapat menentukan waktu malam dan siang serta dapat menentukan hari-hari berdasarkan bulan. Al-Zarqali, ilmuan Muslim dari wilayah Latin Barat, yang di kalangan ilmuan Barat lebih popular dengan sebutan Arzachel pada abad ke-11 telah berhasil menciptakannya.

Dia juga menulis buku terkenal yang berjudul Book of Tables ditulis dalam bentuk almanak berisi tabel-tabel yang memungkinkan seseorang menentukan tanggal awal bulan Coptic, Romawi, Persia dan menentukan posisi planet-planet kapan pun saja serta dapat digunakan untuk memperkirakan terjadinya gerhana matahari dan bulan.

Prof. Philip Hitti mengakui terhadap keberhasilan Albategnius (Abu Abdillah al-Battani), seorang cedekiawan Muslim yang lahir di Harran (sekarang menjadi wilayah Turki) sekitar tahun 858 M. Menurutnya, ilmuan Muslim yang dikenal sebagai astronom besar pada jamannya dan hingga abad-abad pertengahan, telah membuat beberapa perbaikan dalam karya Ptolemi (Ptolemaeus, ilmuan Yunani-Mesir yang dikenal sebagai pengusul pandangan geosentrik dari alam semesta) dan mempebaiki perhitungan orbit bulan dan planet tertentu, menentukan pergantian musim dengan ketepatan yang lebih akurat, menentukan ketepatan dan rata-rata orbit benda-benda langit, lama tahun dan ketepatan musim tropis serta rata-rata orbit matahari.

Dalam sejarah dia tercatat sebagai ilmuan falak dan ahli matematika yang melakukan perbaikan kalkulasi akurat berdasarkan perhitungan tahun matahari, yaitu 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Berdasarkan perhitungan Ptolemi, dia menemukan bahwa garis bujur dari apogee (jarak lintasan terjauh) matahari telah meningkat 16° 47'. Hal itu tercatat sebagai penemuan penting tentang gerak putaran matahari dan variasinya serta persamaan waktu.

Dan masih ada ratusan ilmuan Islam lainnya yang telah banyak berperan dalam muculnya kemajuan keilmuan dan perkembangan teknologi modern saat ini. Namun kegemilangan itu kemudian seakan-akan punah tanpa bekas apapun. Keberhasilan uji coba mereka hanya terpampang dalam lembaran-lembaran sejarah tanpa ada yang mau menggubrisnya. Semuanya tampak enggan untuk mengotak-atik lagi masalah yang sudah silam.

Padahal sejarah keberhasilan mereka tidak sekadar untuk kita baca dan kemudian kita bangga-banggakan; melainkan, minimal, fenomena emas itu kita jadikan sebagai ibrah; bagaimana umat Islam pada saat itu mampu menjadi pusat peradaban dan menjadi pusat perhatian ilmuan dunia hingga kita mampu menyamai keberhasilannya atau bahkan melebihi darinya.

quoted From:
www.sidogiri.com

Tidak ada komentar: