Kamis, 10 April 2008

Negara berTuhan tetapi mengakui Teori tak berTuhan

Phitecan tropus erectus…hommo solowensis…hommo wajakensis…” aku baru ingat lagi kata2 yang sering di ulang2 sama guru sejarahku waktu SMP, guruku mengulang2 nama2 itu sampai kami hafal. Nama2 fosil manusia purba yang di klaim sebagai bukti dari teori evolusi Darwin. Aku baru tahu betapa sebenernya teori dusta itu bisa menyesatkan. Teori yang sangat bertentangan dengan ideology bangsa ini yang menyebutkan di butir pertama “ketuhanan yang maha Esa” jelas bangsa kita adalah bangsa yang bertuhan, yang mengakui adanya penciptaan,
Jelas sekali terpampang juga dengan Undang-Undang bahwa kita mengakui adanya 5 agama yang kesemuanya percaya dengan adanya Tuhan, tapi yang aneh, mengapa kita masih percaya dengan teori evolusi yang jelas2 mengingkari adanya penciptaan, atau mengingkari adanya Tuhan. Bahkan teori evolusi ini di muat dalam kurikulum pelajaran sekolah, yang masuk dalam pelajaran sejarah.

Teori evolusi di temukan oleh Charles Darwin sekitar 150 tahun yang lalu, teori yang berpijak pada keyakinan bahwa kehidupan terjadi dengan sendirinya, dan muncul secara kebetulan. Teori ini mengatakna bahwa kehidupan berasal dari satu mahluk yang paling sederhana yaitu Sel pertama. Sel ini terbentuk secara kebetulan atau karena factor "pembentukan mandiri" yang secara hypothesis di sebut sebagai hukum alam dan kemudian berevolusi menjadi makluk2 hidup yang lain. Jadi menurut teori ini manusia tidak di ciptakan tetapi ada secara kebetulan sebagai hasil evolusi dari binatang. Sebuah teori yang sebenarnya jauh dari Ilmiah, bahkan bisa di bilang tidak masuk akal. Kini, berbagai cabang ilmu pengetahuan seperti paleontologi (cabang geologi yang mengkaji kehidupan pra-sejarah melalui fosil), genetika, biokimia dan biologi molekuler telah membuktikan bahwa tak mungkin makhluk hidup tercipta akibat kebetulan atau muncul dengan sendirinya dari kondisi alamiah. Sel hidup, demikian dunia ilmiah sepakat, adalah struktur paling kompleks yang pernah ditemukan manusia. Ilmu pengetahuan modern mengungkapkan bahwa satu sel hidup saja memiliki struktur dan berbagai sistem rumit dan saling terkait, yang jauh lebih kompleks daripada sebuah kota besar. Dan struktur kompleks ini baru berfungsi apabila setiap bagian dari penyusunya muncul secara bersamaan dan sudah dalam keadaan berfungsi penuh. molekul DNA yang terdapat di dalam inti sel hidup, sebuah sistem kode yang terdiri dari 3,5 miliar satuan berisi semua rincian makhluk hidup (DNA pertama kali ditemukan melalui kristalografi sinar-X pada akhir tahun 1940-an dan awal 1950-an jauh setelah lahirnya teori evolusi), dan merupakan sebuah molekul raksasa dengan rancangan yang luar biasa. Sebagai bukti telak sebuah Rancangan Cerdas Sang Pencipta, yang seharusnya di terima dengan akal sehat oleh kaum evolusionis. ("Runtuhnya Teori Evolusi – Harun Yahya)


Sampai usia 150 tahun keberadaannya teori ini tidak bisa memberikan bukti ilmiah adanya manusia peralihan sebagai bukti dari evolusi tersebut. selain ledakan zaman kambrium yang tidak bisa membuktikan konsep pohon filumnya Darwin, bahkan saat ini telah banyak di temukan fosil yang telah berumur ratusan juta tahun yang di temukan justru memiliki ciri homo sapiens (manusia modern-red). Dan klaim bahwa manusia berasal dari kera dengan alasan kemiripan DNA sama sekali tidak bisa di andalkan. kemiripan DNA antara manusia dan kera yang di ketahui akhir2 ini sebesar 95% sama sekali bukan bukti bahwa manusia berasal dari kera, karena manusia juga mempunyai kemiripan DNA dengan cacing nematoda sampai 75% (versi Majalah New Scientist) dan bukan berarti manusia mempunyai perbedaan dengan cacing hanya sebesar 25%, Apalagi berasal dari cacing. Banyak sekali bukti ilmiah yang dengan mudah menghancurkan teori ini.

Beberapa penemuan fosil homo sapiens sebagai bukti usia umat manusia di muka bumi berikut juga sebagai salah satu bukti lumpuhnya teori ini:
- Salah satu peninggalan manusia tertua adalah "jejak kaki" yang ditemukan oleh ahli paleontologi terkenal, Mary Leakey, tahun 1977 di daerah Laetoli, Tanzania. Peninggalan ini amat menghebohkan dunia ilmiah. Menurut riset, usia lapisan tempat jejak kaki ini ditemukan adalah 3,6 juta tahun. Russell Tuttle, yang menyaksikan jejak kaki itu, menulis:
Jejak kaki itu mungkin berasal dari seorang Homo sapiens yang bertubuh kecil, tanpa alas kaki… Ciri morfologis yang dapat dikenali pada kaki makhluk yang meninggalkan jejak tersebut tak bisa dibedakan dengan kaki manusia modern. Penelitian objektif atas jejak kaki itu mengungkapkan pemilik kaki yang sebenarnya. Dua puluh buah tapak kaki itu, yang sudah menjadi fosil, berasal dari manusia modern yang berusia 10 tahun, dan 27 buah tapak kaki lainnya berasal dari manusia yang bahkan lebih muda. Kesimpulan ini dihasilkan oleh ahli paleoantropologi terkenal seperti Don Johnson dan Tim White, yang memeriksa tapak kaki penemuan Mary Leakey.
- Peninggalan manusia tertua lainnya adalah reruntuhan pondok batu, yang ditemukan oleh Louis Leakey tahun 1970-an di daerah Olduvai Gorge. Reruntuhan pondok itu berada pada lapisan berusia 1,7 juta tahun. Sudah diketahui bahwa struktur bangunan seperti ini, serupa dengan yang masih ada di Afrika masa kini, hanya mampu dihasilkan oleh Homo sapiens, atau dengan kata lain, manusia modern. Yang terungkap dari reruntuhan ini adalah, manusia hidup satu zaman dengan makhluk yang dianggap para evolusionis sebagai makhluk serupa kera, yang mereka anggap nenek moyang kita.
- Sebuah tulang rahang manusia berusia 2,3 juta tahun, yang ditemukan di daerah Hadar di Ethiopia, amatlah penting untuk menunjukkan bahwa manusia sudah ada di Bumi jauh lebih lama dari pada yang diperkirakan para evolusionis.
- Satu fosil manusia yang paling menarik perhatian adalah fosil yang ditemukan di Spanyol tahun 1995. Fosil itu ditemukan di sebuah gua bernama Gran Dolina di daerah Atapuerca, Spanyol, oleh tiga ahli paleoantropologi berkebangsaan Spanyol dari Universitas Madrid. Fosil itu berupa anak lelaki berusia 11 tahun yang sepenuhnya mirip manusia modern. Padahal, anak itu meninggal 800.000 tahun silam. Fosil ini mengguncang keyakinan Juan Luis Arsuaga Ferreras, pemimpin penggalian Gran Dolina. (dikutip dari buku “Runtuhnya Teori Evolusi” – Harun Yahya)
Teori Evolusi ini telah berpengaruh besar kepada pandangan hidup masyarakat karena teori ini juga mengajarkan satu2nya hukum yang berlaku adalah usaha mahluk hidup yang mementingkan diri sendiri untuk bertahan hidup (survival). Pengaruh ini nampak mulai dari abad sembilan belas, dan dua puluh dimana manusia semakin egois, individualis, anti moral dan akrab dengan kekerasan, juga mengilhami tumbuh kembangnya ideology berdarah, seperti fasisme dan komunisme yang menyeret manusia dalam krisis individu dan social karena semakin jauh dari ahlak agama.

Tapi anehnya teori ini tetap di biarkan subur bahkan mati2an di bela oleh pendukungnya bahkan di negeri paman Sam, negeri pahlawannya liberalisme itu konon tidak akan meluluskan satu thesispun yang isinya menentang teori si Darwin ini.

Sebenernya bertahannya teori ini lebih karena alasan ideologis, para penganut teori ini atau sering di panggil kaum Evolusionis ini adalah penganut teori materialisme. Hidup teratur dalam ketaatan pada Tuhan dengan aturan dan norma bukanlah hal yang di inginkan oleh kaum materialis.sebaliknya, masyarakat yang tumbuh tanpa moral dan nilai spiritual adalah yang di inginkan mereka sebab meraka akan lebih mudah memanipulasi demi kepentingan duniawi mereka sendiri. Inilah salah satu alasan kenapa kaum materialis mencoba memaksakan teori ini di tengah masyarakat. Sehingga masih banyak (terutama di dunia barat) yang berkeyakinan bahwa teori ini adalah benar dan ilmiah. Walau teori ini sudah berkali harus mengakui ajalnya, namun para evolusionis masih mati2an mempertahankan dusta yang mengandalkan hipotesa yang tak terbukti, pengamatan yang berdasarkan prasangka yang tak sesuai dengan kenyataan.

Sedihnya, teori ini juga di biarkan tumbuh subur di negeri kita ini, negeri yang mengaku berTuhan bahkan negeri dengan muslim terbesar. Aku memang belum tahu pasti apakah pelajaran ini masih di muat di buku pelajaran sejarah sekarang, tapi inilah yang aku alami dulu. Sungguh hal yang aku tak mengerti mengapa pemerintah mengijinkan kontradiksi ini, aku rasa bukan hal yang tepat jika alasannya agar siswa berfikir ilimiah dengan menyajikan dua fakta kontradiksi antara pelajaran agama dan sejarah, tapi justru bisa menjadi suatu pemahaman yang dikotomis. Jangan heran kalau sampai sekarang anak2 kita atau adek kita masih menganggap bahwa manusia dulunya adalah kera suatu hal sepele tapi menyeret ke jurang kekufuran. Juga jangan bingung jika anak kita akan bertanya mana yang benar tentang asal usul manusia, dari kera-kah, atau dari adam dan hawa?

Dalam hal kurikulum saja kita sudah di jajah, atau setidaknya “membeo” dengan dunia barat. Ntah karena alasan ilmiah, politis atau ideologis, tapi sungguh sangat di sayangkan Negara yang bertuhan tapi mengakui keabsahan teori “tanpa Tuhan”

Jakarta 231007
Alzrie

Tidak ada komentar: