Kamis, 10 April 2008

Wanna Be a Good Mother

Ku saksikan Hujan rintik-rintik di luar jendela metromini, walau aku harus berdiri berdesakan maklum jakarta kalau pagi bisa di hitung dengan jari bus yang bisa memberikan tempat duduk saking banyaknya penumpang, tapi ini bukan hal yang aneh bagiku hampir setiap hari aku memang harus berdiri bahkan setelah bus kedua yang aku naiki pun sangat jarang mendapat tempat duduk, That’s Jakarta Our Beloved Metropolitan City, Hmm tapi aku masih sempat menikmati rintik hujan itu..damai juga ya..entah alasan apa yang sering membuatku senang melihat hujan, apalagi kalau sedang libur kerja aku bisa menikmati tidur panjangku plus secangkir teh hangat dan goreng pisang ibu Eny wah...serasa dunia ini milikku saja hahahaha.

Ketika sampai pasar kebayoran lama bus berhenti untuk menaikkan beberapa penumpang, ada dua Ibu-ibu dan seorang bapak yang sudah cukup tua, memang bus sudah cukup padat dan hanya satu orang yang mau mengalah memberikan tempat duduk untuk seorang ibu, dan seorang bapak lagi akhirnya mendapat tempat duduk di depanku setelah penghuninya turun, dan seorang ibu lagi yang nampak sudah payah itu masih tetap berdiri, Ibu ini membawa satu buah keresek yang berisi belanjaan yang tadinya di gendong di punggungnya. Dari raut mukanya umur ibu ini sudah lebih dari 60 tahun bahkan sudah pantas di panggil nenek, ku lihat keriput di tangan nya seharusnya sudah waktunya beliau menikmati masa tuanya tapi bahkan beliau masih harus menggendong beban seberat itu, dan wajah itu...Ya Robb aku jadi inget Ibu ku, bagaimana kalau ibu ku suatu saat dalam situasi seperti ini, sudah capek, berdesakan di bus kota dan tak ada yang mau mengalah memberikan tempat duduk.

Yah..itulah realitas di negeri ini, setidaknya di Jakarta yang ku saksikan, masih sangat jarang yang mempunyai Etika dan Empati, sering kali aku melihat pemuda pemuda gagah yang bersandar dengan enak di kursi sementara membiarkan seorang Ibu hamil berdiri atau juga kadang bapak-bapak yang masih berbadan seger tak tergerak hatinya tuk sedikit mengalah memberikan tempat duduk untuk seorang Ibu tua yang kepayahan berdiri dan di hentak kan laju metromini. Bagiku yang masih muda pun perlu kondisi fit dan kadang kalau sedang tidak enak badan rasanya mau pingsan sampai di kantor, bagaimana mereka yang memang sudah usia-usia retirement. (just a Complaint for men..hehehe)

Di sisi lain aku terus berfikir, alangkah besar semangat ibu ini, dan alangkah berat perjuangannya, mungkin dari masih muda beliau sudah harus terus berjaung seperti ini demi anak-anaknya. Oh Ibu...Kasihmu sepanjang masa, dan perjuanganmu tak kenal lelah dan tak menuntut balas...dan aku teringat kisah-kisah para ummul mu’minin bunda Khadijah, Ibunda Aisyah, dalam kesetiannya mendampingi dakwah suami tercinta yaitu rosulullah SAW dan ibunda para ulama, ummu sulaim, ummu salamah yang berhasil mencetak generasi-generasi harapan yang sukses dunia akhirat dengan segenap perjuanagnnya. Yah itulah kelebihan seorang wanita, dan urgency kedudukannya. Betapa Allah telah memuliakan kedudukan seorang wanita sebagai madrasah pertama bagi generasi, sebagai penyemangat bagi para Mujahid dan Allah menjanjikan balasan yang tinggi si sisi-Nya sehingga seandainya seorang wanita meninggal ketika melahirkan akan di anggap syahid, juga ketika meninggal dalam keridhaan suami akan meraih surga.

Sekilas seperti ku ingin memutar ulang video kehidupanku, ku seperti sedang melihat drama kehidupanku sendiri terpampang di monitor otakku, ada rasa malu, sesal, juga ada senang menyaksikannya. Terpekur dalam lamunan panjang merenungi perjalanan selama ini dan terselip begitu banyak tanya dalam hati sanggupkah kelak aku menjadi seorang ibu yang baik bagi anak-anakku, seorang pendidik bagi generasi robbani, seorang pelabuhan terindah bagi pengeranku. Ukuran masa lalu memang tak bisa di jadikan timbangan untuk cermin masa depan karena semua bisa berubah di atas usaha, do’a dan takdir dari-Nya. Namun setidaknya masa lalu bisa menjadi pelajaran yang berharga di kehidupan selanjutnya. Pelajaran yang berharga agar tak terulang jika itu suatu kesalahan, namun jika masa lalu menjadi bayang-bayang suram itulah yang akan menjadi persoalan.

Teringat nasehat Aid Al-Qarni, hiduplah hari ini, dan lakukan yang terbaik hari ini karena masa depan belum tentu datang dan lupakan masa lalu karena ia telah berlalu. Dan sebuah filosofi tentang mengapa Allah menciptakan dua mata di depan bukan sepasang lagi di belakang, Mungkin filosopinya kita harus berjalan ke depan dan hanya sesekali menengok ke belakang, agar tak terbentur dinding atau terperosok jurang yang mungkin ada di depan kita.

Kembali ke kedudukan ku sebagai seorang wanita, ku memetik sekilas kisah seorang ibu di atas untuk menggambarkan betapa besar tanggung jawab dan kasih sayang seorang ibu, hingga mau mengorbankan apapun untuk buah hatinya. Terbayang akan semua mimpi ku, anganku, cita-citaku yang ingin menjadi Ibu terbaik bagi buah hatiku dan istri terbaik bagi suamiku kelak. Ach...semua itu masih sebatas mimpi dan tak semudah ucapan untuk merealisasikannya. Aku ingin kelak anakku menjadi generasi Robbani yang setia memperjuangkan kelurusan Dien tercinta, aku juga ingin anak-anakku kelak menjadi generasi yang cerdas yang tak tergilas oleh kemajuan teknologi dan tak terlindas oleh kemajuan zaman. Tapi lagi-lagi terlintas segala hal mengenai diri ini, Hmm mungkin kah ku bisa mewujudkannya dengan segala keterbatasan dan kesalahan yang pernah ada? Benarkah segala yang berlalu itu akan menjadi tonggak or steped stone untuk langkahku selanjutnya? The Only Allah Knows the best, aku hanya bisa berusaha hanya Allah yang akan menentukan hasilnya.

17'04'07
Alzrie

Tidak ada komentar: