Kamis, 10 April 2008

Surat Cintaku


Pergiku yang menghilang, menjauh dari Mu, merentas merebak keterasingan dalam hilangku, menorehkan rindu, merobek perih dinding hati, terporak poranda suasana hati bertaut dalam rasa bersalah diri.
Kuterima pesanMu setiap saat meski tak pernah ku balas, melalui kicau burung yang bergelantung di jendela kamarku, melalui tetes embun di ujung daun, atau melewati jaring2 terik mentari di siang hari, tak luput Kau kirimkan pesanMu di tengah gemerlap bintang di ujung malam. Kunikmati dengan tetes dari telaga mataku meski separuh hati telah terkoyak tak lagi utuh untukMu.

Ku tahu waktu bagaikan pedang yang memapas habis masaku, ragaku bak mesin berjadwal dengan bom waktu yang setiap saat bisa meledak. Aku ayunkan langkah pagi siang malam mengukir mimpi-mimpi dunia diatas angan seakan abadi. Seakan rasa indah di setiap ayunnya namun sesak sekali nafas terasa, seketika ku sadar ku tak mampu lewati tekanan udara yang begitu kuat menindih dadaku ketika ku mendaki terlalu tinggi. Jiwaku bak kapas melayang terbang, ikuti sang bayu membawa pergi. Lama ku asing nurani hingga tak tersisa waktu ku berbagi denganMu. Masih pantaskah ku harap pengertiaMu?. Dan Sedetikpun Kau tak pernah lelah merentangkan tanganMu, menampung segala kesahku. Kau membelaiku lembut dalam tangisku. Kau dekap erat dalam rintih pedihku. Lalu masih inginkah aku menghindariMu lagi?

Tiba-tiba ku merindukan tiap bait surat cinta yang Kau kirimkan untukku. Meski terbata, ijinkan aku membaca kembali surat cintaMu dan menyusuri kembali peta menujuMu, meski dengan langkah yang tertatih, masih dengan hati yang terkoyak. Ku jejak langkah di setiap pagi saat mentari masih di peraduanya, ku ayun langkah di kala mentari sedang naik ke sepenggalannya, ku lanjutkan langkah ketika mentari tepat di atas kepalaku dan kembali ku masih melangkah ketika mentari berjalan menuju peraduan, tak ku hentikan langkah hingga mentari sembunyi terganti cakrawala jingga, pun ku masih berjalan di ujung malam ketika angkasa pekat dalam hening suasana. Berjalan ku akan terus berjalan sampai aku menemukanMu. Kembalikanlah, sembuhkan lukaku. Kehilanganpun tak ingin lagi ku ulang.

Melayari hamparan samuderaMu, ku tersipu malu. Seribu tanya dalam butiran mengambang di sudut mata. Akankah sampai kerinduanku tepat di depan pintuMu pada saatnya nanti. Detik waktu menghitung langkahku, desah nafas terhitung mundur menghabiskan usiaku. Semakin dekat, semakin dekat aku dengan habis nya waktuku, dapatkah ku temuiMu dengan senyum mengembang di bibirku, dan setangkup kerinduan yang Kau sambut. Ijinkanlah...Ijinkanlah ku temuiMu dalam sujud panjang dan lantuanan indah namaMu hingga hembusan nafas terakhirku.

Jakarta, 250707
Alzrie

Tidak ada komentar: